Page 14 - C. UAS

749 128 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ke-3 : Jeno

Sebenarnya, Jeno nggak masalah kalau tiba-tiba disuruh sama guru untuk bantu-bantu. Apalagi kalau gurunya baik hati.

Siapa tahu dikasih nilai tambah, 'kan lumayan.

Tapi yang jadi masalah, guru Lee nyuruh-nyuruh Jeno di waktu yang tidak tepat. Setelah selesai kumpul bareng ekskul baseball untuk ngobrolin perlombaan nanti, guru Lee yang notabene-nya adalah pembina klub baseball malah nyuruh Jeno pergi ke mejanya.

"Bantuin bapak periksa hasil ujian, ya. Tadinya bapak mau minta tolong sama yang lain, tapi mereka suka manipulasi nilai. Kamu 'kan jujur, jadi bapak nggak khawatir. Ini kunci jawabannya. Kamu bisa periksa di ruang guru."

Setelah itu, Jeno hanya bisa mengangguk pasrah. Dan guru Lee langsung pergi ke luar sekolah untuk mengurusi pendaftaran turnamen baseball.


Kemarin, setelah selesai  ekskul, Jeno bisa pulang bertiga bareng Hina dan juga Jaemin.

Dan hari ini, karena Jeno tiba-tiba disuruh memeriksa lembar jawaban ujian olahraga, alhasil Hina pulangnya bareng Jaemin.


Berdua.


Itu dia masalahnya.


Kalau Hina sampai dimodusin, Jeno sudah berencana  untuk laporin Jaemin ke nenek Gong. Biarin. Biar Jaemin tahu rasa. Enak banget tuh bocah berduaan sama Hina!

 Enak banget tuh bocah berduaan sama Hina!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, di sini lah Jeno sekarang. Di ruang guru yang sepi, dengan seorang siswa yang bernasib sama dengan dia.

 Di ruang guru yang sepi, dengan seorang siswa yang bernasib sama dengan dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain di sini?" tanya Jeno pada Felix yang duduk di depannya. Felix melirik Jeno lalu kembali fokus memeriksa lembar jawaban.

"Meriksa hasil ujian bahasa inggris. Miss Han yang nyuruh."

"Bahasa inggris? Mana gue pingin liat! Nilai gue berapa, Lix?!"


Felix langsung sigap mengambil lembar jawaban dan menyembunyikan kertasnya dari Jeno. Ia lalu memasang tampang risih sambil menyuruh Jeno untuk balik lagi ke tempat duduknya. 

"Kepo lo! Nanti juga tau kalo udah diumumin!"

"Gue 'kan pingin tau sekarang! Kalo di atas tujuh puluh, gue mau teriak kesenangan, Lix! Terus laporan ke si daddy sama si mommy, kalo gue dapet nilai bagus! Udah gitu, gue mau pamer ke Herin sama kak Mark, kalau gue juga bisa bahasa inggris...!" kata Jeno sedih, sekalian curhat colongan,

"Gue 'kan cuman pengen tau doang! Dasar pelit lo!" lanjut Jeno sambil merengut.

"Dapet tujuh puluh aja seneng? Gue yang biasa dapet sembilan puluh, biasa aja tuh..." kata Felix sambil memasang wajah sok polos. 

Sombong yang terselubung nih.

"Anjir! Sombong amat! Nilai bahasa korea cuman tiga puluh aja bangga...!" sindir Jeno ikut-ikutan memasang wajah sok polos. Felix langsung merengut dan meelempar Jeno pakai penghapus.

"Sialan!"


Mereka kembali diam dan fokus memeriksa hasil ujian. Beberapa belas lembar lagi sebelum selesai, Felix kembali mengajak Jeno mengobrol.

"Lo kenapa ngebet banget pengen dapet nilai tujuh puluh? Optimis kek dapet delapan puluh."

Mendengar perkataan Felix, Jeno cuma diam. Dia langsung garuk-garukin kepala karena bingung mau jawab apa.

"Mmm... tujuh puluh aja gue pesimis, Lix. Gue mau dapet nilai segitu, supaya Hina seneng..."

"Oh? Lo sekelas, ya sama Hina? Yang orang Jepang, pindahan dari kelas A?"

Jeno mengangguk, "Iya. Bukan cuman sekelas, tapi sekolompok juga."

"Anjir. Enak banget sekelompok sama murid pinter."

"Iya lah! Nanti, kalo gue dapet tujuh puluh, gue udah punya rencana baru, Lix..."

"Rencana apaan?"

"Rencana jadi f4-nya Hina. Terus yang jadi Goo Junpyo-nya gue. Cocok nggak?"

Mendengar omongan Jeno, Felix langsung diam.

Bentar. 

Jeno jadi Goo Junpyo?

"Jen, gue tau lo ganteng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jen, gue tau lo ganteng. Tapi gue mau ngakak bayangin lo rambutnya dikeriting macem Goo Junpyo..."

"Nggak usah repot-repot bayangin, Lix. Entar gue keritingin sendiri di rumah. Nanti kalo udah jadi, gue kirim fotonya ke elo."

"Anjir, nggak usah! Mau muka lo ganteng kayak apa juga, gue nggak mau liat rambut lu macem Goo Junpyo! Nggak cocok!"

"Lah? Gue nggak cocok jadi f4-nya Hina?" tanya Jeno dengan sedih.

"Hah? Ya, nggak gitu juga sih, Jen..." jawab Felix dengan bingung.

"Terus apa? Kalo bukan gue yang jadi Goo Junpyo-nya Hina, terus siapa? Masa Renjun? Masa Haechan? Masa Jaemin?" tanya Jeno dengan keukeuh.

"Tau ah! Serah lo aja! Capek gue ngomong sama lo!" 

"Kalau nggak ngomong sama elo, terus gue ngomong sama siapa, Lix...?!"

"Ngomong nih sama kertas soal!" kata Felix dengan emosi, sambil membanting tumpukan kertas jawaban ke atas meja.


Jeno tuh ya! Ganteng-ganteng kok miring otaknya?!

Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^

Our Page | NCT 00Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang