Aku Lelah

168 8 0
                                    

{EMPAT BELAS}

'Apa dengan memejamkan mata, lalu tertidur lelap, aku dan jiwaku akan tenang dari segala hujatan? Kalau begitu, biarkan aku tidur selamanya. Aku lelah, sungguh."
-Athania Melody-

Atha hanya bisa menundukkan kepalanya, sambil meremas rok abu-abunya, Atha sudah siap kalau hari ini akan dipermalukan di hadapan banyak orang. Mungkin, pak Gupo sudah tak bisa membendung rasa kesal terhadap dirinya, yang memang sudah tak bisa diajari lagi.

Aldrich, tatapan khawatir terlukis pada manik mata hitamnya. Aldrich tau betul, Atha tak pernah bisa memecahkan soal-soal Fisika yang mudah sekalipun.

Sementara Rei? Haha ... pemuda itu bahkan tak peduli, tatapannya jengah, malas menatap ke depan.

[Karena, Rei tau betul. Atha tak akan mendapat malu hari ini.]

"Athania Melody, nilai kamu sembilan puluh lima, hampir sempurna!" Pak Gupo berteriak keras, bahkan suaranya melebihi to'a-nya pak Sony, guru olahraga mereka.

Atha terpaku di tempat, membeku tak bisa bergerak sedikit pun. Pak Gupo pasti bercanda, ga mungkin kan dia dapat nilai tinggi, padahal materi itu baru saja dipelajarinya beberapa menit lalu.

Bukan hanya Atha saja yang terpaku, dengan nilainya yang bisa dibilang terlalu tinggi itu. Bahkan seisi kelas tampak terpelongo menatap ke depan, seakan tak percaya dengan penuturan pak Gupo.

Atha meraih lembar jawabannya dari genggaman pak Gupo. "Pak, ini seriusan saya dapat nilai segini? Ga mungkin pak, bapak pasti khilaf, bapak butuh Aqoa kayaknya," ucap Atha masih tak percaya, sambil benar-benar memeriksa lembar jawabannya.

Pak Gupo hanya menggeleng kecil, sedikit mengangkat sudut bibirnya yang sebenarnya tetap tidak akan kelihatan karena tertutup kumis tebalnya itu.

"Bisa-bisanya kamu bercanda dalam keadaan seperti ini," tukas pak Gupo.

"Atha ga bercanda pak, kayaknya bapak deh yang bercanda. Masa nilai Atha bisa segini sih pak? Bapak ga bener nih, Atha mau hormat bendera aja ah!" Serunya, sambil melangkahkan kaki, ingin meninggalkan kelas.

[Memang Atha itu ratu drama ya? Masih sempetnya ngedrama pas keadaan gini.]

Tangan pak Gupo langsung terulur, mendarat mulus di telinga mungil milik Atha. "Jangan drama ya, nanti saya gantung kamu di empang mang Dadang!" Pak Gupo menjewer pelan telinga itu, sebenarnya pak Gupo cukup senang dengan perkembangan gadis bersurai ikal itu. Pak Gupo bahkan tau, Atha belum mempelajari materi yang dia ujikan tadi. Karena, Rei selalu melaporkan hasil belajar gadis itu padanya.

"Pak, mang Dadang kan jual bakso sama mie ayam, kayaknya ga punya empang deh," tukas Atha, sembari memegangi bekas jeweran pak Gupo tadi.

"Bapak suruh ganti profesi, jadi tukang jual lele!" Pak Gupo mulai frustasi dengan pernyataan Atha yang tak kunjung habis.

Atha terkejut, kenapa mang Dadang bisa ganti profesi secepat kilat? Padahal tadi pagi, baru saja Atha melihat mang Dadang bersih-bersih di warungnya.

'Pak Gupo bener-bener hebat!' Batin gadis bersurai ikal itu, takjub dengan guru datarnya yang serba bisa itu.

Seseorang berjalan kedepan, menapaki ubin fuschia itu satu per satu. Kemudian, mendekati Atha dan mengulurkan tangannya. "Selamat Tha, hebat banget lo dapet nilai sembilan puluh lima, hampir sempurna!" Ucapnya memberi selamat.

Atha menoleh ke arah si pengulur tangan, menyambut uluran itu sambil tersenyum manis. "Makasih ya Al, gue juga ga nyangka nih haha ...." 

ReiAthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang