Page 15 - B. Luka

766 126 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hina... tangan kamu kenapa?"

Hina tampak kaget dengan pertanyaan Jaemin dan langsung menyembunyikan tangannya ke belakang punggung. Hina menyimpan pudding yang baru habis setengahnya, lalu menjawab dengan gugup,

"Mmm...a-aku.. aku kena pisau kemarin. Waktu bantuin nenek masak..."

"Kamu 'kan nggak suka masak. Kenapa harus pegang pisau?" tanya Renjun dengan heran sekaligus curiga. Hina tampak lebih gugup kemudian mencoba tersenyum,

"Itu... aku nggak sengaja–"

"Bohong."

Hina langsung berhenti bicara dan menatap Saeron dengan terkejut. Saeron balas menatap Hina dengan tajam,

"Kamu udah bohong, Hina." kata Saeron sekali lagi. Hina masih diam dan menampakan wajah tak suka karena ucapan Saeron.

Hina langsung berdiri dan berniat pergi meninggalkan mereka berlima. Saeron menarik tangan Hina dan membuatnya tersentak,

"Ini urusan aku. Orang lain nggak perlu ikut campur." kata Hina dengan suara yang serak.

"Aku bukan orang lain. Aku temen kamu. Mereka juga temen kamu. Kalau kamu ada masalah, kamu harus cerita, Hina! Jangan disimpen sendiri!" kata Saeron dengan suara yang ditinggikan. Hina langsung menghempaskan tangan Saeron dan berjalan masuk ke dalam rumah,

"Hina..! Kamu masih punya telinga 'kan?! Kalau kamu nggak mau dengerin aku, kamu harus dengerin omongan nenek Gong...!" Saeron berteriak dengan emosi membuat Hina berhenti berjalan.

"Percuma kalau kamu pindah kelas tapi masih ketemu mereka! Apa susahnya pindah ke sekolah aku, Hina? Aku janji bakal jagain kamu! Aku nggak mau ngeliat kamu kayak gini lagi!"

Di kejauhan, Hina ikut berteriak dengan menahan air matanya.

"Aku bilang ini bukan urusan kamu! Kamu nggak usah ikut campur dan ngelibatin mereka berempat! Kamu nggak bakal ngerti, Saeron!"


Brak!


Hina menutup pintu asrama dengan keras, membuat Saeron langsung terdiam.

Haechan, Jeno, Jaemin dan Renjun yang sedari tadi ikut diam, memperhatikan pertengkaran Saeron dan Hina jadi merasa bersalah.

Saeron melirik ke arah samping dan baru sadar kalau keempat anak itu masih ada di sini. Gadis itu menghela nafas berat sambil membersihkan peralatan makan di depannya.


"Ini punya Jeno 'kan? Tempat makannya biar aku cuci dulu. Nanti sore aku balikin ke rumah kamu, sekalian ke rumah kak Yeri dulu..." kata Saeron dengan cuek pura-pura melupakan kejadian barusan.

"Eh? Gapapa kalo nggak dicuci juga. Nanti aja aku cuci di rumah..." kata Jeno sambil meraih kotak makan di tangan Saeron. Saeron mengelak dan membereskan barang lainnya,

Our Page | NCT 00Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang