Gadis itu berjalan diantara kerumunan siswa siswi yang berangkat sekolah di halaman SMA. Pakaian seperti biasanya membuatnya mudah disadari orang lain. Seragam yang pas dengan tubuhnya dan rok selutut serta jaket kebesaran yang panjangnya hampir menyamai panjang rok nya. Rambut yang ia biarkan tergerai berwarna blond sepatu hitam tinggi dan kaus kaki pendek. Bisa dibayangkan bagaimana sempurnanya gadis itu pagi ini. Dilengkapi aksesoris yang menempel ditubuhnya termasuk jam tangan dan headphone dilehernya.
Memasuki kelasnya dengan santai. Cindy disambut oleh teman-teman dan sahabat se geng nya.
"Ya Ampuuunn ratu Cindy akhirnya masuk jugaaaaaa~" Yeni anak ter lebay sekelasnya langsung mengisi kekosongan telinga yang semula tenang jadi terbebani.
Bukan Cindy namanya jika meladeni hal seperti itu. Sorot matanya menajam menatap Sasa Runi dan Encha.
"Gue mau ngomong penting sama kalian." Tegasnya.
Belum sempat duduk dan meletakkan tas nya Cindy kembali keluar kelas berjalan dengan diikuti oleh Sasa Runi dan Enca menuju halaman belakang kantin tempat biasanya.
"Udah baikan, Ca?" Cindy mendengus lalu melanjutkan perkataannya. "Sorry gue nggak bisa nyelametin lo kemarin."
"Udah. Maaf juga kemarin nggak bisa nemenin lo di rumah sakit." Jawab Enca dengan tersenyum.
"Gue mau bahas soal pembalasan yang mesti kita lakuin buat Maira." Cindy menyampaikan tujuannya mengajak ke tiga temannya kemari.
"Tapi gue nggak mau bales dia kayak yang kemarin. Kita lakuin taktik beda." Lanjut Cindy. Kemudian semuanya mengernyit memahami apa yang ada dipikiran Cindy.
***
"Ternyata dia yang celakain Cindy!"
"Dasar penghianat dia sama anak sekolah lain ngeroyokin Cindy."
"Ihh jyjyq gue. Dia ngelempari Cindy pake telur busukk guys. Bisa di bayangin kan gimana baunya."
"Kalo dia nggak main kotor. Gue yakin Cindy pasti udah menang."
"Jelas secara dia nggak ada apa apanya di banding Cindy."
Entah kenapa Maira merasa telinganya memanas mendengar sindiran demi sindiran itu. Ia menghampiri salah satu dari gerembolan siswi itu dan menjambak rambut mereka sesuka hatinya.
Namun tiba-tiba ia malah yang merasakan seseorang menjambak rambutnya juga dengan keras. "Awhh! Apaan sih!"
Matanya membulat kala mengetahui siapa yang menjambak rambutnya. "Awwhh!! Ciiinn!!" Pekiknya lebih keras dan melepaskan jambakannya. Karna Cindy menjambak rambutnya lebih keras. Lalu memutar tangannya hingga ia meronta kesakitan.
"Lo udah gila ya!" Maira berusah melepaskan diri. "Lo mau gundulin rambut gua? Mau matahin tangan gua?" Dengan cepat Maira membalikkan keadaan hingga Cindy terkunci oleh gerakannya. Cindy pun tidak bisa bergerak.
"Ya ampun Maira." Suara Cindy melirih dan berubah menjadi lembut seketika.
"Hah!! Lo pikir lo bisa ngelawan gue?!"
"Astagfirullah Maira! Gue pernah jahatin lo gimana sih!"
"Emang udah gila ya lo! Nggak usah sok alim gitu! Jijik gua dengernya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl
Novela JuvenilTegas, berani, nakal namun sebenarnya rapuh ialah diri Cindy yang sebenarnya. Tidak seorangpun yang sadar dan peduli akan hal itu kecuali satu-satunya orang yang bimbang tentang kisah percintaannya selalu di kata brengsek namun ialah satu-satunya le...