Bab 18

4 0 0
                                    

Baik keluarga Abby dan keluarga Angkasa, keduanya sudah menyepakati tanggal baik untuk menyelenggarakan pernikahan sepasang kekasih tersebut. Mereka sepakat akad dan resepsi dibedakan. Hanya dikelang satu hari saja.

Karena bulan pernikahan mereka semakin dekat, hari ini Abby dan Angkasa mengosongkan jadwal mereka. Mereka sudah mengkonfirmasi pihak butik untuk melihat-lihat baju yang dipakai di hari akad dan resepsi.

Abby menunggu Angkasa di ruang tamu rumahnya, karena memang Angkasa yang memaksa Abby untuk pergi bersamanya. Tak lama terdengar bunyi klakson mobil, Abby segera menuju pintu dan mengunci pintu rumahnya lewat kunci cadangan. Bundanya sedang pergi ke rumah teman arisannya sedangkan Ayahnya pergi ke kantor.

"Hai....udah lama nunggunya??" Sapa Angkasa saat Abby baru saja menduduki jok mobilnya.

"Assalamualaikum, nggak kok. Ga terlalu lama tadi nunggunya" Sedangkan Angkasa menggaruki kepalanya yang tak gatal, "Hehe lupa ngucap salam. Waalaikumsalam"

"Ya udah, langsung jalan aja takutnya macet di jalan" Mobil CR-V putih Angkasa berjalan membelah jalanan. Membutuhkan waktu 45 menit, mobil Angkasa berhenti di sebuah butik tempatnya berjanjian. Abby dan Angkasa berjalan beriringan menuju pintu butik, sebelum membuka pintu  butik. Angkasa mengambil tangan kanan Abby dan mengaitkannya di lengan kirinya.

Maklumm, calon pengantin baru inii

Angkasa dan Abby berbicara sebentar dengan pegawai disana. Mereka masih meminta bayang-bayangan untuk pakaian yang akan digunakan untuk akad dan resepsi. Abby dan Angkasa sudah menyetujui untuk konsepnya, di hari akad semua  berwarna putih, dan di hari resepsi mereka memilih warna peach.

Untuk akad nikah, pilihan Abby jatuh pada gaun putih sederhana. Hanya bagian atas dan pergelangan saja yang memiliki hiasan, sedangkan bawahnya hanya terjuntai dengan sedikit mengembang.

 Hanya bagian atas dan pergelangan saja yang memiliki hiasan, sedangkan bawahnya hanya terjuntai dengan sedikit mengembang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan untuk hari resepsi, Abby memilih gaun berwarna peach dan lebih banyak ornamennya dibanding gaun akad.

Dan untuk hari resepsi, Abby memilih gaun berwarna peach dan lebih banyak ornamennya dibanding gaun akad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk Angkasa, ia memilih tuxedo putih untuk akad. Tak lupa ditambahkan dasi kupu-kupu berwarna hitam yang menambah pesona ketampanannya.

 Tak lupa ditambahkan dasi kupu-kupu berwarna hitam yang menambah pesona ketampanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak seperti Abby, Angkasa memilih tuxedo berwarna coklat muda untuk hari resepsinya. Untuk menyesuaikan dengan gaun Abby, ia memilih dasi kupu-kupu berwarna peach.

Setelah melihat-lihat pakaian, dan mengukur tubuh mereka, kedua pasangan itu menuju ke sebuah hotel bintang lima yang cukup mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melihat-lihat pakaian, dan mengukur tubuh mereka, kedua pasangan itu menuju ke sebuah hotel bintang lima yang cukup mewah. Mereka tidak akan menyia-nyiakan pernikahan yang cuma sekali seumur hidup mereka. Kedua orang tuanga juga menyetujui, karena mereka anak semata wayangnya. Mereka bahkan ingin mengundang seluruh kenalan mereka, tak terhitung berapa jumlah undangan yang harus disebar.

Mereka sudah sepakat akan menggunakan ballroom hotel itu, dan pihak hotel juga yang akan mengurus segala macam makanan, kedua belah pihak keluarga hanya memilih makanan apa yang akan disiapkan. Tak sampai disitu, Abby dan Angkasa kembali menjelajahi toko percetakan. Mereka belum sempat membuat undangan karena memang keduanya memiliki kesibukan sendiri. Setelah berunding cukup lama dengan kedua orang tua mereka lewat telepon, akhirnya mereka memesan sebanyak 750 undangan terlebih dahulu, karena tamu undangan akan bertambah lagi.

***

Mobil Angkasa sudah sampai di perkarangan rumah Abby. Keduanya turun dan berjalan memasuki rumah. Abby membuat minuman terlebih dahulu, sedangkan Angkasa duduk di depan ruang tengah.

"Nih minum dulu, biar segeran" Tak membutuhkan waktu lama Angkasa sudah meneguk tandas sirup yang di dibuat Abby. Abby kembali ke dapur tetapi dicegah oleh Angkasa, "Mau kemana?" Tanya Angkasa.

"Mau masak dulu, kamu pasti udah laper kan? Tadi kan ga sempet makan" Angkasa hanya mengiyakan karena memang perutnya sudah sangat lapar. Apalagi kali ini yang memasaknya adalah 'calon istri'.

Setelah makan siang sederhana, Angkasa lebih memilih untuk tidak pergi ke kantor. Dengan alasan ingin berduaan dengan calon istri.

Awassss khilaf lo Angkasa, bahaya anak orang masih segelan.

"Sholat dulu gih, nih sarung sama peci nya. Ntar sholatnya di atas aja udah aku siapin sejadahnya" Angkasa mengangguk dan berjalan ke arah kamar mandi dekat tangga. Abby yang memang sedang berhalangan hanya duduk di depan TV dan menonton. Sangkin seriusnya, ia tidak sadar kalau Angkasa sudah duduk di sampingnya.

"Calon suami dianggurin, yang diperhatiin upin ipin. Tak betul itu" Abby memalingkan wajahnya, "Lebih gemes liat Uncle Muthu dari pada kamu, apalagi hidungnya bulet bulet gitu" Angkasa hanya tertawa mendengar penuturan Abby.

"Iyain udah, yang penting Opah seneng iyaa" Abby mencubit lengan Angkasa dan sedikit melintirnya.

"Aduhh sakit Abbyan sayang, tuh merah kan lengan aku" Ucap Angkasa sambil menggosokan lengannya yang dicubit Abby.

"Eh-sakit ya? Maaf" Abby menarik lengan Angkasa dan meniupnya agar lengan Angkasa tidak perih, pikirnya.

"Udah nggak apa-apa, karena kamu udah berani cubit aku. Aku bales kamu" Angkasa menggelitik kaki Abby yang memang sedang selunjuran di atas sofa.

"Hahahahaa aduh Sa perut aku sakit udahh hahahaha" Abby tak berhenti menggeliat sampai kepalanya kepentok diujung sofa yang memang sedikit tajam.

"Aaawww" Angkasa segera menarik tangannya dan menjulurkan ke arah kepala Abby, Angkasa sedikit mengusapnya karena tidak mungkin ia membuka hijab Abby.

"Aduh...masih sakit ya? Sini aku usapin" Abby hanya pasrah atas perlakuan manis Angkasa, dan dengan tak sengaja senyuman tipis terbit di bibir Abby. Di matanya, Angkasa sangat tampan jika sedang fokus pada sesuatu, membuat detak jantungnya berdegup kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RefinamientoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang