Jantung berdebar? Cinta kah?

287 56 7
                                    

{LIMA}

'Lo lucu tau ga? Bikin gemes, pengen cubit pipi lo yang gede nya melebihi balon di pesta nikahan.'
-Diovan G. Reinhald-

Rei ingin mengejar Atha,gadis berambut ikal yang semakin jauh itu namun sebuah suara menghentikannya.

"Rei sudah biarkan saja, kamu duduk aja, pelajaran akan dimulai." Guru itu menghentikan langkah Rei, dan menahan bahunya untuk tidak mengikuti Atha.

Rei menghela napas berat kemudian menganggukkan kepalanya, "iya pak," ucapnya berlalu ketempat duduknya.

Kali ini Atha tidak melarikan diri, ia tetap menjalankan hukumannya, ia mulai mengelilingi lapangan dengan kaki kaki putih miliknya.

Sementara itu, Rei yang berada dikelas hanya termenung, raga nya berada dikelas namun jiwa dan pikirannya melayang memikirkan Atha.

"Atha? Apa gadis itu akan menangis karena dibilang bodoh? Apa ekspresi nya akan sama pas gue ngatain dia bodoh? Argh... ada apa ini? Pikiran gue cuma Atha dan Atha doang,' batin Rei, mengacak rambutnya frustasi.

KRING!!!

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, tak terkecuali Rei.

Rei langsung melangkahkan kakinya kearah kantin, ia membeli sebungkus roti dan sebotol minuman dingin dan segera berlari ke lapangan.

Ia mendapati Atha sedang duduk sambil meluruskan kakinya ke depan, dengan semangat ia berlari kearah Atha, namun ketika ia semakin mendekat, ia mendapati Atha tengah bercanda dengan seorang pemuda berkulit putih dan memakai kacamata, pemuda itu juga memberikan botol air minum dan roti kepada Atha.

Rei tidak tinggal diam, ia menghampiri Atha, "dia siapa?" Tanya Rei, disertai raut wajah kesal.

Atha merasa ada seseorang yang bicara. Namun, itu bukan berasal dari temannya, melainkan seseorang didepannya, ia melihat sepasang kaki milik orang itu tepat berada didepannya.

Tak mendapat jawaban dari Atha, Rei mengulang kembali pertanyaannya "dia siapa?" Tanya Rei, sekali lagi.

Atha mendongakkan kepalanya keatas dan mendapati wajah pemuda yang telah membuatnya harus mengelilingi lapangan 5 kali, "bukan urusan lo," dengus Atha, sebal.

Rei merasakan ada aura kemarahan dari perkataan Atha, "Atha lo marah sama gue?" Tanya Rei berjongkok sambil memegang pundak Atha

Atha menepis tangan Rei, "tau ah!" ucap Atha memutar bola matanya malas.

"Ini pacar Atha ya?" Tanya pemuda disamping Atha, mencoba berbaur.

Atha membelalakkan matanya kaget, "ga ah, amit-amit deh!"

"Kalo iya emangnya kenapa? Lo siapa sih?" Tanya Rei, mendengus kesal. Pasalnya, pemuda tak dikenal itu sok merasa akrab dan perhatian dengan Atha-nya. Ah ralat, Atha yang saat ini sering mengisi harinya, mencuri hatinya, memikat hatinya, dan semua yang ada pada dirinya, semua serasa sudah menjadi hak paten gadis berambut ikal itu.

Pemuda itu hanya tertawa kecil, "gapapa kok, kenalin gue Azka Gavery, panggil Azka aja." Azka mengulurkan tangannya, sambil melemparkan senyum manis, berusaha ramah.

Rei memperkenalkan dirinya, namun tak berniat sedikitpun membalas uluran tangan Azka, "gue Diovan Ghilberth Reinhald, panggil gue Rei," ucapnya dingin.

Azka hanya mengulas senyum tipis, dan menarik kembali uluran tangannya, "oh oke Rei, dia ini udah gue anggap kayak kakak gue, gue tau loh kalo lo yang buat dia harus keliling lapangan 5 kali, jadi gue peringatin lo jangan deket kakak gue lagi!" Azka mengangkat telunjuk nya didepan hidung Rei.

ReiAthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang