{ENAM}
'Yaudah, gimana kalo jadi mama dari anak-anak gue nanti?'
-Diovan G. Reinhald-Atha terus-terusan berteriak. Rei yang sedari tadi memandangi gadis berambut ikal itu akhirnya tersadar, karena teriakan gadis itu begitu memekakkan telinga.
"Hadeh, teriak mulu lo, daripada lo teriak lebih baik lo bangkit, atau jangan-jangan lo nyaman ya dipelukan gue?" ucap Rei tersenyum menggoda.
Atha yang mendengar itu pun merasa jijik, "dih, najis tau ga sih," ucap Atha sambil berusaha bangkit dari atas tubuh pemuda berkulit putih yang belakangan ini membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
Rei langsung berdiri ketika Atha sudah bangkit dari tubuhnya, tak ada yang terluka parah karena kejadian itu, hanya saja lengan rei sedikit tergores tanah dan seragamnya kotor.
"Lo gapapa kan?" Tanya Rei memegang pundak Atha, sambil mengamatinya dari ujung rambut sampai ujung kaki
Atha memutar bola matanya jengah, "jangan pegang-pegang gue!" Seru Atha, mencengkram lengan Rei.
"Aw...." pekik Rei, saat merasakan pedih di lengannya, yang disadarinya sudah mengeluarkan darah.
Atha terkejut sampai akhirnya ia tersadar ketika melihat darah dari lengan Rei, "duh... sorry Rei, gue gatau sumpah," lirih Atha, panik.
Rei tersenyum, "gue gapapa kok, sans lah."
Atha berdecak kesal, "apanya yang gapapa? Itu lihat lengan lo berdarah, ayo ke UKS!" Titah Atha, menarik tangan Rei lembut.
"Nanti itu ya tangan lo bisa infeksi tau ga? Udah gitu kalo udah infeksi ntar diamputasi, kalo diamputasi kan jadinya lo ga punya tangan, ntar kalo ga punya tangan ga ada yang mau sama lo, kalo ga ada yang mau sama lo ntar lo jadi berondong tua, mau lo?" Jelas Atha, ngoceh ga jelas.
Rei hanya mengangguk, mengikuti gadis didepannya yang tengah mengoceh tidak jelas, ia mengulas senyum melihat gadis itu, 'sangat menggemaskan,' pikirnya.
Tak berapa lama sampailah mereka disebuah ruangan, mereka langsung memasuki ruangan serba putih yang terdapat berbagai macam obat-obatan.
"Duduk disitu, gue mau ambil obatnya," ucap Atha memerintah bak ibu yang sedang memerintah anaknya.
Rei hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "iya mama," balas Rei patuh, sambil menirukan suara anak kecil.
Atha menoleh kearah Rei sejenak, "gue bukan emak lo, gue masih muda tau ga?"
Rei tertawa mendengar perkataan Atha, "yaudah gimana kalo jadi mama dari anak-anak gue nanti?" Tukas Rei santai.
Atha yang telah menemukan obat yang dicari-cari nya pun menghampiri Rei, "lo bilang apa tadi?"
"Ga ada," balas Rei singkat, tak lupa memasang wajah tanpa dosanya, agar Atha tak curiga.
Atha hanya ber oh ria, mendengar ucapan Rei.
'Syukur lo ga denger Tha, kalo ga udah lo cincang-cincang jadi sate kambing gue,' Rei membatin, dan meneguk salivanya.
Atha mulai membersihkan luka Rei, sambil sesekali meniupnya dan kemudian memberikan obat.
Rei hanya menatap gadis dihadapannya yang dengan telaten membersihkan lukanya, 'ah Atha, i think i'm gonna marry you' batin Rei, sambil sesekali tersenyum.
Setelah Atha selesai mengobati luka Rei, tiba-tiba Atha menangkap manik mata sapphire milik Rei, tengah menatapnya.
Tatapan itu berlangsung selama tiga menit, dan akhirnya Atha memutuskan kontak mata itu.
"Nah udah selesai, yuk balik ke kelas." Atha mengajak Rei, yang masih saja menatapinya daritadi.
Tapi yang diajak hanya menggeleng geleng "ga mau, gue mau disini," balas Rei, mengerucutkan bibirnya.
Atha berdecak sebal melihat kelakuan Rei yang kekanak-kanakan, "lo mau disini? Yaudah serah, tapi gue mau balik ke kelas." Atha berlalu, ingin meninggalkan Rei.
Seketika Rei menarik tangan gadis berambut ikal itun, "temenin gue dong, tega lo ninggalin gue?" Ucapnya seraya memasang puppy eyes, berharap Atha mau menemaninya bersama.
Atha menepis pelan tangan kokoh milik Rei, "ga ah, kalo lo mau disini, yaudah gapapa, tapi jangan ngajak gue!"
"Kenapa? Bentar aja kok, ga nyampe sejam," Rei membujuk Atha, sembari melihat arlojinya.
"Yaudah oke-oke." Atha mengalah, dan langsung mendudukkan tubuhnya di samping Rei.
"Eh lu mau gue ceritain ga tentang rumor sekolah kita?" Atha membuka pembicaraan, berniat menghilangkan suasana canggung, diantara mereka.
Rei mengangguk-angguk kecil "iya mau, rumor tentang apa?"
"Rumor tentang ruang UKS, katanya sih ya ruang UKS ini horror gitu tau, dan kadang kadang sering kedengaran suara-suara apa gitu," Ucap Atha dengan nada misterius.
Pletak!!!
Sebuah tepukan sudah mendarat di dahi Atha.
Rei berdecak kesal "heh neng, lo kira gue percaya? Lo kira gue takut? Sok-sok nyeritain cerita horror, pake nada sok misterius pula, gue gampar lo."
Rei memang takut dengan hal-hal berbau horror, namun ketika orang-orang menanyakan apa ia takut, Rei selalu menampik pernyataan itu. Malu mungkin?
Atha mengerucutkan bibirnya sambil memegangi dahinya, "ih nyebelin deh, kan lo yang bilang mau tau, ya gue kasih tau lah, eh lo nya malah nepuk jidat gue, sakit tau!"
Rei menghela napas berat, "hm... iya-iya maafin gue."
Atha hanya membalas perkataan Rei dengan dehaman.
Tiba tiba suasana jadi hening dan awkward seketika, tak lama kemudian tiba tiba ada suara perempuan yang sedang tertawa.
Rei terkejut, ia melirik Atha sejenak, ternyata tawa itu bukan berasal dari Atha.
Atha pun begitu, ia juga mendengar suara tawa, namun suara tawa ini milik perempuan, tidak mungkin Rei yang tertawa.
Tubuh Atha bergetar. Rei yang merasakan getaran itu, langsung memegang tangan Atha untuk menenangkannya.
"Rei gue takut, kok tiba tiba kayak ada yang ketawa gitu?" Cicit Atha pelan.
Rei yang mendengar cicitan Atha pun, semakin menggenggam tangan Atha erat, "tenang ada gue, gue yang bakalan lindungin lo."
Dan tiba-tiba, hal mengejutkan kedua terjadi, ada suara aneh lain yang terdengar, Atha pun semakin takut, ia menyandarkan wajahnya dibahu Rei ,dan semakin erat menggenggam tangannya.
Krietttt!!!
Tiba-tiba pintu UKS terbuka dan menampakkan sebuah wujud, perlahan-lahan Rei mulai mendekati wujud tersebut, dan....
TBC GAES💕
HEY GAES VOTE AND COMMENT TOLONG DIPERBANYAK, BUTUH DUKUNGAN NIH NEW STORY:")
KAMU SEDANG MEMBACA
ReiAtha
Teen Fiction"Ketika lo tau kita gak bisa bersama setidaknya jangan buat gue nyaman dan terbiasa" ~Athania Melody~ "Maaf cuman kata itu yang bisa gue bilang ke lo" ~Diovan Ghilberth Reinhald~ Penasaran dengan kisahnya? Kuyy baca "ReiAtha"