panggil saja zar...

23 2 0
                                    

Kau tau sangat sulit bagiku untuk mengingat dari apa datangnya sebuah rasa yang tak dimengerti siapa pemilik dari sebuah ruang kosong tanpa berpenghuni, banyak mata memercah hati dalam wajah gadis terbengkalai tak nampak ada pada ruangan itu, kini terkunci rapat pendapat orang. Lalu bangaimana menyelaraskan suatu hal yang menurutnya mudah dengan kata cinta? Aku tak pernah mengenal mu, pernah sesekali mendengar namamu... Lalu ku tulis saja setiap hari tanpa tau siapa, dan mengapa hati ini selalu tersenyum sekian kalinya jika nama itu diucap, zar??? Bolehkan aku memanggil mu.

"Hmmm udah sampai pia"ucap lelaki itu.

"Makasih pak..."

"Hmmm... Pi! Boleh bicara sebentar gak?"

"Bicara apa?"

"Saya gak ganggu kamu kan?"

"Ada apa memangnya pak fahri?"

"Hmmm... Nissyah... Kamu tau alasan dia gak Nerima lamaran Raka?"

"Biar itu jadi privasi nissyah pak, saya gak bisa cerita kesembarang orang"

"Apa saya ada kesempatan buat dekat sama dia,... Dan kamu apa kamu bisa kasih dukungan ke saya seperti kamu kasih dukungan ke raka?"

"Maksudnya???"

"Maaf jika saya lancang karena mendengar percakapan kamu, Fina dan Raka dikantin"

Wanita itu hanya menarik nafasnya dan mulai berfikir.
"Saya gak mendukung siapa pun, saya gak maksa nissyah untuk memilih siapa pun yang akan menjadi jodohnya nanti, pia cuman bisa mendoakannya saja... Dan jika memang pak Fahri berniatan baik untuk melamar mengapa tak mencoba, gak ada yang tau semuanya kan"

"Tapi apa saya pantas??"

"Yang menentukan pantas atau tidaknya bukan kita, dan pia sebagai sahabat dapat ngerasa belum ada kekecewaan dari wajah nissyah terhadap pak Fahri jadi kenapa tidak menjadikan itu sebagai pertanda pak Fahri untuk maju menikahi nissyah"

"Maksudnya??? Apa Raka pernah kecewakan nissyah?"

Wanita itu hanya tersenyum sesaat.
"Gak ada yang ditanyakan lagi kan pak..."

"Makasih ya..."

"Seharusnya saya yang makasih udah diantar pulang, assalamualaikum..."

"Waalaikum salam"

         

               "~"~"~"~"~"~"~"~"~

"Niss... Apa nama lain dari dosen mu zar??"

"Aku gak tau sa... Tapi nama itu gak asing".

"Hmmm mungkin hanya mirip zar"

"Kamu kenal namanya zar..."

"Enggak, aku cuman tau dari temanku dia bilang mau kenalin aku dengan zar,..."

"Lalu kenapa kamu anggap pak Fahri itu zar?"

"Aku liat posturnya mirip sekali kalau dari belakang, dan dia juga seorang dosen"

"Ada fotonya???"

"Ada ini tapi nampak belakangan saja..."

"Hahahaha.... Bagaimana kamu bisa ngenalin zar kalo kaya gini"

"Makanya itu... Teman ku hanya ada foto lamanya".

"Lisa,... Hmmm tolong jagain Ratih ya... Untuk beberapa hari ini aku titip dia, aku mau cari ka Rangga"

"Pasti niss, dan satu lagi maksud kamu Rangga itu Kaka kelas kita yang dulu...."

"Hmmm..."

"Lho bukan dia suka sama kamu..."

"Gak lah... Dia baik sama aku cuman sabagai Kaka doang gak lebih dari itu"

"Aku kira niss..."

Zar...zar...zar... Kenapa selalu zar yang ada dalam pikiran, lelaki seperti apa dia yang membuat kacau... Kalau saja Ratih bisa cerita lebih lengkap tentang dia tapi mengapa Lisa mengenal zar apa maksud temanya mengenali Lisa dengan zar...

"Nissyah!!..."sentak Fina dari belakang.

"Iya zar!..."

"Zar? Siapa zar?? Tunggu.... Bukanya Ratih waktu acara event pernah cerita tentang zar..."

"Fina... Ussttt..."

"Kenapa? Kamu udah ketemu zar?? Gimana dia ganteng, kaya, pintar atau gagah...."

"Apa si Fin.... Aku gak tau dia itu seperti apa"

"Tapi kenapa kamu ngelamunin zar?..."

"Enggak siapa yang ngalamin dia, aku cuman...

"Cuman apa hayoo...."

"Udah ah... Aku gak ngelamunin apa apa pulang yuk kita pesen ojol..."

"Eh tunggu dulu cerita tentang zar dulu niss..."

"Pulang cantik yah... Yuk...."

Terimakasih masih mau membaca maaf jika masih banyak typo nya...

Tabir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang