{SATU}
Hari ini pembagian nilai ulangan fisika di kelas XI IPA 1, Athania Melody, gadis itu daritadi meremas rok abu-abunya sambil mulutnya berkomat kamit mengucapkan mantra suci untuk menyelamatkan nyawanya hari ini, gadis manis dengan surai ikal itu sama sekali tidak paham sedikit pun tentang pelajaran itu.
'Kalo pak Gupo nyebutin nama gue lagi, bisa-bisa remuk betis gue ngehormat bendera sampe pulang,' batin Atha, masih berkomat-kamit memanjatkan doa, agar setidaknya sang Kuasa kasihan padanya hari ini saja.
"Baiklah bapak akan bacakan nama nama yang nilainya rendah!" Seru pak Gupo sambil memegang beberapa lembar kertas.
'Aduh, jantung gue serasa copot, detak nya ga karuan, apa ini yang namanya cinta? Kayaknya bukan deh, masa cinta sama pak Gupo? Ga!' Ucap Atha bergelut dengan pikirannya.
Pak Gupo mulai membuka mulutnya, "Athania Melody maju kedepan!" Titahnya dengan tatapan datar.
'Tuh kan, pasti gue. Gue doang nih bintangnya, bintang gagal maksudnya,' batin Atha, pasrah dengan keadaan.
Atha akhirnya melangkahkan kakinya kearah meja abu-abu, berlapiskan taplak meja berwarna biru dongker dengan motif kotak-kotak mini menghiasi permukaannya. "Bapak manggil saya pak?" Tanya Atha dengan polosnya.
Pak Gupo menghela napas. "Ya iyalah kamu!" Ucap pak Gupo berusaha sabar, dan jangan lupakan ekspresi datarnya yang masih setia terlukis di wajah yang sudah sedikit keriput itu.
"Kenapa pak?" Tanya Atha dengan ekspresi senatural mungkin, siapa tau pak Gupo bukan ingin menghukumnya kan?
Tetap dengan wajah datar, pak Gupo masih berusaha sabar melihat tingkah anak didiknya ini. "Malah tanya kenapa, hormat bendera sana!" Perintahnya sambil menunjuk kearah lapangan yang bisa dibilang sangat luas itu.
"Sekarang pak?" Tanya Atha lagi dengan wajah tanpa dosanya.
Mulai tak sabar menghadapi gadis di hadapannya, pak Gupo membuang muka, sambil melihat-lihat lembaran kertas lain. "Gak, tahun depan!" Balasnya singkat.
Atha mengangguk kecil. "Oh ... lama lagi dong pak," ucap Atha lalu berbalik, ingin kembali ke tempat duduknya.
Dengan emosi yang sudah tak tertahan, pak Gupo berdiri lalu menarik lengan Atha, dan membalikkan badan gadis itu. "Ya SEKARANG lah!" Teriak pak Gupo dengan nada delapan oktafnya, tak lupa juga dengan bulir-bulir salivanya yang ikut keluar dari mulutnya.
Melihat pak Gupo mulai emosi, Atha segera bergegas keluar, kalo kalian pikir Atha pergi untuk menghormat bendera? Kalian salah karna Atha pergi ke sebuah ruangan bercat putih, dengan papan nama bertuliskan, 'Ruang Kesenian' untuk menghabiskan masa hukumannya dari sang guru fisika.
Atha melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan seni bercat putih itu, dengan berbagai lukisan indah terpajang di temboknya.
Atha sangat suka bernyanyi, maka untuk menghibur dirinya dari hari yang cukup sial baginya, ia langsung mengambil sebuah microphone, tak lupa ia menekan tombol off, untuk apa dihidupkan? Toh juga cuma untuk menghibur diri kan? Lagi pula kalau dihidupkan, justru ia akan ketahuan tidak menjalankan hukumannya.
Atha pun memegang microphonenya, tak lupa dengan gayanya, serasa dia lah penyanyi internasional yang sedang terkenal saat ini, bibirnya mulai terbuka, dan ia pun mulai menyanyikan sebuah lagu, yang mewakilkan perasaannya saat ini.
No, I think I'll stay in tonight
Skip the conversations and the "Oh, I'm fines"
No, I'm no stranger to surprise
This paper town has let me down too many times
Why do I even try? Give me a reason why
I thought that I could trust you, never mind
Why all the switching sides? Where do I draw the line?
I guess I'm too naive to read the signs
KAMU SEDANG MEMBACA
ReiAtha
Teen Fiction"Ketika lo tau kita gak bisa bersama setidaknya jangan buat gue nyaman dan terbiasa" ~Athania Melody~ "Maaf cuman kata itu yang bisa gue bilang ke lo" ~Diovan Ghilberth Reinhald~ Penasaran dengan kisahnya? Kuyy baca "ReiAtha"