tanya kan pada luka

24 3 0
                                    

Apa yang mereka inginkan dari sebuah kehancuran? Rasa cambuk kepergian dari sebuah hati tak dapat dipungkiri, apa yang dicari seorang lelaki? Pada mata yang menimbulkan rasa tak berarti kini meraja tanpa tau apa yang dilarang dan dilanggar. Ya... rasa itu mengubah keyakinan terhadapnya, bahkan untuk segalanya. Pada bayang cermin kekasih tidak sesuai apa yang diinginkan terkadang dapat membuatnya lebih hancur dari kehancuran dimuka bumi ini, yaitu KEMATIAN.

Dia sahabatku, hanya rintih padanya. Tepat pada arah jarum jam menunjukan 4:45 hanya menatap keluar jendela dengan kebisuan tanpa mengetahui kehadiran seseorang yang datang.

Ratihh
Benci aku sangat membencimu rangga, dia..dia itu sahabatku... aku membecimu... ucap batinya.
Sedikit pada sayatan pisau pagi ini pada lengan yang berkali kali digoreskan tak terasa sedikitpun walau mungkin nyawa yang melayang, mentari jingga itu kini mendamaikan jiwa dalam kesedihan. Tak henti dari kata untuk tidak membenci lelakinya bahkan sahabatnya yang jelas jelas merebut kekasihnya itu.
Kamu hebat... fahh, lebih kejam dari seorang pembunuh. Jerit hatinya.
Mata nya membengkak menandakan sudah berapa lama kah dia seperti ini, apa jatuh cinta sesulit itu, hingga membuat hampir mati hanya karna seorang lelaki. Bagaiman cara berfikir lelaki yang tak punya hati membiarkan kekasihnya yang sangat disayang menjadi seperti ini.

Mataku melihat kearah lantai bercak darah mengering. "Ratih..." tanganku menggenggam tangan ratih yang sudah hampir putus asa. "Apa yang kamu lakuin, dasar bodoh!". Kini tubuhnya tergeletak tak sadar kan diri. "Rat...Ratih!...., ibu.... tolong bantu bu"
"Ratih kenapa saa?".
"Akh.....akh....".
"Ayo kita bawa ratih sekarang saa".

Apa wanita jaman sekarang lebih bodoh, melakukannya hanya untuk menghilangkan rasa sakit itu, betapa rumitnya hidup ratih. Ruangan itu, dan peralatan pembantu dokter, mataku terfokus bagaiman cara memberitahu ibu kalo dia sedang hamil, jika ibu tau apa ibu akan marah pada ku, dan menyuruhku untuk tidak ikut campur dalam urusan ratih.
Dret....dret....dret....
Angkat bodoh! Lelaki brengsek!
Dret...dret...dret....
Dret....dret...dret...
Bagaiman pun aku harus mencari rangga...

"Bu aku titip ratih, ada yang ingin aku lakukan sebentar."
"Iya.... kamu kemana?"
"Aku ingin dikabari keluarga ratih".

Bagaimana kalau ibu tau nanti, aku harus cari secepat mungkin ka rangga.
Kdebukkk! (terjatuh).
"Hati-hati jalannya mba...."
"Maaf... pak fah?..."

Tabir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang