Mami

1.5K 57 7
                                    

       Selama jam pelajaran berlangsung. Vano hanya tidur. Sudah sangat jelas rasa kantuknya. Matanya merah dan kantung matanya besar. Wajahnya kusut. Rambutnya acak-acakan. Hampir saja Vano telat berangkat sekolah.

       Bahu Vano terasa bergoncang. Perlahan ia membuka matanya. Mengumpulkan nyawanya. Dan..."Ini nih! Contoh anak jaman NOW! Kalo malem melek terus! Kalo pagi malah tidur! Sana! Kamu pergi cuci muka!" Dengan suara nyaringnya Bu Yuli menyeramahi Vano. Dan ternyata yang tadi mengoyang-goyangkan bahunya adalah Niko yang sejak kemarin Vano suruh pindah di bangku Septiyan.

       Vano pergi keluar kelas dengan malas. Matanya setengah memejam. Pikirannya masih tak karuan. Jiwanya setengah melayang. Kesadarannya kejap menghilang. Hatinya Cindy seorang. Ehh Nafa seorang.

       Vano hendak pergi ke kamar mandi mencuci mukanya. Tapi ia teringat sesuatu. Vano mengambil hp nya dan mengetik sesuatu.

       Alivano : P

       Vano mengirimkannya kepada gadis yang pujaan hatinya. Yang tadi ia ingat hingga belum sampai di kamar mandi.

       Tak lama kemudian. Pesannya terbalas.

       Cindy ya : ?

       Vano terkekeh. Smbil mengetik balasannya ia melanjutkan jalanya ke kamar mandi.

       Alivano : Kangen😚

       Cindy ya : Sini-sini😚

       Vano semakin terkekeh mendapat balasan seperti itu dari Cindy. Detik kemudian Cindy mengirimkan balasan lagi.

       Cindy ya : HEH!! DASAR BRENGSEK!! NGAPAIN LU GODAIN + MODUSIN CINDY  MULU!! UDAH PUNYA PACAR JUGA!! MATI AJA SONO!!

       Vano tercengang kemudian mengetik balasan.

       Alivano : Lo siapa weh?
Brengsk? What?

       Cindy ya : Sasa. Cindy males ngetik katanya. Jadi nyuruh gue buat balesin chat nggak penting lo.

       Read.

       "Eh!" Vano menyengir karna menabrak seorang gadis yang tak lain adalah Nafa pacarnya sendiri. Vano salah tingkah kepergok menghubungi cewek lain.

       "Kamu ngapain disini?" Tanya gadis itu. Vano tidak bisa menjawab saking salah tingkahya yang membuat ia mendadak bodoh hanya karna sebuah pertanyaan mudah.

       "Oiyaa. Nanti aku ada tambahan pelajaran dari Pak Narko. Kamu nggak usah nungguin. Anterin Silvi pulang ya! Tadi aku bilangnya kamu mau barengin dia." Nafa menggigit bibir bawahnya. Gadis itu masih saja takut Vano akan marah atau Vano akan dingin lagi padanya dan bersikap acuh.

       Nyatanya Vano malah menyetujuinya. "Ohh yaudah. Mau di jemput jam berapa?" Vano senang. Ini menjadi kesempatannya untuk menggali masa lalu Cindy lewat Silvi. Vano yakin Silvi mengetahui banyak hal.

       "Ngga tau sih. Nanti aja aku kabarin kamu kalo udah selesai." Nafa tersenyum kepada Vano. Lelaki itu sudah tidak dingin padanya tapi juga tidak hangat. Tapi tidak apa-apa Nafa bisa menerimanya. Lebih baik seperti itu dari pada harus kehilangan.

       "Yaudah aku balik kekelas dulu ya!" Nafa kembali melemparkan senyumanya lalu pergi meninggalkan Vano.

       Setelah Nafa tidak ada. Vano menghidupkan kran wastafel dan mencuci wajahnya. Ia kembali teringat tentang Cindy.

       Setelah mencuci muka. Vano mengetik sebuah pesan lalu dikirim kepada nomor tujuan. Setelah pesannya terkirim Vano kembali ke kelasnya.

***

My Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang