{Sebelas}
"Jangan pikirin macem-macem, gue selalu ada buat ngelindungin lo."
-Diovan Ghilberth Reinhald-Prittt! Prittt!
Suara tiupan peluit menggema di lapangan SMA FO, tanda pertandingan sudah berakhir.
Tim basket Arsen memenangkan pertandingan, supporter Arsen atau yang lebih tepat kita katakan fans, langsung berhamburan memasuki lapangan, banyak yang mengantri untuk berselfie, ada juga yang membawa botol-botol minuman dingin, dan ada pula yang berteriak histeris bak orang kesurupan hanya untuk merasakan percikan keringat ketua tim basket tersebut.
Arsen hanya bisa menggelengkan kepalanya, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, mencari gadis surai ikal yang sekarang menjadi makhluk ciptaan Tuhan favorit keduanya, setelah keluarganya.
Diantara siswa siswi yang tengah berkerumun, manik mata Arsen menyapu seisi lapangan, didapatinya seorang gadis tengah duduk sendiri sambil menatap kosong ke depan.
Tak membuang kesempatan, Arsen langsung menerobos kerumunan siswa dan siswi dilapangan, berlari kearah gadis itu, sembari berteriak memanggil namanya, "Atha! Atha!" Teriaknya cukup keras.
Semua pandangan tertuju kearah ketua tim basket berkulit tan itu, sementara Atha? Sedikit pun gadis itu tak ada menoleh, meski namanya diteriakan.
Entah apa yang gadis itu pikirkan sampai tak bisa mendengar teriakan yang ditujukan untuknya.
Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di bahunya, "Tha, ngapain lo kayak orang bego disini?" Ujar si penepuk bahu tadi.
Merasakan tepukan di bahunya, lamunan Atha langsung buyar dan atensinya teralih ke arah sumber tepukan tadi, "Aldrich? Ngapain disini?" Balas Atha bertanya kembali.
"Malah balik nanya, udalah daripada lo ngelamun ga jelas, mending kita ke kantin!" Tukas Aldrich menggengam telapak tangan Atha.
Atha melepaskan tangannya dari genggaman Aldrich, "aku mau nonton pertandingan basketnya dulu Al," ucap Atha sambil menunjuk ke arah lapangan basket.
Aldrich menggelengkan kepalanya, "pertandingannya, udah selesai dari setengah jam yang lalu."
Atha mencebikkan bibirnya, seolah tak percaya dengan apa yang Aldrich katakan, "bohong! Itu lapangan masih ramai!" Tunjuk gadis itu ke arah lapangan basket yang memang masih ramai dan sama sekali tidak kelihatan pertandingan sudah selesai.
Aldrich menghela napas pelan, "Atha, yang main basket kan si Arsenalio. Ketua tim basket yang lo tau lah dia gimana. Bahkan yang sodaraan aja bisa berantem." Jelas Adrich panjang lebar.
Atha mengangguk kecil, 'iya juga, tadi saja team cheers yang seharusnya kompak, bisa berantem cuma gara-gara lambaian tangan seorang Arsenalio,' batinnya bergelut dengan pikirannya.
Aldrich kembali menarik gadis manis di depannya itu, "udah lah, jangan kebanyakan cingcong, gue traktir nih makan bakmie kesukaan lo," tukas Aldrich memberikan penawaran.
Lamunan Atha kembali berhasil dibuyarkan oleh sahabatnya, Aldrich Morgen, bakmie gratis? Siapa yang ga mau?
"Oke deh, ayo kita ngantin!" Seru Atha dengan semangat 45, dan jangan lupakan alasan semangat itu, 'Bakmie gratis!'
Aldrich mencetak lengkungan manis di bibirnya, kala melihat gadis bersurai ikal di sampingnya, tersenyum dengan manisnya, hanya dengan sogokan makanan.
Mereka pun menjauh dari lapangan basket, kemudian berlalu ke arah kantin.
Sementara itu, masih di lapangan basket, Arsenalio akhirnya berhasil menembus keramaian para siswi-siswi yang hendak sekedar minta tanda tangan atau bahkan berfoto dengannya.
'Eh? Bukannya Atha tadi duduk di sini?' Batin si ketua tim basket, sambil memperhatikan tempat Atha duduk tadi.
Pemuda itu lalu menghela napas kasar, mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa kehilangan Atha? Padahal dia ingin sekali mendengar pendapat gadis itu, kala dia bertanding dengan tim basket lain. Apakah Atha tak tertarik dengan permainannya, maka dari itu langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun? Ah sial, otak ketua tim basket itu serasa ingin pecah memikirkan gadis yang tengah menarik perhatiannya itu.
Berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk tentang gadis bernama 'Atha' itu, Arsen melangkahkan kaki jenjang miliknya kearah tempat bertuliskan 'Healthy Canteen' lalu mengambil tempat pojok sebagai spot kesukaannya.
Manik mata Arsen memindai seluruh penjuru kantin, hendak berpikir dulu, minuman apa yang cocok untuk menyegarkannya selepas tanding basket tadi.
Tiba-tiba manik matanya berhenti ke arah seorang gadis yang tengah memesan makanan di stan bakmie ayam, dan jangan lupakan seorang pemuda yang tengah mengusap lembut surainya, membuat muka Arsen memerah menahan amarah dan cemburu, 'padahal tadi gue berharap banget denger respon dia tentang cara main gue, pantesan aja langsung pergi,' Batin Arsen sambil memutar bola matanya malas, lalu Arsen lekas beranjak dari tempatnya.
"Arsen!" Sebuah teriakan menghentikan langkah pemuda yang masih berseragam basket itu.
Merasa terpanggil, Arsen lalu berbalik, "Atha? Kenapa?" Tanya Arsen sedikit bingung, rasanya baru saja gadis ini bermesraan dengan pemuda lain, tetapi mengapa dia malah berani memanggil Arsen.
"Lo tadi mainnya jago banget! Gue suka liat lo main, apalagi pas lo ngeshoot bola, keren abis!" Pekik gadis surai ikal itu dengan manisnya.
Arsen tersenyum simpul, ya kalimat ini yang ingin sekali ia dengar dari gadis yang ia anggap cukup spesial, "makasih," tukasnya tanpa menghilangkan sedikit pun senyum nya.
Atha mengangguk kecil, "sama-sama."
Sebuah rangkulan mendarat di kedua belah bahu Atha, "hey, itu makanannya udah datang," ucap orang itu lembut ke arah Atha.
Atensi Atha teralih ke arah pemuda yang baru saja menghampirinya tadi, "udah dateng Al? Yaudah, ayo kesana, cacingku udah demo nih!" Seru Atha sambil memegangi perutnya.
Baru saja ingin berlalu dari hadapan pemuda berseragam basket tadi, sebuah cekalan menahan pergelangan tangan Atha, langkahnya pun terhenti seketika, "Tha, itu pacar kamu?" Tanyanya pelan sambil menunjuk ke arah pemuda dengan name tag 'Aldrich Morgen' itu.
Atha memusatkan pandangannya ke arah tunjukan Arsen, "Ah dia? Dia itu..."
Belum sempat ia menyelesaikan jawabannya, Aldrich langsung memotong.
"Iya, gue pacarnya emang lo siapa ha?" Tanya Aldrich sambil mempererat rangkulannya ke bahu Atha.
"Eh, gue tanya sama Atha, bukan sama lo!" Seru Arsen menarik kerah baju Aldrich.
Tak terima dengan perilaku Arsen, Aldrich membalas kembali, "ya terserah gue dong, gue kan pacarnya," jawab Aldrich balas menarik kerah baju Atha.
Atha hanya bisa terdiam kebingungan, sebenarnya apa yang mereka ribut kan? Atha pacaran sama siapa kek, ya terserah Atha dong, kok mereka yang bertengkar.
Baru saja ingin mendamaikan kedua insan yang tengah menjadi bahan pertontonan di kantin, telapak tangan melekat di lengan Atha, menarik Atha masuk ke dalam dekapannya, "jangan sok bantuin, badan lo kecil, ntar keinjak sama mereka," ucapnya seraya membawa gadis surai ikal itu berjalan menjauh dari tempat kerusuhan.
Atha sangat mengenali suara ini, Ia yakin ini adalah pemuda yang sempat mengisi kekosongan hatinya, "Rei?" Lirih Atha pelan.
Tak ada balasan, hanya usapan lembut pada surai ikalnya yang diberikan si pemuda yang ia yakini adalah Rei.
"Jangan pikirin macem-macem, gue selalu ada buat ngelindungin lo," tukas pemuda itu, masih mendekap Atha.
Tbc.
Hay gaesuuu! Apa kabar kalian? Baek lah ya kan? Nah karena ini satnight a.k.a malam minggu, Author bakal bikin kalian baper sama kisahnya ReiAtha.
Apalagi yang jomblo yekan, ngarep-ngarep bisa senasib sama Atha. (Author juga ngarep sih hehe😅)
Okey seperti biasa, Vote dan komen part ini, suka atau ngga?
Okey sekian dulu, sampai jumpa di part berikutnya sayang❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ReiAtha
Teen Fiction"Ketika lo tau kita gak bisa bersama setidaknya jangan buat gue nyaman dan terbiasa" ~Athania Melody~ "Maaf cuman kata itu yang bisa gue bilang ke lo" ~Diovan Ghilberth Reinhald~ Penasaran dengan kisahnya? Kuyy baca "ReiAtha"