gadis! sampaikah salam kenalku?

26 2 0
                                    

Dapatkah ku mengenali sorot mata yang terdahulu. Gadis itu memenuhi isi kepala yang tak di habis pikir bisa kah mengenalnya, atau berbicara sebentar tentangnya dan sebagainya. Berusaha berkali kali berpaling dari kamera mengambil objek dari satu tempat ketempat yg lain.
Langit yang bahagia tampak indah pada bangunan tua bersejarah yang ramainya pengunjung tanpa henti, berbagai pasangan saling bercumbu melakukan yang belum seharusnya dilakukan di hubungan yang belum dihalalkanya

".... mau kesini gak?" Suara wanita yang duduk tepat didepan bersama pasangannya.

"Insyaallah, mau si ke kotu tapi masih jam kerja, mungkin sore kalau kaki udah enakan juga si".

Ku pikir wanita itu berbicara dengan yang disampingnya, tapi kenapa suara tadi yang di vical itu tak asing didengar.

"Udah lu jangan kesini tar baper, maklum jomblo" ucap lelaki itu.

"Udah ngomongnya? Rat... Ka rangga mulutnya tuh lemes kaya cwe..."

"Udah yank kasihan..."

"Iya deh...iya..."

"Ka... jajanin aku ya...."

"Ogah...."

"Pelit!.... pokoknya tar disana aku mau makan kerak telur kaka yang bayarin".

Gadis apakah itu kau?, bagaimana ku memikirkannya jika semua wanita yang berbicara aku anggap itu kau, mengapa kau membuat begitu penasaran hingga membuat lupa diri ku terhadapnya.
Kini pasangan itu melihat kearah dengan banyak tanda tanya pada lelaki yang sedari tadi dibelakangnya.
Zar hanya bisa sedikit tersenyum mencoba ramah, dan menjauh dari mereka.

Dret...drett...drettt....(hp nya bergetar)
"Assalamualaikum,Halo... iya pak, siap... ok hingga kapan ya pak? insyaallah... Waalaikum salam".

Mentari, jingga senja memancar
Yang datang terkikis malam
Setiap kali ucapmu kini bincar
Mendatangkan rasa yang dulu kelam. Angin izin kan ku berbicara pada banyangnya yang tanpa sengaja terus berpikir menggantikan semu luka itu tapi tak membuat sedikit warna dahulu hilang.
Ceklik...(suara kamera)
Tangkapan bagus sayangku, yah....dia memang gadis itu. Matanya masih ku kenali walau wajahnya tertutup rapat dari masker yg selalu dikenakanya, Kerudung besar tertiup angin semakin membuatnya anggun dengan warna merah muda.

"Heee.... kurang tinggi kemana aja lu?" Tegur temannya.

"Ih... dia mah kasar. ratih! Ajaran tuh gak sopan"

"Udah apa yang kasihan tau dibully trus sama kamu". saut wanitanya.

"Siap yang ngebully?, dia nya aja yang baperan... makanya jangan jomblo lama lama..."

"Bodo! Hak privasi orang mau jomblo atau tidak, lagian dalam agama gak ada tuh namanya pacaran". tegasnya.

"Hmmm... trusss....".

"Cieee.... merasa ya??...., tenang ko untuk kalian boleh tapi dosanya tanggung sendiri, jangan ngajak akuuu...."

"Ha!...hahaa!!...hahaha!!!...., pantesan gak ada mau"

"Maksudnya?"

"Baju gedombrongan, Kerudung kegedean, kesini pake sendal jepit, hello neng ini tuh tempat rekreasi bukan tempat wudhu".

"Biar, kaki aku sakit tau...."

"Udahhhh!!!, puas berantemnya? Yuk ikut". Ucap ratih.

Pembicaraan kian ramai diantara mereka, ya gadis itu tampak ceriah dilangit sore manisnya jingga. Tak kuasa ku mencegah diri tuk tak melewatkannya waktu dari bayangnya, mengikuti langkah dari banyaknya kisah yang belum pernah diketahui ya... putri raja mana kah dia? Tapi bayang dari permaisuri menjadi penghalang ku.
Dapatkan salam ku padanya?

"Hai...hallo... assalamualaikum? Ada orangnya gak?". Tangannya
melambai.

"Astagfirullah...., maaf!".

"Lu kenal temen gw?".
Wanita itu menunjuk ke arah gadis yang sudah berada didalam busway.

"Ah...tidak"

"Trus kenapa lu dari tadi ngikutin kita, dan memperhatikan temen gw. Itu kan sama aja zina mata".

"Hmmm... saya cuman ngerasa pernah melihatnya"

"Dimana?, kenapa lu gak ngomong sama dia langsung?"

"Gak sopan bagi saya untuk mendekatinya karna dia ber...". Tangannya memberi isyarat.

"Cadar maksud lu?, dia itu gak bercadar cuman memang dia suka makan masker mulut karna giginya tonggos"

"Tanggos?"

"Hahahaha...., lu pikir aja sendiri, udah dulu ya tar cowo gw curiga lagi ngeliat lu..."

"Em... tunggu namaaa...."

"Gw ratih!..."

"Bukan!"

"Khansa!...."

"Siapa?..."

"Khan....saaa....". Yah... gadis itu.

Ratihhh
Hitam warna pelangi yang tidak pernah ku ketahui pasti. Dalam tujuh warna itu tersirat garis gambaran semu, mataku menunduk...

"Kamu kenapa?, apa karna Saa pulang duluan...".

"Enggak..., eh ada yang aku mau omongin sama kamu".

"Apa?".

"Kenapa kamu sayang sama aku rangga?".

"Rasa itu tanpa alasan, jika kamu bertanya seperti itu apa jawaban kamu kenapa memilih aku dari semua lelaki yang mendekati mu?, jujur saat khansa kenalin kamu ke aku, aku ngerasa kamu membuat rasa berbeda dari semua wanita yang pernah dekat, termasuk khansa cewe aneh itu...hehe...".

"Jelekkkk.... jangan gitu ah... kalo gak ada dia aku gak akan kenal kamu...".

"Janji ya, jangan pernah tinggalin aku...".

"Aku gak akan tinggalin kamu walau kamu mungkin tinggalin aku nanti...."

"Aku mencintaimu....".

"Aku inget deh waktu kamu sampaikan salam lewat khansa, kata khansa kamu bilang mau kenal tapi malu,...".

"Masa.... Hmmm ternyata khansa tukang bohong ya...".

"Kamu yang bohong! Khansa bilang kamu waktu itu kamu ketiduran trus kamu nyebut nama aku, kaya gini... ratihhh gadis ku aku merindukan mu"

"Hahaha, khansa itu tukang tipu..."

"Kamu... liat ini video..."

"Iya deh.... Hmmm jadi khansa dulu sering nguntit aku buat kasih kabar ke kamu...."

"Aku mencintai mu..."

Tabir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang