{Dua}
Tapi, sebuah tepukan di bahunya seakan membuat usahanya pupus seketika. "Hey nona mau kemana?" Ucap sang penepuk menahan bahu Atha.
Atha cuma bisa tersenyum miris. 'Ah, kayaknya ketahuan deh, mati deh gue,' batin nya kesal.
~~~~~~~~~~~~
Atha membalikkan tubuhnya, menghadap orang itu. "Hehe ... eh ada lo Rei, lo ngikutin gue ya? Ih stalker lo mah," ucap Atha tak lupa disertai cengiran khasnya.
Rei menatap kearah gadis di hadapannya yang tengah menampilkan barisan gigi putihnya itu. "Stalker? Stalker kepala lu peang!" Ucap Rei menyentil dahi Atha.
Atha mengusap dahinya sambil mengerucutkan bibirnya kesal. "Gimana lo tau kalo ini gue?"
Tanya Atha penasaran.Flashback on
Rei, pemuda itu tengah fokus men-dribble bola basket berwarna cokelat muda itu ke lantai lapangan basket. "Harus masuk!" Serunya pada dirinya sendiri.
Namun, sudah ke dua puluh sembilan kali ia gagal men-shoot bola ke ring basket yang tertata tinggi itu, dan ditambah lagi kegagalannya barusan, membuat rekor kegagalannya genap menjadi tiga puluh kali.
Saat ingin mengambil bola yang ternyata sudah out dari lapangan, tak sengaja mata elangnya menangkap sekelebat bayangan gadis yang hari ini bisa dibilang cukup menyita waktunya.
"Ah, dia kan cewek yang tadi, lah mau ngapain ngendap-ngendap kayak gitu? Ga beres ni anak, pasti mau kabur," monolog Rei sambil mengikuti gadis surai ikal itu dari belakang.
Flashback off
"Oh gitu," ucap Atha membentuk huruf O dibibir mungilnya.
Rei mendengus pelan, melihat tingkah gadis di hadapannya ini. "Iya, dan sekarang lo harus ikut gue!" tegas Rei.
"Eh ada apa ya Rei? Kenapa?" Tanya Atha pura-pura polos, dan jangan lupakan ekspresinya di wajahnya saat ini, bak manusia tak berdosa.
"Hey nona, apa lo lupa? Gue kan disuruh ngajarin lo pelajaran fisika!" Tukas Rei kesal.
"Aduh Rei gue takut kalo di sekolah kelamaan, ntar gimana kalo gerbang ditutup? Gimana kita keluar coba? Gimana kalo ada hantu?" ucap Atha dramatis.
"Hey nona, lo emang ratu drama ya! Oke kalo lo takut di sekolah gimana kalo bimbingannya di rumah lo? Atau di rumah gue?" Ucap Rei memberi penawaran.
"Di rumah lo? Oh big no for that
Gimana kalo ke pinggiran jalan di kota sekalian makan siang, perut gue lapar, suer deh," ucap Atha membuat tanda peace di tangannya."Oke deh, gue juga lapar, bentar gue mau ambil motor dulu," ucap Rei sambil berlalu.
Lapar, itu adalah keadaan yang Atha rasakan, sekaligus alasannya untuk kabur dari Rei dan bimbingan konyol yang akan mereka lakukan.
Tapi, belum sempat Atha melangkahkan kakinya untuk kabur, Rei langsung membalikkan badannya dan menarik lengan gadis itu.
"Nah hayooo lo, ketauan kan mau kabur!" ucap Rei menunjukkan smirk nya.
Atha berbalik menatap manik mata tajam milik Rei. "Hehe ... gue ga kabur kok!" Balas Atha disertai cengirannya.
Rei menghela napas pelan. "Nyengir mulu lo, sekarang ikut gue keparkiran buat ngambil motor!" Ajak Rei, sambil menarik tangan Atha.
Atha mengerutkan dahinya. "Duh, Rei gue capek mesti jalan keparkiran, yang jauhnya sejauh jalan kenangan," ucap Atha sambil berjalan mengikuti tarikan Rei.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReiAtha
Teen Fiction"Ketika lo tau kita gak bisa bersama setidaknya jangan buat gue nyaman dan terbiasa" ~Athania Melody~ "Maaf cuman kata itu yang bisa gue bilang ke lo" ~Diovan Ghilberth Reinhald~ Penasaran dengan kisahnya? Kuyy baca "ReiAtha"