pamit

96 11 0
                                    

Langit, dia masih tersenyum saat hati tak beruntung, pada hari itu seperti daun yang kering terlepas dari dahannya. Kini tertiup angin pada jarak jauh dan pergi karenanya. Bayang yang kian perlahan terhapus di ujung kisah akan tetap diingat cara dalam tersenyum terakhir kali. Menjanjikan hingga tak terlupa cara tuk ungkapkan rasa.

"Apa salahnya si mencoba membuka hatimu, toh gak akan rugi bukan? Malah kamu yang bakal selalu diperhatikan sama dia" ucapku.

"Gak ada yang salah, waktunya saja yang belum tepat!..." jelas pia

"Nunggu hingga kamu siap itu keburu tua, dia mencoba mengikuti keinginan kamu untuk tidak pacaran, trus sekarang pas dia lamar kenapa kamu tolak?"

"Aku tidak menolaknya, jika memang dia jodohku allah juga akan menyatukan, tapi kalo sekarang belum saatnya, aku ingin membahagiakan kedua orang tua ku dulu nissyah!"

"Iya aku tau pi... orang tua lebih utama, tapi apa kamu gak kasihan dia datang dari kalimantan ke jakarta, trus kamu cuman bilang belum siap! Membahagiakan orang tua juga bisa setelah kita menikah, orang tua mana si yang gak bahagia liat anaknya menikah?" Tanganku kini dibahunya.

"Aku gak bisa niss... aku belum siap untuk itu, lagian aku tak terlalu yakin dia mencintaiku apa adanya. Jika dia mencintai dengan hawa nafsu perlahan akan membuatnya jenuh dan meninggalkan"

"Yasudah lah pia itu mungkin memang keputusan mu, aku sebagai teman hanya mengingatkan, oh yah... duluan ya..."aku meninggalkan nya di taman sendirian.

Dari mana senja yang bersembunyi dikabut, kini dapat dipahami bahwa tak selalu bahagia itu bersama. Memilih jalan terbaik untuk rahasianya adalah menunggu surga yang tak disangka banyak orang nantinya.

"Nissyah!..."panggil seorang pria yang mengejarku."Iyah..."

"Kamu nissyah al khansa?"

"Iya saya, ada apa?"

"Saya raka, fakultas sastra semester akhir, jadi kita ada program..." terpotong

"Nanti saja ya... saya lupa hari ini ada kelas, saya duluan assalamualaikum..."
"Waalaikum salam..."

Tepat pada pintu masuk kelas terlihat orang yang berbeda didepan. Pria muda itu memakai kaos hitam, celana levis, dan anehnya seperti menjelaskan tapi bukan dosen.

Tok...Tok...
"Assalamualaikum..."

"Waalaikum salam..." jawab serentak.
"Kenapa diam didepan aja?, silakan masuk..." Pria itu berbicara lembut.

"Iya..." bergegas duduk.

"Siapa yang nyuruh kamu duduk?, kesini..."Semua memandang.

"Siapa nama kamu?"

"Saya? Nissyah... anda sendiri?"

"Kamu tau kan kesalahan kamu apa? Sesuai peraturan pak dery yang saya tau kamu keluar..."

"Siapa anda suruh saya keluar?"

"Saya dosen pengganti disini. Nama saya fahrizal, silakan keluar..."

Lelaki itu hanya menunjuk pintu arah keluar tanpa ber kata lagi, tak yakin dengan penampilannya. Seperti pereman kelas kakap yang memalak anak sd untuk mengeluarkan uang jajannya, tak ada tampang sedikipun darinya sebagai dosen pengganti. Mataku hanya melihat kearah tangannya, mulai mengikuti perlahan perintahnya.
"Tunggu...." panggilnya. Aku menoleh "Kamu mahasiswi bukan?, buang sampah itu pada tempatnya. Tolong dong buang sampah saya" ucapnya dengan santai, dan melanjutkan pekerjaannya "ok kita lanjut..."


                              ****

"Sumpah ngeselin...., baru jadi dosen pengganti aja udah ngeselin bangett... huft..." dumel.

"Assalamualaikum... niss kamu kenapa, butek gitu mukanya..." ucap pia yang datang dari belakang.

"Kamu lagi... pusing pala nih... masa aku dateng telat aja disuruh keluar, udah gitu buang sampah lagi"

"Hihi... kamu tuh lucu, udah tau telat tadi masih aja ngobrol"

"Ya aku kan cuman mau bantu permasalahan kamu pi..., sekarang gimana mau nya kamu?..."

"Kok maunya aku?"

"Ya iya... gimana sama ali..."

"Aliiii???...."

"Hmmm"

"Dia balik ke kalimantan, tadi pas kamu pergi dia pamit nelpon"

"Ya terus?..."

"Ya gak ada terusan..."

"Astagfirullah pia... kamu ini bodoh apa terlalu pintar"

"Kamu yang bodoh..."

"Ya kamu udah melepas jodoh kamu pia..."

"biar dia pergi, jika memang kita jodoh pasti ada waktu dimana nanti kita menjalani hidup bersama, aku tak menyesal malah makin termotivasi apa dia bisa bertahan tanpa berhubungan dan jarak yang jauh mempertahankan perasaanya, dan sekarang aku cuman ingin fokus sama karir aku..."

Tangan tak akan selalu menggenggam apa yang bukan miliknya. Jika hadirnya memang belum tepat, hapus semua perasaan untuk memulainya pada saat yang seharusnya hati itu menetap.

Makasih yang nyampetin baca. Jika banyak dari kesalahan penulisan mohon maaf karna saya penulis pemula.
Jangan lupa komentar ok....

Tabir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang