Lain halnya dengan Abby yang sudah berkelana di alam mimpi. Angkasa justru mengulang chat antara dirinya dan Abby malam ini. Membuat hatinya tenang dan bahagia karena bisa berdekatan kembali dengan Abbynya.
Abbynya? Anggap saja seperti itu
Angkasa tidak sabar untuk hari lusa, ia sudah menyiapkan semuanya dari awal. Ia sudah memikirkan matang-matang niat baiknya ini. Ia juga sudah menelpon semua orang terdekatnya untuk datang lusa nanti.
Angkasa sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya. Kasur yang penuh dengan suka cita, kasur yang dulu ia sering terkena air pipisnya. Angkasa berharap, untuk 2 hari kedepan bahkan seterusnya, dapat selalu lancar, tidak ada halangan.
***
Angkasa sudah disibukan di kafenya siang ini. Pelanggannya sangat ramai, dan juga beberapa pegawainya ada yang mengambil izin dan ada yang sakit. Ia dari tadi tak berhenti menekan layar monitor menekan pesanan pelanggan. Dan juga, kedua pipinya sudah keram karena sejak tadi tersenyum menyapa pelanggan.
Akhirnya, Abby dapat menduduki dirinya di kursi dan menghela nafas leganya. Seluruh pelanggan sudah ia layani. Setidaknya, ia dapar bersantai walaupun sejenak. Dan ada kabar baik dari keluarga Abby, Ayah Abby sudah diperbolehkan pulang sejak pagi tadi. Jadi pagi tadi, Abby mengurus administrasi dan menghantar orang tuanya terlebih dahulu sebelum pergi ke kafenya.
Seseorang berdiri di depan meja kasir, Abby segera berdiri dan menyapa pelanggan tetapi kepalanya masih menunduk memainkan ponselnya, "Hm, permisi. Saya mau memesan makanan Mba"
Abby segera menaruh ponselnya di saku celana, "Iya mau pesan ap-pa"
Abby melihatkan wajah malasnya, "Dikira tadi pelanggan, eh yang nongol malah setan"
"Enak aja ngatain calon suami setan, dosa tau. Keluar dari meja itu, kita naik ke atas aja"
Abby menitipkan kasir pada salah satu karyawannya, "Yuk ke atas, eh bentar. Kamu udah makan? Kalo belum ku pesenin dulu"
"Belum, aku mau makan mie goreng seafood aja" Abby memukul lengan Angkasa, "Ini waktunya makan siang, kalo cuma makan mie ntar kamu laper lagi. Terus kerjanya nggak konsen. Pesen nasi aja mau?"Angkasa menurut saja dengan pesanan yang dipesan calon istrinya itu.
Jiahhh calon istri borrr
Mereka sudah duduk di ruangan Abby dan menyantap makan siangnya. Hanya ada suara sendok yang berdenting, keduanya fokus pada makan siang bersama kali ini. Abby terlebih dahulu menyelesaikan makan siangnya walaupun hanya setengah yang dimakan. Angkasa melihat ke arah Abby lalu menunjuk piring yang masih tersisa separuh nasi lagi, "Udah kenyang. Ga muat lagi, nanti malah mual" Angkasa menganggukan kepalanya dan kembali menyelesaikan makanannya. Ia meminum air mineral yang sudah dibuka oleh Abby, ia tinggal meneguk airnya saja.
"Alhamdulillah. By tau ga kita ini kayak apa?" Abby hanya menggelengkan kepalanya dan mengendikan bahunya.
"Kayak pasangan suami istri tau, aku suaminya dan kamu istrinya yang sedang melayani suaminya makan" Abby memukul bahu Angkasa kesal, untuk kesekian kali, dirinya digombali recehan oleh Angkasa.
"Gombal recehan ga level sama aku tau" Angkasa tertawa mendengar omelan Abby, "Ga level kok pipinya merah. Aduhh gemes banget sih pengen cepet-cepet dihalalin"
***
Mereka-Abby dan Angkasa- sedang bercerita atau lebih tepatnya mengingat saat-saat mereka dahulu. Sesekali Angkasa melontarkan gombalan yang membuat hati Abby jungkal balik mendengarnya.
Angkasa melirik ke arah jam tangan, tak terasa sudah jam 1 siang. Ia segera berpamitan pada Abby untuk kembali ke kantor, "By, aku balik dulu ya ke kantor mau cari duit buat..." Belum selesai Angkasa menyelesaikan ucapannya, sudah dipotong terlebih dahulu oleh Abby,
"Buat apa?" Tanya Abby penasaran."Buat nikahin kamu hehe" Abbh melototkan matanya dan mencubit lengan Angkasa.
Udah berani yah cubit-cubit, nggak lagi pukul-pukul😏
Setelah Angkasa keluar dari kafe Abby, kini hanya menyisakan dirinya sendiri yang duduk dikursi kebesarannya. Tak lama, seseorang mengetuk pintu ruangannya, "Masuk" Ucap Abby.
"Hm, permisi Mba Abby. Nisa mau ngembaliin uang Mba pas Ibu masuk rumah sakit" Nisa menyerah sebuah amplop putih, yang sudah dipastikan berisi sejumlah uang.
Abby tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Ga usah, mending kamu simpen uangnya. Mba ikhlas kok bantu kamu, karena Mba udah kamu sebagai adik Mba" Abby tulus membantu Nisa, ia tidak ingin Nisa mengembalikan uangnya, lebih baik uang itu gunakan untuk keluarganya.
"Nggak Mba, Nisa ga enak. Ambil ya Mba" Abby tetap kekeh menolak uang pemberian Nisa, "Mba ikhlas Nis, ga usah sungkan gitu dong. Kayak sama siapa aja sih" Abby menimpali kekehan kecil di akhir ucapannya.
Akhirnya, Nisa menarik kembali amplop yang sudah dipegangnya itu, "Kalo Mba ga mau Nisa kembaliin uangnya. Nisa bayar pakai tenaga Nisa. Nisa bakal kerja dengan giat"
Abby mengangguk, "Itu lebih baik, kamu kerja lebih giat itu sudah cukup buat Mba" Setelah itu, Nisa keluar dari ruangan Abby. Abby tersenyum manis memperhatikan Nisa keluar dari ruangannya.
***
Abby sudah sampai di rumah ketika adzan maghrib berkumandang. Ia terlebih dahulu membersihkan tubuhnya lalu melaksanakan sholat. Ia turun ke bawah dan membantu Bundanya memasak, sangat jarang Abby membantu Bundanya masak. Tumben.
"Tumben nih anak gadis mau bantu masak?" Abby terkekeh dan menjawab, "Yaudah, ga dibantu deh masaknya" Buru-buru Bundanya menahan tangan Abby.
"Kamu ini, belajar masak dong. Gimana mau masakin anak sama suami kalo kamu aja ga bisa masak" Kanjeng ratu kembali bersabda kawan.
"Abby bisa masak Bun, cuma ya itu. Males aja maen dengan kompor dan kawan-kawan"
"Ihh lebay, maen kubangan aja seneng banget. Giliran dengan kompor dianggurin"
Setelah menyelesaikan makan malamnya, Abby mengobrol sebentar sama Ayahnya. Abby memang termasuk anak Ayah dibanding dengan anak Bunda. Ia suka berkelu kesah dengan Ayah daripada Bundanya.
"Ayahhhhhh" Ucap Abby sambil memeluk tubuh berlemak Ayahnya. Ia menekan bagian perut Ayahnya yang sedikit lebih kurus dari dulu.
"Ihh, kok jadi kurusan sih Ayah. Kan Abby lebih suka yang bergelember disininya" Ucap Abby dengan mengerucutkan bibirnya. "Hahaha ada-ada aja kamu ini, kan enakan gini tau. Kayak kata anak sekarang gitu, sixpack ya?"
"Mana ada sixpacknya Yah, adanya onepack, yang belendung gede gitu hahaha" Ayahnya mencubit ujung hidung anaknya itu, "Kalo ngejek orang nomor satu ya ini anak"
Abby menjulurkan lidahnya, "Anaknya papa lah"

KAMU SEDANG MEMBACA
Refinamiento
Fiction généraleMenceritakan seorang CEO dan wanita biasa? Tentu saja bukan, Menceritakan seorang badboy dan nerd girl? Juga bukan. Ini hanya kisah seorang Abbyan Myesha yang bertemu kembali dengan sang pacar, Angkasa Az Zidni. Setelah lama Angkasa menghilang dari...