Bab 10

8 2 0
                                    

Abby sudah menaikkan 5 level dari sebelumnya, saat sedang fokus pada permainannya, ada sebuah pesan line masuk. Abby dapat melihat nama sang pengirimnya tanpa membuka aplikasi itu.

Kanjeng ratu : By, kamu dimana?

Abbyan : Di butik Azza Bun, kenapa?

Kanjeng ratu : Cepet pulang By, Ayah kamu sakit. Langsung ke Rumah Sakit Bumi Cipto, ruangan anggrek.

Dengan cepat, Abby keluar ruangan bersamaan dengan Azza yang bangun. Azza mengernyitkan dahinya saat melihat Abby terlihat sangat panik, "Napa By?"

"Ayah masuk rumah sakit, gue buru-buru" Azza ingin ikut bersamanya, tapi Abby sudah pergi duluan dari ruangannya. Akhirnya, Azza ikut berlari ke arah parkiran dan disana masih ada mobil Abby. Dengan cepat Azza membuka pintu mobil Abby, dan menduduki dirinya disana. Abby terlihat sangat panik, keringat bercucuran dari dahinya, "By, tenangin diri lo. Inshaa Allah, Ayah lo ga kenapa-napa. Lo juga harus fokus ke jalanan"

Abby mengucapkan istighfar berulang kali, dan menghirup nafas agar tubuhnya lebih rileks lagi. Selagi di perjalanan, Azza mengeluarkan ponselnya dan mengetik beberapa pesan pada seseorang. Setelah itu, ia kembali menenangkan Abby yang terlihat sangat panik ini. Tak membutuhkan waktu lama, Abby dan Azza sudah sampai di rumah sakit. Ia segera menanyakan letak ruang anggrek. Setelah mendapat informasinya, ia langsung berjalan ke arah lift dan menekan angka 3.

Abby dan Azza sudah sampai di ruangan Ayahnya, disana sudah ada Bundanya yang duduk di sofa ruangan. Ia menghampiri Bundanya, "Bun, Ayah kenapa?"

"Anemia By, kata dokter karena kecapekan" Abby menganggukan kepalanya, "Ayah udah lama tidur, Bun?"

"Enggak, barusan aja dia tidur. Katanya tadi dari tempat Azza, Azzanya mana?" Abby menoleh ke belakang tapi tidak menemukan Azza. Tak lama, terlihat Azza yang baru saja membuka pintu, "Dari mana Za? Kok baru masuk?"

"Oh itu tadi ada telepon dari klien, gimana keadaan Om, Tan?" Kilah Azza.

"Alhamdulillah udah baikan Za, tadi kata dokter kecapekan, jadinya kena anemia " Azza memganggukan kepalanya, "Semoga cepet sembuh deh buat Om"

Sebelum Azza masuk ke dalam ruangan, ia tadi sempat memberi tau pada seseorang kalau mereka sudah sampai di ruangan Ayah Abby, tak lupa ia memberi tau ruangan tempatnya, dan sekarang ia memberi kabar pada orang yang sama kalau Ayah Abby sakit anemia. Seseorang yang sama dengan masa lalu Abby, yaitu Angkasa. Azza masih sibuk dengan ponselnya, tak menghiraukan Abby yang mengajaknya duduk.

"Oi Za, dari tadi dipanggilin kagak nyaut. Lagi chat sama siapa sih?" Azza segera mematikan ponselnya saat melihat Abby yang inging mengintip ponselnya.

"Kagak chat sama siapa-siapa, udah ayok duduk dari tadi berdiri aja"

***

Di ruangan anggrek ini, tersisa Bundanya dan Abby saja. Azza sudah pulang sekitar 30 menit yang lalu. Abby berdiri dan berjalan ke arah pintu, "Bun, Abby ke kafetaria bawah dulu ya. Cari makanan, Bunda mau nitip?" Bundanya menggelengkan kepala, "Kamu aja, Bunda udah makan" Setelah mendapat izin dari Bundanya, Abby segera keluar dari ruangan dan berjalan menuju kafetaria.

Ia berdiri di depan stan yang menjual nasi soto, ia memesan satu porsi soto ayam, dan membawa nampannya ke salah satu meja kafetaria. Setelah mengisi perutnya, Abby terlebih dahulu berjalan mengelilingi rumah sakit. Ia dapat melihat ada taman yang banyak dikunjungi oleh pasien rumah sakit, mulai dari anak-anak, hingga manula.

Abby kembali menuju kamar ayahnya, tangannya pun memegang knop pintu dan memutarnya. Dilihatnya ada seseorang laki-laki yang sedang berbicara dengan bundanya. Bunda Abby mengalihkan perhatiannya pada Abby, "Sini By, duduk. Ada pacar kamu ini" Tunjuk Bundanya pada seseorang lelaki itu.

Deg,
pacar?

Lelaki tadi membalikan tubuhnya dan tersenyum saat melihat Abby berdiri tak jauh dari pintu, "Assalamualaikum, By"

"Wa-Waalaikumsalam. Bun, Abby keluar sebentar ya. Permisi" Bundanya menautkan keningnya bingung, tak lama Angkasa juga beranjak dari duduknya dan meminta izin keluar mengikuti Abby.

"Abby, sebentar By" Abby menghentikan langkahnya, ia tidak ingin memarahi lelaki dibelakangnya ini, jadi ia berulang kali mengatur nafasnya, "Ada apa?"

"By, kita harus bicara. Aku ga bisa biarin kamu pergi lagi" Akhirnya Abby pasrah diajak pergi oleh Angkasa. Abby meminta untuk mengobrol di kafenya saja, dan disetujui oleh Angkasa. Mereka sudah sampai di kafe, Abby mengajaknya mengobrol di atas, tepatnya di ruangan kerjanya.

Angkasa melihat seisi ruangan kerja Abby lalu tersenyum. Rapi, seperti dulu saat mereka masih pacaran.

Sekarang masih juga kan?

"Duduk, mau bicara apa lagi?" Ucap Abby sambil menduduki dirinya di sofa. Angkasa juga duduk disana dan memberi jarak pada Abby, "Abby aku mau ngejelasin semuanya sama kamu, jadi jangan potong apapun yang aku ucapin, oke??" Abby menganggukan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

TBC

Guyss vote jangan lupaaaaa!!!

RefinamientoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang