mengenal mu

27 2 0
                                    

"Gimana niss udah semuanya didata, trus kamu jual apa?" Tanya raka.

"Udah, cuman bagian sana belum, saya sama fina jual tembikar lukis ka..."

"Udah ada yang terjual, mau saya bantu?"

"Gak usah gak papa, ini usaha kita sendiri buat pengumpulan dana"

"Ok... Yaudah kalo gitu tembikarnya buat satu untuk saya ya...."

"Cieeee,... Mau dilukiskan apa? Wajah nissyah kah?" Jawab fina mendahulukanku.

"Fina!..."

"Ya gapapa kalo misalnya nissyah gak keberatan, dan kalo kamu bisa melukis wajahnya."

"Jangan didengerin ya ka raka, fina emang suka gak jelas..." tegasku. Pria itu hanya tersenyum dan terus menatapnya.

"Ehemmm, copot tuh mata..." serentak fina kepada raka.

"Ehm yaudah saya mau liat liat lagi yang lainnya."

"Iya ka..."

"Ehemmm...ehemmmm..."

"Kamu tuh apaan si fin!"

"Tapi suka kan?"

"Gak..., udah ahhh..."

"Halo ngga?, tar kamu jemput aku kan di acara bazar kampusnya saa..." ucap ratih ditelpon. "Iya, jangan lama lama ya... tar aku rindu, ok... dah..." mencari disela keramaian orang banyak membuatnya bersentuhan dengan pengunjung lain. "Aww... hati hati dong mas..." terjatuh.

"Ma..aff... mba saya gak lihat soalnya lagi bawa barang." Ucap lelaki itu.

"Tunggu, lu bukanya yang waktu itu dikotu kan"

"Hmmm???..."

"Yang itu lho, khansa yang lu ngikutin gw sama khansa, ngapain lu kuliah disini? Berarti kalo gitu lu satu kampus dong sama khansa"

"Ohh... gadis itu... dia kuliah disini?, tidak saya disini dosen baru bukan mahasiswa"

"Oh ya gw belum tau nama lu, iya khansa kuliah disini dia ngambil fakultas akuntan perbankan syariah, mau liat wajah khansa asli gak?, atau jangan jangan kalian sering ketemu tapi kalian gak saling kenal"

"Nama saya Hmmm...zar, mungkin kita memang sering ketemu tapi gak saling kenal"

"Ikut gw yuk... gw tunjukin khansa yang mana?

Khansa apa kah selama ini saya mengenalnya, nama itu tak asing sekarang. Siapa gadis itu? Berkali kali mengenali serot mata gadis itu siapa dia.

"Nah itu... disana khansa." Ratih menunjukkannya.

Gadis paras ayu, senyum manis tanpa tonggos digiginya. Ya... gadis itu dia yang kemarin diusirnya dari kelas karna telat masuk. Begitu ramah nya gadis itu saat menawarkan beberapa barang yang dijualnya.

"Ayo... kita kesana biar gw kenalin" dret...dret... "eh sebentar hp gw."

Tak mungkin bagi zar dia gadis yang sering diingatnya setelah berjumpa pertama, gadis lucu, yang selalu ceria yang membuatnya tersenyum karna tingkahnya. Zar meninggalkan ratih yang sedang asik menelpon.

"Lho Zar mana?, bodo lah..."

"Ratihhh!!...." teriak gadis itu menyambut.

"Gak teriak juga kali niss..." ketus fina.

"Iri aja si lu fin!" Ucap ratih

"Ih... siapa yang iri sama kamu, Alay tau gak!!!"

"Biar weee" ledek ratih

"Oh ya saa... lu masih inget ga? yang kemarin gw ceritain waktu ngikutin kita di kotu, orangnya ada disini. Namanya zar... katanya dosen baru disini"

"Zar? Setau aku niss yang dosen baru itu pak fahri yang mengeluarkan kamu dari kelas" ucap fina
"Bukan namanya zar..."

"Coba deh tanya ka raka, dia kan mahasiswa semester akhir disini kali aja kenal"

Dret...dret...
"Ya ampun sebentar ya, ayang ku berisikkk..."

"Ayang.....Ayang...." ledek fina.

"Biar... Hallo ayah lagi dimana?, jadi dateng gak si".

"Udah lah fin... "

"Nah tu rangga...."

"Aku gak bisa lama lama, kita langsung balik aja yuk..."ucap rangga.

"Kamu baru sampai, gak mau beli barang khansa dulu...."

"Gak usah barangnya jelek..."

"Songong!, sekaya apa si dia niss"

"Yah,... harga in usaha khansa, beli ya..."

"Gak usah gak dijual buat dia"

"Yaudah yukkkk...." mereka pergi.

Kamu bayangan semu dibalik semua kenyataan dari indahnya rasa, tak dapat ku mengenalinya walau jarak begitu dekat. Mengikat pandang hingga membius wajah yang tak terlupakan, akan kah ku dapat mengenalmu?

"Ehemm... ini tembikar lukis dijual berapah?"

"Eh pak, 50 ribu aja pak" ucap fina.

"Yang melukis kamu sendiri?"
Matanya mengarah ke gadis yang memfokuskan diri dalam karyanya.

"Iya pak, kita berdua buat sendiri, pak farizal mau..." jawab fina sekali lagi.

"Bisa lukis sendiri? Saya tertarik... tapi tidak untuk hari ini"

"Maksudnya?"

"Ini alamatnya... tolong sekalian kalian ajarkan mereka melukis, dan ini kartu nama saya nanti buat urusan biaya, dihubungin saya"

"Baik... bisa pak...bisa..."

"Dan saya suka yang lagi kamu lukis" tangannya menunjuk ke tembikar yang dipegang gadis manis itu.

"Yang belum kering" jawab gadis itu.

"Kalau gitu saya tunggu, gak papa kan?"

"Silakan..."

Yah kamu yang aku cari, suara yang kini selalu ku ingat. Mengapa aku begitu bodo tak mengenali dirimu yang asli, khansa nama itu...
Dapat kah kamu menjadi bagian dalam kisah ini.

Tabir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang