Vano dan Cindy kembali ke GOR membawa 2 kardus aqua gelas. Sekalian mereka berpamitan untuk pulang karna Vano mengajak Cindy ke rumahnya.
"Gue sama Cindy mau cabut dulu." Ujar Vano setelah meletakkan aqua yang di bawanya. Begitu juga dengan Cindy yang sedang meletakkan aquanya.
"Cindy lo samaaa..." Encha tidak meneruskan kalimatnya lalu melirik Vano kemudian Cindy. Cindy mengangguk mengerti maksud Encha. "Lo bawa mobil gue ya!" Encha mengguk kemudian Cindy melemparkan kunci mobilnya. "Yaudah, girls gue duluan!" Cindy pamit kepada teman-temannya dan melambaikan tangan kepada semua orang yang ada di GOR itu. Detik selanjutnya Vano sudah menggenggam tangannya siikuti suara gemuruh seisi GOR.
"Gercep banget lo Van!" Niko berteriak paling keras disusul yang lainnya kecuali Fauzan yang tampak kesal.
"Anjirr gandengan tangan."
"Gue telphonin Nafa nih."
"Ati-ati Cin."
"Anak orang jangan diapa-apain van."
"Pj nya jangan lupa!"
"Kalian beneran pulang kan. Haha."
"Jangan anu ya nanti khilaf." Sontak mereka semua menoleh ke Niko yang baru saja berkata.
"HAHH!! ANU APAAN?" Dengan kompak mereka semua bertanya pada Niko.
Belum sempat Niko menjawab mereka semua kembali heboh saat Vano merangkul Cindy yang tadi di gandengnya.
Setelah sampai di parkiran Cindy segera menepis tangan Vano yanh merangkulnya. "Nggak usah modus!" Ujar Cindy dengan sewotnya.
"Iya iya!" Vano membela diri.
"Mana kuncinya biar gue yang bawa?" Kata Cindy sambil mengulurkan tangannya. Vano pun memberikannya pada Cindy.
Selanjutnya Vano menaiki motor ninja hijaunya yang akan dibawa Cindy. Tangannya ingin memeluk tubuh langsing Cindy tapi segera ia urungkan.
"Pegangan aja kalo nggak mau jatuh." Cindy tersenyum melihat Vano dari kaca sepion yang terlihat ragu untuk berpegangan pada dirinya.
"Nggak papa sih. Lagian gue juga udah jatuh." Cindy mengernyit mendengar perkataan Vano.
"Jatuh cinta padamu." Kalimat yang dilontarkan Vano berikutnya sukses membuat pipi Cindy bersemu merah. Diikuti tangan Vano yang memelukknya erat. "Receh!" Ejek Cindy.
Cindy pun mulai menjalankan motor Vano. Namun Cindy merasakan jantungnya berdetak hebat setelah tangan Vano melingkar sempurna di pinggangnya.
"N-nggak usah m-meluk g-gitu!" Cindy berusaha menetralkan suaranya yang entah mengapa tiba-tiba jadi gugup semenjak Vano memeluknya.
"Kenapa?" Vano tersenyum jahil.
"S-sesek bangke!" Umpat Cindy.
"Seseknya sampe gugup gitu ya?" Lagi-lagi Vano menggoda Cindy.
"N-nggak. M-maksud g-gue__"
"Enak meluk lo. Gue seneng." Vano malah mempereerat pelukannya
Deg!
Cindy tersenyum seketika tapi ia sadar saat ini bukanlah waktunya ternyum dahulu ia harus menyelamatkan jantungnya yang tidak normal karena ulah Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl
Teen FictionTegas, berani, nakal namun sebenarnya rapuh ialah diri Cindy yang sebenarnya. Tidak seorangpun yang sadar dan peduli akan hal itu kecuali satu-satunya orang yang bimbang tentang kisah percintaannya selalu di kata brengsek namun ialah satu-satunya le...