Seminggu sudah sosok perempuan cerewet yang dulu selalu mengejar-ngejar David kini berubah. Tidak peduli, acuh, dan menjadi sosok yang lebih pendiam. Meisya.
Setelah kejadian seminggu yang lalu, Meisya berhenti peduli, dan berhenti memperjuangkan David, orang yang kini telah mengambil separuh hatinya.Disisi lain, seorang cowok sedang duduk terdiam dengan kedua tangan mengepal menyangga dagu nya. Sejak datang ke tempat tongkrongan mereka, David lebih banyak diam. Lebih tepatnya sejak seminggu yang lalu, sikapnya menjadi lebih dingin. Sahabatnya sering kali dibuat bingung, pasalnya David sering kali berubah ubah moodnya. Hari ini diem, besok uring-uringan ga jelas, besok balik lagi diem.
"Lo kenapa sih? Seminggu ini lo kaya bukan lo tau nggak Dav?" Deon membuka suara, karena sejak tadi mereka hanya diliputi keheningan.
"Kalo ada masalah tuh dibagi sama kita-kita brey, jangan dipendem sendiri! Lo tau lo punya kita!" sahut Reza
Azka hanya diam tidak ikut berbicara, pasalnya ia sudah tau penyebab sahabatnya seperti ini. Siapa lagi kalo bukan Meisya.
David mengacak rambutnya frustasi, "Arghh, gue kenapa sih!"
Dirinya sendiri tidak tau apa yang terjadi dengan hatinya. Sudah seminggu ini, sejak kejadian itu Meisya tidak lagi mendekatinya. Tidak lagi peduli padanya. Gadis itu benar-benar menepati ucapannya untuk tidak menganggu David.
Bahkan setiap berpapasan Meisya selalu mengalihkan pandangan ketika mata mereka bertemu, Meisya seolah tidak mengenal David.David merasa seperti ada yang hilang. Hatinya terasa hampa. Ia sempat menyadari bahwa ia menaruh perasaan pada Meisya. Tapi dia selalu mengelak. Sampai dia tidak bisa membendung lagi perasaannya.
"Gue ngerasa kehilangan pas dia bener bener jauhin gue, gue ngerasa hampa waktu dia pergi dari gue, gue ngerasa ada yang nggak beres sama hati gue semenjak dia berhenti peduli sama gue." ucap David dengan suara lirih namun masih bisa didengar oleh ketiga sahabatnya.
Azka mendekat dan menepuk punggung David, seolah menguatkan "Gue seneng lo udah menyadari perasaan lo, tapi lo juga salah waktu itu. Lo nyakitin dia dengan omongan lo ,lo nyuruh dia pergi and see? Dia pergi beneran kan dari hidup lo? Jadi kalo lo udah sadar dan bener-bener sayang gantian lo yang perjuangin dia, jangan sampe lo nyesel karena terlambat!"
"Iya ma broo, perjuangin dia sebelum terlambat, gue tau seminggu ini lo nggak tenang karena dia nggak peduli lagi sama lo," sahut Deon membuat David melotot seolah bertanya 'darimana lo tau'. Deon hanya terkekeh melihat sahabatnya yang sangat labil dalam urusan cinta ini.
"Gue bingung," lirih David.
"Bingung apanya gimana nya nih?" tanya Reza.
David mengendikan bahunya sambil menggeleng, "Gue nggak tau harus mulai darimana. Gue tau dia pasti udah benci banget sama gue karena ucapan gue waktu itu."
"Kalo lo laki lo pasti ngerti broo!" ucap Deon memberi semangat pada David.
***
Selesai menulis buku diary nya Meisya merebahkan tubuhnya diatas kasurnya sambil menatap langit langit kamar yang berwarna biru. Tiba tiba tetesan air mata lolos dari mata indahnya dan turun membasahi pipinya.
"Semakin gue jauhin lo, semakin buat gue sakit. Tapi gue udah janji buat jauhin lo, dan yang gue rasain seminggu ini sakit banget di hati Dav. Gue nggak bisa berhenti peduli sama lo, gue udah terlanjur sayang sama lo," ucap Meisya masih menatap langit langit kamar dengan suara serak khas orang menangis.
"Apa segitu benci nya lo sama gue sampe lo nggak mau deket deket sama gue? Gue salah apa sih? Salah gitu kalo gue sayang sama lo?" Meisya masih bergeming, tepatnya bertanya pada dirinya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/147802693-288-k490825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatred
Teen FictionHari ini kita membenci seseorang begitu dalam. Tapi siapa sangka besok kita mencintai seseorang itu begitu dalam. Jadi bersikap sewajarnya saja demi menyelamatkan keadaan hati. Seperti yang dirasakan sosok laki-laki bernama Mahesa David Pradipta ya...