Jangan nunduk, nanti mahkotanya jatuh.
•••
4 hari horror penentuan hasil dari belajar seluruh murid SMA se-Indonesia telah dilalui dengan macam-macam perasaan. Ada yang cemas menunggu hasil, ada yang pasrah, dan tentunya ada yang merasa bebas seperti ...
"Akhh" begitulah ungkapan yang keluar dari mulut Dodit ketika badannya baru saja mengeluarkan bunyi "krakk" ketika ia mengencangkan punggungnya.
"Gila ya, seneng banget gue Ya Gusti, akhirnya selesai juga," tambahnya.
"Udah kayak lepas dari apaan aja lo, Dit," timpal Barsha.
"Lepas dari penjara tau gak. Lo semua gak ngerasain hal yang sama apa? Kita bebas dari Bu Gina cuy. Bebas juga dari fisika, kimia, matematika, dan teman-temannya itu. Bebas dari hukuman Pak Bandi. Ini kebebasan gila!" seru Dodit kepada ke-empat temannya itu. Walaupun sebenarnya semua siswa yang ada di depan ruang ujian mereka juga mendengar itu.
"Sa ae lo tokek panuan," ejek Reno.
"Eh eh tapi ada satu yang belum bebas dari hidup lo tau Dit," sambar Radit.
"Apa?"
"Itu kutu di rambut brokoli lo BHAHAHAHAHAHA."
Tawa mereka pecah seketika mendengar ucapan Radit.
"Enak aja lo, gini-gini rambut gue berjasa buat ulangan Fisika kita ya," jawab Dodit yang dilanjutkan dengan ringisannya karena jeweran seseorang di telinganya, "Aaww."
Dodit menoleh hendak melihat siapa yang berani-beraninya menjewer telinga berharganya itu lalu ia menyengir kuda setelah mengetahui bahwa Bu Gina lah yang menjewernya.
"Gitu ya, bagus! Jadi kecurigaan Saya selama ini itu bener ya, dasar kamu Dodiiittttttt," ucap Bu Gina seraya mengencangkan jewerannya.
"Ah aww ampun Bu, ampun lagian ulangannya udah lewat juga, kan. Udah lah Bu, tolong lepasin ini nanti telinga saya jadi panjang. Lagian tadi saya UN-nya ngerjain jujur kok Bu, suwer deh," ucap Dodit berusaha merayu.
Entah ada setan atau angin darimana Bu Gina langsung melepaskan jewerannya di telinga Dodit, "Awas aja ya kamu! Sampe ketahuan nyontek lagi saya botakin kamu! Biar sekali-kali ganti sayur, dari brokoli jadi timun."
Seluruh siswa yang mendengar itu berusaha menahan tawa mereka sampai Bu Gina hilang dari pandangan mereka.
"BHAHAHAHAHAHA .. " tawa mereka, pada akhirnya.
"Puas lo pada ha?! Ketawa dah ketawa serah lu pada dah yang kenceng sekalian," kesal Dodit.
Sampai suara khas Aeera menyapa mereka berlima—Barsha dan keempat temannya— "Hai."
"Halo Aeraaaaa," balas Dodit dengan senyuman lebarnya, tipe-tipe cowok modus.
"Hai Ra," jawab Reno dan Radit.
Daniel hanya membalas dengan senyuman sedangkan Barsha malah menyambar Aeera dengan segelintir pertanyaan.
"Apa kabar Aeera?"
"Udah seneng belum?"
"Tadi gimana ujiannya?"
"Pasti lancar kan?"
"Gimana udah siap?"
Itulah pertanyaan dari seorang Barshamus Allard kepada Aeeradelicia Betrys.
"Waduh siap ngapain?" sambar Dodit.
Barsha melirik tajam Dodit, "siap liburan."
Aeera masih setia dengan senyum manisnya, "siap dongg."
KAMU SEDANG MEMBACA
Barsha dan Aeera
Romanceseperti hujan yang memerlukan angin untuk terbentuk, begitupula dengan Barsha yang akan selalu membutuhkan Aeera untuk hidup dan bahagia. Hei, ini cerita tentang Barshamus Allard sang hujan setia yang berani dan Aeeradelicia Betrys sang angin setia...