kelam

13 2 0
                                    

"Kenapa?"

"Pak fahri..."

"Terserah kamu deh mau panggil saya apa, mungkin memang muka saya sangat tua(mengerutkan dahi)"

"(Tersenyum kecil) gak kenapa napa"

"Maaf ya tadi saya bentak kamu di kelas, oh tunggu kamu sedih karna itu"

"Hahaha... enggak..."

"Kenapa kamu tolak lamaran raka?"

"Ehmm..."

"Kalo belum ingin cerita gak papa ko, saya siap menjadi pendengar entah kapan pun itu"

"Makasih udah menghibur saya walau sedikit"

"Pede! Siapa yang ngibur kamu orang saya lagi... lagi nyari orang buat diomelin"

"Haha iya...Iyah... saya mau dimarahi lagi sama mas fahri"

"Apa? Tadi kamu panggil saya apa"

"Hmmm pak fahri..."

"Yah... saya pergi deh..."

"Eh jangan..."

"Cie takut kehilangan ya..."

"Apa si gak lucu..."

Perpisahan! Tadi nya berfikir tali yang sudah lama terikat mati tak akan pernah putus.
"Busuk hati lu!... (tamparan dipipi lelaki itu yang sedang duduk dengan wanita lain)"

"Ngapa si lu, gak jelas"

"Ratih hamil dan dan dia sekarang hampir melakukan percobaan bunuh diri, nyesel dulu gw ngenalin ratih sama bajingan kaya lu!!!"

"Jaga mulut lu, gw gak pernah menghamili dia!"

"Lu pikir gw bego, anak kecil yang selalu lu tipu... cape ka gw ditipu lu truss, ratih itu sahabat gw! Lu waras gak si!"

"Mending lu tanya lagi yang bener sama dianya... kalo dia emang hamil sama gw, dan dia punya buktinya ok... gw akan tanggung jawab. Tapi lu harus tau kenapa gw putusin dia, dia selingkuh sama sahabat gw sendiri... pergi lu sekarang! Pergi!!!...."

Dret...dret...
"Hallo, Waalaikum salam ada apa bu?, iya kenapa memangnya,... Yaudah nissyah kesana sekarang..." cemas.

Pada kenyataannya rumit bagiku dengan semua permasalahan yang jelas jelas tak dapat dimengerti, siapa yang berbicara benar dan berbohong. Lorong rumah sakit sore itu sangat sepi, ku berlari mencari ibu.
"Bu kenapa dengan ratih?" Ku lihat ibu yang duduk dibangku.

"Ratih kabur dari rumah sakit, tadi ibu keluar sebentar cari makan siang setelah itu ratih sudah gak ada dikamarnya"

"Bagaimana bisa ibu?"

"Ibu gak tau, kamu udah kabar in keluarganya"

"Gak ada yang bisa dikabari bu, mamihnya ratih pergi keluar kota, hanya pembantu di rumahnya"

"Bagaimana ini niss"

"Ibu tenang ya... Ibu nissyah Pesenin taksi, biar ratih nissyah yang cari"

"Hati hati ya niss...."

Ratih
Berhenti sejenak dari semua yang pernah kita lalui, aku mengenalmu, mempercayai, sekarang aku mengakui kesalahan itu. Jejak luka tak pernah ku duga ini terasa menyasat kerinduan, betapa hebat sahabatku dengan segala dramanya yang ku dapati kisah ini.

"Rangga... Rangga... Rangga..." ucapnya lemas disebuah taman.

"Kamu lebih denger fany dari pada aku!, cewe busuk itu... dia itu pembohong!!!..."

"Kamu yang sahabatnya harusnya lebih tau ratih!, kamu bilang dia pembohong lalu apa kabar dengan kamu,... jelas jelas aku liat kamu lagi berduan sama geraldi, kamu masih bilang dia pembohong"

"Aku dijebak!, aku cuman cinta sama kamu..."

"Busittt!!!, kamu mau tau kenyataannya sekarang aku sama fany... sebentar lagi kita akan tunangan, jadi mendingan lu pergi jauh jauh dari hidup gw...."

"Enggak... Kamu gak boleh tunangan sama dia gak, kita pacaran udah lama dan kamu baru kenal dia, dia itu licik gga..."

"Bodo amat, itu masalah lu..."
Kini hanya pertengkaran itu yang selalu terbayang, rasa ingin pergi dari dunia ini terus menerus menghantui. Tujuan sekarang untuk bagaimana cara pergi dari semua kenangan tentangmu. Ya... tentang mu...

Tabir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang