{Sembilan}
'Mungkin kita memang tidak bisa bersama, hai hati cepatlah sembuh dan lupakanlah dia, dia tidak ditakdirkan untukmu.'
-Athania Melody-Atha menetralkan pendengarannya, berusaha mencerna perkataan yang keluar dari mulut Arsen tadi.
'Manis? Ga salah denger nih? Kayak gue dibilang manis? Ga waras tuh Arsen,' ucap Atha dalam hati, sambil menggeleng pelan.
Atha melangkahkan kakinya menuju ruang kelas, dengan hati yang dibilang sudah cukup tenang dari sebelumnya.
Sesampainya didepan kelas, Atha menghela napas panjang, lalu memasuki ruang kelas yang sudah sedikit tenang daripada tadi pagi.
"Athaaa!" Teriak seseorang dari dalam kelas sambil memegangi kedua bahunya.
Atha yang terkejut mendengar teriakan yang cukup keras itu, berusaha menetralkan detak jantungnya dan juga pendengarannya, "apasih teriak-teriak ga jelas? Ini bukan hutan, Rei." Atha menepis kedua tangan Rei, yang sedari tadi bertengger di kedua bahunya.
Rei menatap Atha sejenak, mata yang sedikit memerah, rambut yang berantakan, raut muka yang tidak bersahabat, ingin saja bibirnya terbuka dan bertanya, 'are you ok Atha?'
Tapi perkataan itu seakan tercekat ditenggorokan Rei, karena kejadian tadi pagi.
Rei menghela napas berat, lalu tersenyum dan berlalu meninggalkan Atha.Sementara Atha? Otaknya penuh dengan pertanyaan, 'apa yang Rei lakuin?' 'Kenapa Rei diam aja?' Dan masih banyak lagi pertanyaan yang memenuhi otaknya. Namun, pertanyaan itu ia tepis jauh-jauh, toh juga Rei sudah memiliki kekasih, untuk apa dia terlalu memikirkannya.
Tak lama kemudian bel berbunyi, menandakan jam pelajaran pertama akan dimulai, semua murid berlarian memasuki kelas.
Hari ini cukup membosankan, sehingga tak terasa bel pulang pun sudah berbunyi kembali.
Atha segera bergegas membereskan peralatan belajarnya yang masih berserakan diatas meja, setelah semua dirasa beres, Atha langsung keluar dari kelas, tiba-tiba suara tapakan kaki terdengar semakin mendekat kearah Atha.
Brakkk!!!
Atha yang tak bisa mendengar suara terlalu keras, akibat mengalami trauma akut sejak masih duduk dibangku SMP pun menutup kedua telinganya sambil berjongkok dan menundukkan kepalanya, "eh, ga sengaja gue," ucap si penggebrak meja tersebut, sambil tertawa.
Atha yang mendengar perkataan tersebut kembali berdiri sambil menatap si penggebrak yang membuat mentalnya jatuh beberapa detik lalu, "Maksud kamu apasih? Sengaja?" Tanya Atha berusaha lembut, karna si penggebrak itu ternyata adalah kekasih Rei, orang yang beberapa waktu lalu membuat hatinya berdetak tak karuan.
Dia adalah kekasih Rei, walau Atha tak tau siapa nama gadis itu, namun samar -samar dia masih mengingat rupa gadis itu.
"Pertama kenalin, gue Chia. Gue pacarnya Diovan Gilberth Reinhald, yang biasa lo panggil Rei itu. Gue tau, lo deket sama Rei cuma sebagai teman, tapi kedeketan lo sama kak Rei, udah ngusik kisah cinta gue sama Rei!" Seru si penggebrak meja, yang diketahui bernama Chia itu.Atha hanya terdiam. Sepengetahuan Atha, Chia ini masih duduk dikelas sepuluh. Tapi, mengapa Chia seberani ini menghadap dirinya, sambil marah-marah tidak jelas, "kamu bukannya masih kelas sepuluh ya? Terus kalo Rei memang sayang sama kamu, dia ga bakalan selingkuh kok, apalagi selingkuhnya sama gadis seperti saya," Jelas Atha masih berusaha sabar menghadapi gadis dihadapannya ini.
Chia mendorong bahu Atha kasar, "mentang-mentang gue lebih muda dari lo, lo kira gue takut sama lo ha? Rei emang ga bakalan suka sama cewek kayak lo, tapi kalo lo ngegoda terus, kenapa ga mungkin?" Ucap Chia berapi-api.
"Apalagi, lo kayaknya cuma anak dari keluarga miskin, yang mungkin bakalan ngelakuin cara apapun buat dapetin anak konglomerat kayak Rei," tambah Chia, sambil terus mengoceh tidak jelas.
Atha hanya tersenyum kecut, "kamu ga perlu bawa keluarga saya, kamu mau Rei? Ambil, saya ga bakalan ambil dia dari kamu, tapi kalo dia yang ngedeketin saya, itu bukan salah saya, kamu memang anak konglomerat, tapi perkataan sama perbuatan kamu ga mencerminkan anak seorang konglomerat sama sekali," Jelas Atha singkat tapi menusuk.
Chia yang merasa terhina langsung melayangkan tangannya, ingin menampar Atha. Namun, tiba-tiba sebuah lengan kekar menahan tangan Chia, "Chia? Kamu ngapain sih?" Sebuah suara bass menginterupsi layangan tangan Chia.
Chia dan Atha langsung menoleh kearah suara tersebut, "kak Rei?" Tanya Chia sedikit gemetar.
Rei langsung mendekat ke Atha, sambil mendaratkan telapak tangannya dibahu Atha, "Tha? Kamu gapapa?" Tanya Rei, sembari menatap mata Atha.
Atha hanya menggeleng, sambil berusaha menyunggingkan lengkungan tipis dibibirnya, "gapapa kok, aku balik dulu ya," Lirih Atha, sambil menyingkirkan telapak tangan Rei yang bertengger dibahunya, lalu bergegas meninggalkan kelas.
"Mungkin kita memang tidak bisa bersama, hai hati cepatlah sembuh dan lupakanlah dia, dia tidak ditakdirkan untukmu," monolog Atha, seraya bergelut dengan hatinya yang sudah sangat rapuh.
Tepukan halus dipundaknya, seketika menyadarkan Atha dari pergelutannya dengan sang hati, "Atha?"
Tbc
Hay hay readers Author, baik yang suka ngevote atau yang masih suka nyider doang, author balik lagi nih~
Author harap yang masih suka nyider divote dong baby💜
Vote kalian berarti banget buat author, bisa jadi semangat wkwk.
Jangan lupa pantengin terus story nya author cyncyn yang manis dan juga menarik ini wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReiAtha
Teen Fiction"Ketika lo tau kita gak bisa bersama setidaknya jangan buat gue nyaman dan terbiasa" ~Athania Melody~ "Maaf cuman kata itu yang bisa gue bilang ke lo" ~Diovan Ghilberth Reinhald~ Penasaran dengan kisahnya? Kuyy baca "ReiAtha"