kabut hitam

38 2 0
                                    

"Saa... hiksss....hiksss..." tangis seorang wanita yang langsung memeluknya.
Ratih salah satu sahabat nissyah sejak SMK kelas 2. sikapnya yang lebay terkadang menjadi bahan becandaan bagi temannya yang lain.

"Kamu kenapa tih? Masuk dulu yuk" ajaknya.
Malam itu hening tubuhnya yang basah kuyub, tangis adalah pendamping tanpa berbicara. Ku fikir ini perkara yang biasa seperti sebelumnya, putus nyambung hubungan mereka selalu membuatnya menangis seperti hanya dia lah yang menderita. Air jahe yang kesediakan untuknya langsung diminum habis tanpa sisa.

"Saa... rangga saa... hiksss..." ucapnya terbata.

"Kamu putus lagi, jangan khawatirkan besok juga balikkan lagi" ucapku menenangkan.

"Tapi kali ini beda.... aku....akk..."

"Kenapa?"

"Akk...akk...aku hamil saa" tangis nya makin kencang dan peluknya begitu erat.

"Apa?!!... maksudnya, kamu pasti becanda... kak rangga gak sebejat itu rat.."

Yah... kabut itu, langkah awal kebersamaan dari sebuah ikatan. Seribu pada ungkap hati teriak, jarak membatasinya kini tak ada halang bahkan jika memang kesalahan karenanya ku hancurkan pula sekarang. Ini sebuah kecelakaan kecil yang dari perkenalan itu tak berdampak baik, lintas nya menghilang meninggalkan sayatan baginya sahabatku.

"Akuuuu.... hamil!!! Saa... hiksss...hiksss..."
Tuhan jadikan lah jalan semudah apa yang kau turunkan pada hujan, kabut ini sangat menghalanginya hingga tak tampak kasihmu padanya, kesalahannya adalah peringatan ku.

"Bagaimana bisa?, aku hubungi rangga sekarang..."
"Jangan saa..... aku mohon cuman kamu yang baru tau, rangga mengancam kalo sampai ada orang yang tau tentang ini dia pasti marah hiks...hiks..."
"Aku gak perduli rat! Dia harus tetap bertanggung jawab!!! Kamu kenapa bisa sebodoh ini si...."
"Aku mohon saa....hiks...hiksss...hiksss... cuman kamu yang ngerti aku, dia gak ingin orang tau karna orang tuanya niss..."

Hujan memang menghalangi pada gelapnya malam petir menyambar. Kini aku sangat membencinya, lelaki brengsek yang  ku kenalin sejak smk mengapa baru terbuka aibnya setelah sahabatku menjadi korbanya. Bodoh memang sangat bodoh sempat baik hati ku padanya, amarah sangat menguasai pada dingding kenangan setiap kebaikan, rasa ingin memukul kepalanya hingga hilang semua rasa kesal yang ada.

"Saaa.... siapa yang tadi datang?" Tanya ibu diluar kamar.
(Membuka pintu)"Ehmm... Ini ratih bu... khansa sama ratih mau ngerjain tugas, boleh kan bu ratih nginep malam ini"

"Ohhh ratih... Kenapa ibu harus melarang.... tapi ngerjain tugasnya jangan malam malam ya..."

"Ok bu..."

"Tapi kenapa mata kamu merah?, kamu nangis..."

"Enggak bu tadi kena tangan jadinya merah"

"Lain kali hati hati... Yaudah ibu tidur duluan ya"

"Iya bu..."

Tabir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang