Bab 7

6 2 0
                                    

Abby mematut dirinya di depan cermin, mata bengkak, hidung merah. Untuk kali ini, ia merutuki dirinya karena terlalu larut menangis. Apa yang harus ia katakan pada Ayah dan Bundanya nanti. Apalagi hari ini adalah hari minggu, berarti Ayahnya berada di rumah.

Gara-gara si kutu kupret ini..

Abby memilih untuk mandi dengan air dingin agar tubuhnya nampak lebih fresh. Cukup lama Abby di dalam kamar mandi, kini ia sudah siap dengan pakaian santainya. Ia turun dari kamarnya dan menuju dapur karena sejak tadi perutnya sudah minta diisi.

Abby segera duduk dan mengambil makanannya agar dapat meyelesaikan sarapannya dengan cepat, "Kamu kenapa By? Kok makannya nunduk gitu?"

Abby tak berani mengangkat kepalanya, "Nggak kok Bun, gapapa" Kedua orang tuanya tidak lagi membahas hal itu, dan akhirnya Abby dapat menyelesaikan sarapan dengan tenang.

Selesai sarapan, Abby memilih duduk di taman belakang sambil memainkan handphonenya. Ia mengaktifkan terlebih dahulu karena sejak semalam ia mengecharge dan dinonatikfkan ponselnya. Abby mengernyitkan dahi saat melihat line nya memiliki 75 pesan.

Tumben rame, biasanya cuma OA kalo nggak Azza

Abby membuka password dan terpampang jelas nama Angkasa disana. Dan untuk kedua kalinya ia merutuki dirinya karena membuka ponselnya ini. Abby membuka pesan dari Angkasa dan tanpa membalas pesan itu. Ia membaca beberapa pesan yang dikirimkan Angkasa tidak seluruhnya.

Angkasa Zidni : By
Angkasa Zidni : Abby, kita harus bicara
Angkasa Zidni : By, aku ga bisa ngejelasin lewat pesan
Angkasa Zidni : Please, kasih aku waktu buat ngejelasin By
Angkasa Zidni : Kamu udah tidur ya?
Angkasa Zidni : Maaf kalo gitu, goodnight Abbyan
Angkasa Zidni : Have a nice dream sweetheart💞

Abby menghela nafasnya berat, baru pagi saja sudah mendapat cobaan, pikir Abby. Baru ingin menutup ponselnya, satu pesan masuk dari orang yang sama. Angkasa. Ia melihat nama Angkasa dari pop up, dan membaca pesannya lewat itu juga.

Angkasa Zidni : Abby, kenapa ga bales pesan aku?
Angkasa Zidni : Aku tau kamu masih pegang handphone By

Abby dapat melihat Angkasa terus menerus mengiriminya pesan, membuat Abby semakin bingung. Disatu sisi ia ingin hidup bebas tanpa Angkasa, disisi yang lain ia masih mencintai pria itu. Tak lama, sebuah panggilan line masuk, Abby melihat ID caller nya dan lagi-lagi Angkasa yang menghubunginya. Tangan Abby bergerak gusar, antara ingin mereject telepon itu atau mengangkatnya.

Kagak modal nih Angkasa, masa nelpon lewat line.

Akhirnya Abby menekan tombol hijau dan menaruh ponselnya didekat telinganya. Abby hanya diam, dan diseberang sana juga diam. Hanya terdengar deruan nafas dari keduanya. Abby tidak berani mengucapkan kata duluan.

"Assalamualaikum, By" Salam Angkasa sebagai kalimat pembuka. Abby terdiam selama 5 detik, baru ia membalas salam Angkasa, "Waalaikumsalam"

Duhh kok gue deg-degan sih pas dia manggil By, berasa dipanggil Baby bukan Abby. Astagaa sadar By sadar

Abby segera menggelengkan kepalanya, dan kembali sadar ketika mendengar Angkasa memanggil namanya berapa kali, "Abby masih disana kan?" Tak menghiraukan panggilan Angkasa, Abby segera memutuskan sambungan. Kenapa gue angkat tadi telponnya, pikir Abby.

***

Dilain tempat, terlihat Angkasa sedang duduk santai dibalkon kamarnya. Dari tadi tangannya menggenggam erat ponselnya, sejak semalam ia menunggu pesan dari seseorang. Beberapa kali ia membuka dan menutup ruang obrolannya bersama Abby. Angkasa sedikit menautkan alisnya saat melihat tulisan read,

Abby udah baca pesan? Tapi kenapa ga dibales

Akhirnya, Angkasa kembali mengirimi Abby pesan, dan tetap tidak dibalas oleh Abby. Akhirnya ia mengumpulkan keberanianny untuk menelpon Abby,

lewat line.

Bukannya kagak modal, tapi sayang kalo telepon line dianggurin.

Menunggu cukup lama, akhirnya Angkasa menghela nafas lega karena Abby mengangkat telepon darinya, tetapi tidak ada suara yang terdengar ditelinganya. Akhirnya, Angkasa duluan yang membuka percakapan, "Assalamualaikum, By"

Duhh deg-deg serr rasanyaa borrrr

"Waalaikumsalam" Seketika terbesit senyuman manis dari bibirnya, ternyata suara Abby dapat menimbulkan gejala-gejala bagi tubuh Angkasa.

"Lagi sibuk By?" Menunggu cukup lama, tidak ada lagi balasan dari Abby. Angkasa menjauhkan ponselnya dan melihat teleponnya masih tersambung.

Kagak abis kuota kan gue? Perasaan baru beli minggu kemaren.

"Abby, masih disana kan?" Angkasa memanggil Abby kembali, dan tiba-tiba sambungannya terputus. Angkasa menghela nafasnya lagi dan lagi. Ternyata mengajak pacarnya itu bertemu sangat susah, butuh perjuangan juga.

***

Untuk menenangi pikirannya yang tiba-tiba konslet itu, Abby memilih untuk berjalan-jalan ke mall. Mungkin dengan shopping dapat menyegarkan pikirannya lagi. Abby sudah berkeliling selama 15 menit, tapi belum menemukan barang yang lucu untuk dibelinya. Baru akan jalan lagi, matanya menangkap sepatu yang menarik perhatiannya.

Abby bisa dibilang penggila sepatu, bukan dalam artian terlalu fanatik dengan sepatu, tetapi ia lebih suka untuk mengoleksi sepatu dibanding pakaian atau tas. Ia berjalan menuju toko itu dan melihat sepatu yang menarik perhatiannya tadi. Pilihannya jatuh pada ankle strap shoes berawarna peach, terlihat simpel tapi punya daya tarik sendiri bagi Abby. Ia mencocokkan kakinya pada sepatu tersebut, dan terlihat sangat cocok dengan kaki putihnya. Akhirnya Abby membeli sepasang ankle strap shoes tersebut.

Abby baru saja sampai di depan rumahnya, ia membuka pagar rumahnya dan memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Selesai menaruh belanjaannya, Abby segera membersihkan tubuhnya dan melaksanakan sholat isya sebelum dirinya pergi ke alam mimpi.

TBC

VOTEnya donggggg, pada ga kesian apa sama Angkasa yang dicuekin Abby

RefinamientoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang