Page 25 - A. Brother

678 113 1
                                    

WARNING! PG-17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WARNING! PG-17

"Kayaknya kita nyasar, Hin..." kata Haechan dengan panik saat mereka sampai di tengah hutan. Hina menghela nafas bingung sambil memutar kepalanya, mencari arah keluar yang benar.

"Kita udah lewatin jalan ini dua kali. Sekarang kita harus kemana?" tanya Hina dengan kalem. Haechan yang tadinya panik, menjadi lebih tenang saat melihat gadis jepang itu tersenyum padanya.

"Ya udah. Kita ambil jalan yang berlawanan dari sini. Tadi kita ambil jalan lurus sama kiri. Sekarang ambil jalur kanan."

Hina dan Haechan lalu berjalan mengikuti insting mereka. Langkah mereka tiba-tiba terhenti saat ada dua laki-laki bertubuh jangkung dan berwajah garang berdiri di depan keduanya.


"Kalian siapa?" tanya Hina dengan bingung. Kedua cowok itu memakai seragam olahraga yang sama dengan mereka, tapi Haechan dan Hina sama sekali tidak kenal.

Kedua laki-laki itu tidak menjawab dan berjalan mendekat ke arah mereka dengan memasang senyum yang mengerikan.


"Hina lari!"


Haechan langsung berteriak dan menarik tangan Hina dengan cekatan. Kedua anak itu langsung berlari kabur, kembali masuk ke dalam hutan yang membuat mereka tersesat.

Melihat target mereka kabur, dua laki-laki itu ikut berlari dan mengejar mereka. Haechan menggenggam tangan Hina dengan erat. Tangannya bergetar karena takut terjadi hal buruk pada gadis itu.


Hutan yang gelap tanpa adanya penerangan, ditambah pohon-pohon yang tinggi menjulang, membuat jarak pandang keduanya berkurang. Hina yang hanya memakai sandal, kehilangan alas kakinya itu saat tersandung akar pohon yang besar.

Kedua laki-laki yang mengejar mereka semakin memperpendek jarak. Di persimpangan jalur hutan, Haechan tidak sengaja melepas tangan Hina. Gadis itu berlari ke arah yang berlawanan dengan Haechan. Mereka berdua terlalu panik untuk terus bersama, sampai memutuskan untuk berpencar.


Sadar kalau Haechan berpisah dengannya, Hina mempercepat larinya. Walau pun kelelahan, gadis itu berlari lebih cepat menjauhi orang yang mengejarnya.


Srett...! Brugh!


"A...argh!" Hina berjalan terseret-seret dan bersembunyi di belakang pohon yang besar. Gadis itu mengaduh kesakitan saat betis kirinya bergesekan dengan akar pohon yang mencuat ke atas. Celana training-nya bahkan sobek sampai ke lutut karena akar pohon itu cukup tajam.

Dengan tubuh kecilnya, Hina bersembunyi di antara akar-akar pohon yang besar dan daun-daun jatuh di sekelilingnya. Sesekali gadis itu mengintip keluar, melihat pria yang mengejarnya tengah kebingungan mencari keberadaan Hina.

Gadis itu bisa bernafas lega saat laki-laki itu pergi dengan tangan kosong. Hina melirik kakinya dengan tatapan miris. Hina menyenderkan kepalanya ke batang pohon sambil menatap langit yang gelap. Ada sobekan cukup panjang di betis Hina.

"Kalau aku gerak, pasti keluar darah."

"Eh, bentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, bentar. Kalau arahnya diubah begitu, berarti Hina sama Haechan ngambil jalur kiri? Mereka masuk ke tengah hutan?!"

Mendengar pertanyaan Renjun, Jaemin jadi terbawa emosi. Cowok itu langsung berlari ke arah Eric dan melayangkan bogem mentah di wajah anak itu.

Eric yang jatuh tersungkur ke tanah, mengangkat wajahnya untuk melihat orang yang memukulnya. Cowok itu langsung tersenyum sinis saat melihat Jaemin berdiri di depannya. Renjun menghampiri Jaemin dengan panik, dan menatap keduanya dengan bingung.

"Bangsat! Dimana Haechan sama Hina?!" tanya Jaemin dengan marah sambil menarik kerah baju Eric. 

Eric hanya diam dan menatap Jaemin dengan datar. Dia langsung mendorong tubuh Jaemin, memaksa anak itu melepas cengkraman di kerah bajunya.

"Bukan urusan lo." jawab Eric dengan datar. Jaemin mengepalkan tangannya menahan hasrat untuk meninju Eric.

"Lo panitia study tour juga 'kan? Kenapa lo muter petunjuk arahnya? Hina sama Haechan dimana?" Renjun kembali bertanya dengan lebih tenang, karena Jaemin masih tampak emosi.

"Mereka? Kesasar di hutan." balas Eric dengan sinis. Renjun mengerutkan keningnya dengan bingung. Ada yang salah dengan anak ini.


"Jangan peduliin dia. Kita cari Hina sama Haechan sekarang." kata Jaemin dengan kesal sambil berlalu mengambil jalur kiri. 

Renjun lalu mengikuti Jaemin dari belakang. Kedua anak itu langsung terdiam saat dua orang asing berdiri di hadapan mereka.


"Harusnya lo berdua nggak usah ikut campur. Biar satu tikus aja yang kena perangkap."


Eric mengangkat tangannya dan memberi aba-aba pada dua pesuruhnya.


"Awasin mereka supaya nggak masuk ke dalem hutan. Kalo ngelawan, hajar mereka. Jangan sampai mati."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^

Our Page | NCT 00Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang