Pagi ini, Abby sudah membongkar seluruh isi lemarinya. Ia bingung, harus memakai pakaian formal atau nonformal untuk pergi nanti. Yup, malam nanti, ia akan pergi ke taman menemui si pengirim kotak. Ia menarik sebuah pakaian, lalu menggelengkan kepalanya. Begitu seterusnya, sampai ia melihat sebuah pakaian yang cukup menarik perhatiannya.
Abby menyetrika pakaiannya agar nanti terlihat rapi. Setelah meyetrika, Abby kembali pada rutinitas seperti biasanyan. Mengunjungi rumah nenek eh kafe maksudnya.
Mau kemana kita hari ini? Ke kafe Abby!
***
Kali ini Abby tidak membantu para karyawannya di bawah. Ia mendekam di ruangannya sambil melihat keuangan yang masuk pada bulan ini. Sesekali ia mengetukan pena di dagunya dan menganggukan kepalanya seolah paham.
Banyak ekspresi yang dikeluarkan Abby sampai-sampai ia tidak sadar seseorang berdiri di depan pintu ruangan sambil melipat kedua tangannya. Lelaki itu tertawa melihat ekspresi Abby yang sedang mengerutkan dahinya dan memajukan bibirnya beberapa centi.
Tak kuasa menahan tawanya, lelaki itu sudah menghambur ketawanya, "Hahahahahaha.....aduh duh sakit" Lelaki itu mengaduh sakit saat sebuah pena melayang di kepalanya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Abby.
Abby terkejut mendengar suara terbahak-bahak yang berasal dari depan pintunya, dengan refleks, ia melempar penanya dan jackpot, mengenai kepala lelaki itu. "Kamu ngapain sih disitu Sa, ngagetin tau ga. Mana suara ketawa kamu serem banget"
"Duhhh benjol nih kepala aku, tanggung jawab kamu" Ucap Angkasa sambil memegang kepalanya walaupun sebenarnya tidak sakit itu.
"Gimana mau tanggung jawab? Kan aku ga sengaja ngelempar penanya"
"Dengan cara aku nikahin kamu, terus kening aku bisa dikecup sama kamu, sembuh deh jadinya" Abby mendelikkan matanya pada Angkasa. Bagaimana lelaki itu terus mengucapkan kata 'nikah' dalam minggu ini.
Kebelet kawin itu By, hajar udah By
"Sa" Angkasa menjawab panggilan Abby, "Apa sayang?"
"SA...RAP"
***
Abby mengobrol dengan Angkasa, hm lebih tepatnya Angkasa yang berceloteh dari tadi dan Abby sibuk dengan kerjaanya. Abby hanya menganggukan kepalanya dan berdeham sesekali seakan-akan mendengar apa yang diucapkan oleh Angkasa.
"By, mau buat sesuatu ga??" Abby mengangguk dan berdeham.
"Buat anak aja gimana?" Tanya Angkasa usil, dan lagi-lagi Abby menanggukan kepalanya dan bedeham. Dengan semangat 45 yang berkobar, Angkasa berdiri dan mendekat ke arah Abby.
Dengan otak yang masih mencerna ucapan Angkasa, akhirnya Abby terkejut dengan pertanyaan jebakan yang dilontarkan Angkasa, "NGGAK!!! Apasihh Angkasa kok usil banget"
"Hehehe, abisnya kamu fokus ke laptop mulu. Yang ganteng disini dianggurin, sayang tau"
"Ngerasa ganteng dia" Gumam Abby tapi masih bisa didengar oleh Angkasa.
"Ya iyalah, calon suami kamu ini emang ganteng. Buktinya banyak yang suka sama aku" Sombong Angkasa, sedangkan Abby tidak terlalu memusingkan ucapannya, "Banyak ya yang suka? Tapi semuanya para bibit cabe unggul"
"Berarti kamu salah satu bibit cabe unggul dong?" Abby dengan keras menggelengkan kepalanya, "Kok aku sih?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya.
"Kan kamu juga suka sama aku, sukanya udah berubah deng jadi cinta malah" Ucap Angkasa sambil menaik turunkan alisnya menggoda Abby.
Setelah berhasil digoda oleh Angkasa, Abby akhirnya menghentikan kerjanya. Abby kembali bersuara, "Angkasa, aku hari ini mau ke taman"
Angkasa menoleh ke arah Abby, "Mau ketemu si pengirim paket itu?" Abby menganggukan kepalanya antusias dan berubah menjadi gelengan lemah.
"Aku mau ketemu dia karena penasaran, tapi aku takut..."
"Takut kenapa hm??" Tanya Angkasa lembut, Abby kembali bersuara, "Takut kalo dia orang jahat yang mau culik aku"
"Hahaha ada-ada aja sih pikiran kamu ini. Mana ada lah, dia baik kok"
Abby memicingkan matanya, "Baik? Emang kamu udah tau dia siapa?"
"Ehh- nggak, maksud aku kayaknya dia orang baik" Setelah mampir ke kafe Abby, Angkasa pamit untuk kembali ke kantor.
***
Abby sudah siap dengan pakaiannya yang dibilang cukup santai. Dan tak lupa, ia mengenakan sepatu yang dikirim oleh seseorang yang akan ia temui ini.
Abby sudah sampai di taman, ia celingak-celinguk melihat orang-orang di taman ini. Pandangannya tertuju pada bangku kosong, ia memilih untuk duduk disana sambil menunggu seseorang itu. Tak lama, seseorang menutupi kedua matanya, Abby terkejut dan beranjak dari duduknya.
"Siapa lo???!! Mau nyulik gue ya lo? Gue teriak nih" Ancam Abby
Terdengar suara kekehan dari belakang dirinya, Abby semakin bergedik ngeri. "Serem amat ketawanya, Bang. Kan gue jadi takut, udah malem lagi ini" Gumam Abby.
"Ehm......Abby" Ucap seseorang dibelakang Abby, suaranya sangat seram. Abby meringis mendengarnya, dan juga bagaimana dia tau dengan Abby?
"Eh, kok tau nama gue yak?" Tanya Abby tak tau pada siapa. Lelaki dibelakangnya ini kembali bersuara, "Kamu sudah berada di tangan saya, saya tidak akan melepaskan Anda lagi. Anda paham?" Abby dengan takut-takut menganggukan dan selanjutnya menggelengkan kepala.
Labil nih anak orang, umur aja udah tua.
Tak lama, tangan yang menutup mata Abby terlepas perlahan. Abby mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya lampu taman yang warna-warni.
Sejak kapan warna-warni gini? Perasaan pas tadi dateng ga kayak gini. Ini juga kok banyak balon, bunga, dan kawan-kawan.
Abby perlahan membalikan matanya penasaran dengan orang yang menutup matanya tadi. Setelah memutar seluruh matanya, Abby mengernyitkan dahinya saat melihat sepasang sepatu yang sama seperti miliknya dan berdiri tepat di depannya. Perlahan Abby mendongakan kepalanya dan terkejut siapa seseorang yang menemuinya ini.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Refinamiento
Fiction généraleMenceritakan seorang CEO dan wanita biasa? Tentu saja bukan, Menceritakan seorang badboy dan nerd girl? Juga bukan. Ini hanya kisah seorang Abbyan Myesha yang bertemu kembali dengan sang pacar, Angkasa Az Zidni. Setelah lama Angkasa menghilang dari...