Bab 4

11 2 0
                                    

Abby sudah bangun sejak 2 jam yang lalu, tetapi ia belum beranjak dari kasurnya. Kepalanya terasa berat setelah ia menunaikan sholat subuh tadi. Ia pikir jika tidur lagi akan menghilangkan pusing itu, tapi kini pusing itu masih melandanya. Tubuhnya juga sedikit lemas, dan matanya juga berkunang.

Duh jangan sampe sakit, ntar diceramahin sama kanjeng ratu lagi.

"Abby, kamu udah bangun Nak?" Ucap Bunda Abby dari depan pintu.

"Kenapa Bun?" Tanya Abby serak, mendengar suara Abby, Bundanya masuk ke dalam kamarnya dan melihat anaknya berada dalam gulungan selimut tebal.

Punggung tangan Bundanya sudah berada di atas dahi Abby, "Astaghfirullah Abby, kok badan kamu panas sih? Pasti kecapekan, banyak pikiran, kan udah Bunda bilangin kalo ada apa-apa ngomong sama Bunda. Kalo udah sakit gini kan semuanya jadi repot, mana kamu kalo sakit manja banget, gamau makan ini itu, gimana mau sembuh coba. Sekarang Bunda siapin bubur, harus kamu makan awas aja kalo kamu buang kayak waktu itu" Telinga Abby yang mendengar kalimat panjang itu terasa panas, benar saja Bundanya akan mengomelinya kalau tubuhnya sakit seperti ini. Dan emang benar, kalau Abby sakit maka tingkat kemanjaannya akan naik drastis, tidak mau makan, tidak mau minum obat, tidak mau istirahat.

"Iya Bun, nanti Abby makan. Udah ah jangan ngomel kepanjangan, kepala Abby pusing"

"Yaudah, kamu istirahat. Kalo buburnya udah jadi nanti Bunda bangunin" Setelah Bunda Abby keluar dari kamar, Abby mengambil handphonenya dan mengetik di kolom pencarian.

Abbyan : Nyai, dateng kerumah gue dong

Azzahra : Ga ah, mager

Abbyan : Gue sakit Nyai, temenin gue dong. Masa lo tega ama sahabat lo yang 17x syantik ini

Azzahra : Lo ga sakit aja gue males, sekarang sakit? Tambah males gue. Manja lo kan kumat kalo gini

Abbyan : Jahat amat sih Nyai, sini dong lo gue mau cerita ini

Azzahra : Yaudah, siangan gue dateng. Gws dah

Abbyan : Aduhh aduhhh sahabat acu ini, tengkyuu untuk ucapannya, dan awas lo kalo ga dateng

Azzahra : Ya

Abby mengembalikan handphonenya tepat pintu kamarnya terbuka, menampilkan sesosok kanjeng ratu yang datang membawa nampan berisi semangkuk bubur, segelas air, dan beberapa obat.

"Cepet kamu makan buburnya, terus minum obatnya. Jangan lupa" Tegas Bundanya.

"Suapin dong Bun, badan Abby lemes" Bundanya sudah sangat paham kalau sakit maka manjanya Abby kambuh.

"Kan ini yang Bunda males kalo kamu sakit. Manja banget tau ga" Walaupun dimulut berkata lain, bundanya sangat khawatir sama putrinya itu, ia tetap menyuapi bubur pada Abby.

Mangkuk sudah bersih tanpa sisa berkat paksaan Bundanya, "Sekarang minum obat, abis itu istirahat. Ngerti" Abby mengangguk lesu dan mengambil obatnya lalu meneguknya bersama air hangat yang dibawakan Bundanya.

Abby terbangun saat pintu kamarnya diketuk, "Masuk aja ga dikunci kok" Suara Abby serak khas orang sakit ditambah baru bangun tidur.

Azza masuk kedalam kamar dengan membawa beberapa buah ditangannya, "Aduh baik banget sih sahabat gue ini. Pake repot-repot ngebawain buah, tolong sekalian kupasin ya"

"Serasa Nyonya lo ya, mentang-mentang sakit jadi seenak jidat lo nyuruh-nyuruh gitu" Azza terpaksa mengupasi kulit jeruk dan memberikan buah jeruk yang sudah bersih dari kulitnya.

Abby menghabiskan potongan jeruk itu, "Za"

"Apa? Mau apa lagi Nyonya?"

"Gue kemaren ketemu Angkasa" Azza mengangguk paham, "Ya bagus dong ketemu Angkasa, itu artinya lo memanjang tali silaturahmi"

1 detik
2 detik
3 detik

"Siapa Angkasa?!!!" Abby memutar bola matanya malas karena sahabatnya yang lemot ini.

"Seriusan? Bukannya baru kemaren gue cerita sama lo dan lo langsung ketemu sama dia? Gila, jodoh emang ga kemana ya, takdir itu"

"Jodoh mbahmu, ngapain gue jodoh sama dia kayak kagak ada lelaki lain selain tuh cunguk" Azza terkekeh geli mendengar celotehan Abby, "Jodoh kan kagak ada yang tau By, emang lo tau jodoh lo kayak gimana? Dan kalo seandainya jodoh lo emang 'tuh cunguk' lo bisa apa?"

Abby terdiam mencerna ucapan Azza tadi, memang benar jodoh tidak ada yang tau. Dan kalo emang bener Angkasa jodoh gue, gue bisa apa?

***

Azza berpamitan pada Abby untuk pulang, hari sudah menunjukan pukul 4 sore. Abby masih baringan di singgasananya. Kepalanya juga tidak pusing lagi, hanya tubuhnya yang masih sedikit lemas. Abby mencoba bangkit dari kuburnya eh tidurnya, ia berjalan ke arah dapur dan tidak melihat Bundanya disana, ia berjalan ke arah taman belakang dan ternyata disana ada Ayah dan Bundanya duduk di bangku bermesraan.

"Uhuk...uhuk"

Kedua orang tuanya menoleh ke belakang, "Kenapa By?"

"Kagak napa-napa kok Yah, cuma ini mata Abby agak sliweran deh" Kedua orang tuanya tertawa, "Ngomong aja kalo kamu pengen kayak kita, iya kan Bun?" Bunda Abby hanya menganggukan kepalanya.

"Sini duduk samping Ayah" Ayah Abby menepuk bangku sampingnya, dan Abby duduk disana.

"Gimana keadaan kamu? Masih pusing?" Abby memeluk Ayahnya dari samping dan menaruh kepalanya di bahu Ayahnya. Bundanya? Sudah pergi kedapur mengambil camilan sore.

"Masih lemes aja badan Abby, pusing sih ga terlalu lagi. Ayah kapan pulang?" Abby sangat dekat dengan Ayahnya dibanding Bundanya, diumur 24 tahun ini, Abby masih sangat lengket dengan Ayahnya.

"Barusan aja kok Ayah pulang, tadi mau ke kamar kamu. Tapi takutnya kamu masih tidur jadi ga jadi" Abby hanya menganggukan kepalanya dan tangannya masih memeluk erat Ayahnya.

TBC

HAPPY EID MUBARAK GUYSSS🙏🎉🙏🎉

RefinamientoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang