Lamunan Vano terbuyar setelah melihat tangan Nafa sudah berada di depannya. "Kenapa Fa?" Tanya Vano kemudian menyadarkan diri.
"Kamu tu yang kenapa? Dari tadi ngelamun terus. Ngelamunin apa sih?" Nafa tersenyum manis memandang Vano. Lelaki itu hari ini terlihat lelah dan banyak pikiran. Sebenarnya ia sedikit khawatir mangkannya Nafa mengajak Vano ke kantin namun di kantin ini Vano malah melamun.
Ya. Vano akhirnya memilih untuk memperbaiki hubungannya dengan Nafa. Namun ia juga berniat meminta maaf pada Cindy karna omongannya tadi malam malah menyakiti hati Cindy. Vano berniat menemui Cindy hari ini tapi setelah ia pikir-pikir Cindy masih perlu penenangan.
Belum sempat mendengarkan perkataan Nafa. Vano menangkap sosok Cindy yang tengah merokok sambil dipijat-pihat pundaknya oleh Runi. Cindy tampak bahagia dengan dunianya itu. Berbeda dengan Vano yang merasa semakin sedih melihat hidup Cindy makin tak terarah.
"Hei! Vano!" Lagi-lagi tangan Nafa membuyarkan lamunan Vano.
Sementara Vano melihat dengan jelas raut muka Nafa yang terlihat kecewa. "Aku cuma ngelamunin kamu kok." Vano tersenyum melihat rona merah di pipi Nafa. Cewek didepannya ini sangat mudah merona hanya dengan perkataan manisnya. "Seneng aku liat wajah kamu setelah kemarin nggak liat seharian." Imbuh Vano.
"Padahal aku selalu berharap kamu dateng jenguk aku. Eh malah Septiyan yang sering dateng. Beni juga." Kata Nafa dengan lesu.
Mendengar keluhan Nafa tentang dirinya yang sangat jarang sekali itu membuat Vano tertegun cukup lama. "Maafin aku sayang." Ujarnya setelah lama terdiam.
***
Hidup mulai berjalan seperti biasanya. Vano menyelesaikan soal matematika dengan cepat dan benar di papan tulis. Cindy and the geng yang baru saja keluar dari ruang bk karna baru saja ketahuan membolos sambil merokok di halaman belakang. Dan Nafa yang sibuk mengerjakan tugas tulis dari gurunya.
Setelah jam pertama Cindy habiskan untuk membolos karna ada pelajaran kimia yang paling ia benci. Sekarang Cindy and the geng berada di kantin tengah menyeduh teh anget. Kata Cindy ia suka yang hangat bukan dingin. Maksudnya apaan coba. Oh iya. Anggota geng Cindy semakin bertambah selain ke 4 sahabat dekatnya dari SMP juga ada dari teman baru sekelasnya dan juga dari kelas sebelas dan anehnya mereka semua pada nurut dengan Cindy.
Enca menepuk nepuk pundak Cindy setelah mendapati Septiyan ke kantin dengan luka di kepalanya yang terlihat diperban dan bagian merah dipelipisnya. Cindy menoleh kearah yang dimaksud Enca. Dapat Cindy lihat Septiyan datang bersama Ryo. Mungkin Septiyan masih bertengkar dengan Vano.
Mata Cindy dan Septiyan bertemu mata Cindy memberi tatapan tajam. "Cabut girls!" Cindy memberi komando kepada geng nya dan langsung mereka semua mengikuti arahan Cindy keluar dari kantin.
"Cin!" Septiyan memegang pergelangan tangan Cindy ketika mereka berpapasan.
"G-gue mau ngomong sesuatu." Cindy memberi tatapan bertanya kemudian memberi kode kepada geng nya melalui gerakan tangannya. Cukup mengagumkan.
2 orang menghadang Ryo dan yang lain nya mengawasi gerak gerik Septiyan dan Cindy. Sedangkan Enca dan Runi melihat dari meja kantin. Sasa tidak ikut karna sibuk menyatat agar tidak ketinggalan materi. Karna Sasa adalah sahabat Cindy yang termasuk paljng baik. Cindy membawa Septiyan ke belakang kantin diikuti oleh geng nya agar lebih leluasa bila di belakang kantin."Gue minta maaf." Ucap Septiyan dengan raut muka memelas.
"Gue tau kalo lo suka sama Nafa." Mata Septiyan membulat. "Hahh!!"
"Bego! Tingkah lo aja udah keliatan banget!" Cindy tertawa bak ratu jahat yang akan menyiksa tahanannya. "Untung ketua osis itu juga sama begonya." Kemudian teman-teman Cindy ikut tertawa menertawakannya. Septiyan saja tidak tahu bahwa Cindy hanya menebak dan ternyata benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl
Teen FictionTegas, berani, nakal namun sebenarnya rapuh ialah diri Cindy yang sebenarnya. Tidak seorangpun yang sadar dan peduli akan hal itu kecuali satu-satunya orang yang bimbang tentang kisah percintaannya selalu di kata brengsek namun ialah satu-satunya le...