Bab 8

9 3 0
                                    

Abby terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Keringat becucuran dari pelipisnya, ia menyeka keringatnya dan mengucapkan istighfar berulang kali. Ia memgambil gelas di nakasnya, tetapi isi gelasnya kosong. Ia baru ingat semalam ia lupa mengisi air. Abby bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju dapur, tak lupa ia juga membawa gelasnya.

Ia meneguk airnya hingga tandas, dan saat Abby ingin kembali ke kamar, ia melihat Ayahnya berdiri didekat saklar lampu. "Ngapain By malem-malem di dapur? Laper?"

Abby menggelengkan kepalanya, "Nggak Yah, Abby cuma haus aja tadi. Ayah balik ke kamar gih, tidur lagi. Abby juga mau naik ke atas"

Abby kembali ke kamarnya, berulangkali ia mencoba untuk tertidur, tetapi matanya tidak mengantuk lagi. Dilihatnya jam di dinding, menunjukkan pukul 3 pagi. Ia memilih untuk sholat tahajud terlebih dahulu.

Setelah melaksanakan sholat dua rakaat itu, Abby berdoa meminta petunjuk pada Allah atas mimpinya itu. "Ya Allah, jauhkanlah keluargaku, sahabatku, dan dia dari marabahaya"

***

Pagi ini Abby bangun sedikit terlambat, Abby membereskan tempat tidurnya dan segera membersihkan dirinya. Setelah selesai, ia kembali ke lantai bawah menuju dapur. Dilihatnya Bundanya baru saja selesai membereskan alat makan, "Ayah kemana Bun?"

Bundanya melirik ke arah tangga tempat berdirinya Abby, "Barusan pergi kerja, cepet kamu sarapan. Bunda mau ke tukang sayur kompleks"

Kali ini Abby sarapan sendirian, biasanya kalau Ayahnya sudah pergi ke kantor, ia akan sarapan bersama Bundanya. Dan ternyata, Bundanya juga sudah selesai sarapan. Ia memgambil beberapa makanan disana dan membawa piringnya ke ruang tengah. Ia menghidupi TV dan membuka youtube, Abby memilih membuka drama korea dari sana, sambil menghabisi makanannya.

Tak terasa, Abby menghabiskan dua episode yang berdurasi selama tiga puluh menit. Ia mengangkat piringnya dan mencucinya. Bunda Abby kembali bertepatan dengan Abby keluar dari dapur, "Kamu ga ke kafe By?"

Abby menoleh ke arah Bundanya, "Bentar Bun, palingan jam 11 Abby berangkat" Bundanya hanya menganggukan kepala.

***

Abby sudah sampai di kafe barusan, tak lupa ia menyapa pegawainya memberikan semangat untuk bekerja. Abby naik ke ruangannya dan menduduki dirinya di sofa bed ruangannya. Abbu merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya, ia menyuruh Azza untuk datang ke kafenya.

Abbyan : Za, ke kafe dong
Abbyan : Mau curhat guee

Azzahra : Jiaahhh dikira mamah dedeh gue

Abbyan : Ga lucu, cepet ke kafe. Gue tunggu!!

Dengan sangat malas, akhirnya Azza pergi juga menuju kafe sahabatnya itu. Abby sudah menunggu sekitar 30 menit, dan munculah seonggok manusia masuk ke dalam ruangannya.

"Napa lo?" Abby mengalihkan padangannya ke pintu, "Ucap salam dulu kek, islam kan lo?"

"Assalamualaikum Ukhti Abby, kenapa manggil gue kesini?" Abby terkekeh mendengar ucapan Azza, "Waalaikumsalam Babu, sini duduk deket majikan"

Azza menoyor kepala Abby, "Aduh, lama-lama jadi goblok gue deket ama lo Za, dikit-dikit ditoyor, dijitak, kenapa ga dielus gitu?"

"Sono minta elus sama Angkasa, gue mah mending ngelusin ayang bebeb gue" Abby melirik sinis ke arah Azza, "Gayaan ayang bebeb, orang gamon mah gini. Dikit-dikit mantan, apa-apa mantan. Mantan is everything" Lagi dan lagi, Abby mendapat toyoran dari sahabat sablengnya itu.

Setelah cukup lama mereka becengkrama, akhirnya Abby mengatakan sejujurnya yang membuat hati Abby gelisah, "Za gue pengen cerita nih"

Azza pun mengubah tempat duduknya menjadi menghadap Abby, "Cerita apa? Dari rautnya sih kayaknya mau cerita serius, ada apa hm?" Azza memang dapat menyesuaikan situasi, sekarang ia dapat menjadi Azza yang bijak, dan yang tadi itu Azza yang sableng.

Azza bunglon jadi-jadian!

"Semalem gue mimpi, gue takut itu mimpi beneran terjadi" Dari rautnya, Azza dapat melihat bahwa mimpi yang dialami oleh sahabatnya ini benar-benar membuat Abby ketakutan.

Azza berdeham menetralkan suaranya, "Coba ceritain lo mimpi apa??"

Abby menceritakan mimpinya dari awal sampai akhir, sesuai dengan apa yang diingatnya. Azza pun sesekali menganggukan kepalanya memahami cerita yang diucapkan oleh Abby.

"Udah lo tenang aja, mimpi itu kan cuma bunga tidur. Apa yang ada di mimpi belum tentu bakal terjadi sama lo atau orang terdekat lo, misalnya gue gitu. Lo coba buat positif thinking dulu, selama ada orang tua lo, ada gue, kita bakal ngejagain lo. Tenang aja udah, lagian lo kan bukan Jung Jae Chan atau Nam Hong Joo yang bisa liat masa depan lewat mimpi"

Awalnya Abby takjub dengan kalimat yang diucapkan oleh sahabatnya itu, tetapi semakin ujung kalimatnya membuat Abby geram sendiri untuk tidak menoyor kepala Azza, "Herman gue ama lo Za, dikira bisa jadi orang bener eh ga taunya jadi bego lagi"

"Heran oi heran, nih anak mau ngelawak? Lagi serius-seriusnya, malah noyor kepala gue. Nih rasain" Azza menoyor kembali kepala Abby, tidak ada habis-habisnya kelakuan duo bunga itu.

TBC

Guyss jangan lupa vote yeeessss!!

RefinamientoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang