Part 6

1.3K 187 13
                                    

Dua orang itu masih berdiri di depan sebuah gedung perusahaan. Menatap takjub pada gedung perusahaan yang hampir mirip dengan gedung pencakar langit. Orang-orang disekitar keduanya bahkan hanya berlalu-lalang melewati keduanya.

"Wah, sepertinya pria itu benar-benar sangat kaya." Sang pria lebih dulu berucap setelah tersadar dari kekagumannya.

"Lisa, kau yakin jika pria yang kau maksud itu benar ada disana nantinya?"

"Entahlah. Tapi Jungkook, bagaimana sekarang kita akan masuk dan menemui pria itu?"

Jungkook mendecak. "Sudah kubilang bukan untuk tidak kemari? Kau bahkan tak tahu bagaimana sekarang untuk masuk dan menemui pria itu."

Lisa mendengus mendengarnya. Hingga pandangan keduanya terhenti pada sebuah mobil sedan hitam mewah yang baru saja berhenti di depan perusahaan. Seseorang keluar dari sana dan membuat Lisa membulatkan kedua matanya. Menepuk lengan Jungkook dan membuat pria itu sedikit meringis karenanya.

"Jungkook, itu dia." Ucap Lisa sebelum bisa membuat Jungkook mengeluarkan protesnya. Melirik ke arah yang ditunjuk Lisa.

"Yang mana?"

"Itu. Yang baru saja keluar dari mobil itu."

"Kau yakin?"

"Ck, sudahlah. Ayo kita kesana." Dan tanpa menunggu jawaban dari Jungkook, Lisa menarik pria itu bersamanya. Mendekat ke arah seorang pria yang ia tunggu sedari tadi.

"Kim Seokjin-ssi!!"

Seokjin menghentikan langkahnya. Berbalik ketika seseorang memanggilnya dan menemukan dua orang yang asing baginya kini berdiri tak jauh darinya. Tentu saja dihadang oleh beberapa orang pengamanan yang ada disana.

Sementara Lisa nampak menetralkan dirinya karena berlari tadi. Sebelum melanjutkan ucapannya. "A-Aku perlu bicara denganmu."

Seokjin akhirnya memilih mendekat. Mengisyaratkan para pengaman itu untuk membiarkan Lisa maupun Jungkook untuk mendekat padanya. Gadis itu tersenyum setelahnya dan kini mulai mendekatkan dirinya.

"Maaf sebelumnya. Tapi, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Memang belum." Lisa mengulurkan tangannya. "Aku Lalisa. Dan dia Jeon Jungkook." Ucapnya dan menunjuk pada Jungkook dimana pria itu hanya membungkuk sedikit padanya.

"Ah," Dan Seokjin dengan ramahnya menerima uluran tangan itu. "Aku Kim Seokjin." Lalu beralih pada Jungkook dan pria itu yang menerima uluran tangannya. "Jadi, apa ada yang bisa kubantu untuk kalian berdua?"

Lisa terdiam kali ini. Melirik pada Jungkook yang hanya mengendikkan bahunya. Entah kenapa, ia jadi merasa gugup sekarang. Sementara Seokjin masih menunggu dengan sabar disana.

"M-Maaf jika aku sedikit lancang. T-Tapi, apa kau benar-benar adalah kekasih Park Jinhee?"

Kali ini, Seokjin yang terdiam. "Kalian berdua ikut aku." Dan dengan cepat menyuruh kedua orang itu untuk ikut dengannya.

.

.

Gadis itu menyembunyikan dirinya di balik dinding sebuah gang kecil itu. Menghela napasnya dan tersenyum setelahnya karena aksinya tak diketahui oleh orang-orang.

Setelah melirik ke arah sekitar dan merasa sudah aman baginya, ia mulai keluar dari persembunyiannya. Berjalan seperti biasa dengan melepas topi hitam yang ia kenakan. Senyumnya belum menghilang karena aksinya kali ini berhasil. Sudah biasa jika ia akan tersenyum dengan lebarnya karena aksinya yang berhasil.

Jennie mengeluarkan ponselnya. Berniat untuk menelpon Lisa sementara dirinya telah sampai di pinggir jalanan untuk menyebrang bersama beberapa orang di sekitarnya.

Gadis itu mengerutkan keningnya dan mendecak setelahnya karena panggilannya tak dijawab olehnya. Jennie menelpon kembali Lisa. Namun sama seperti sebelumnya, gadis itu tak mengangkat panggilannya.

"Ya, bukankah ini sudah hampir seminggu sejak kematiannya? Bahkan sampai sekarang beritanya tetap menjadi topik utama."

Jennie sedikit melirik pada dua orang wanita di sampingnya saat ini. Dimana keduanya kini terfokus pada salah satu ponsel dari kedua wanita itu.

"Itu benar. Hah, sepertinya nasib Tuan Muda Seokjin itu benar-benar tak beruntung."

Dan mendengar nama itu, Jennie terdiam. Mengingat kembali ucapan Lisa saat itu. Oh, pikirannya masih sangat kuat hingga ia masih bisa mengingat nama yang menjadi omongan kedua wanita itu.

Tanpa ia sadari, kini ia sedikit menambah jaraknya agar semakin jelas mendengarkan obrolan keduanya. Bahkan kekesalannya terhadap Lisa sudah tergantikan dengan rasa penasarannya saat ini.

"Padahal, pernikahannya dengan kekasihnya itu akan diadakan sebentar lagi. Tapi satu hari sebelum pernikahan, kekasihnya malah meninggal. Ck, benar-benar tragis."

"Huh, aku malah bersyukur jika gadis itu meninggal."

Bukan hanya teman wanita itu yang terkejut. Tapi juga Jennie. Apa dia tak punya hati? Ada seseorang yang meninggal dan itu berita bagus katanya?

"Ya, apa maksudmu?"

"Hey, itu berarti Tuan Muda kita itu tetap akan menjadi pria lajang. Kita masih bisa mendekatinya dan mengaguminya. Tidak ada yang tahu kan jika salah satu dari kita mungkin akan jadi pendamping hidupnya?"

"Ck, mimpimu terlalu tinggi. Dia tampan, kaya, dan juga memiliki kelas sosial yang sangat jauh denganmu."

Wanita itu mengendikkan bahunya. "Kita lihat saja nanti."

"Sudahlah. Kita sudah bisa menyebrang sekarang."

Kedua wanita itu pun berlalu lebih dulu dari Jennie. Dimana gadis itu masih menatap dengan kesal kedua wanita itu yang secara tak langsung telah menghina adiknya.

"Awas saja jika aku bertemu dengan kalian lagi."

.

.

"Jadi," Seokjin mendudukkan dirinya pada sofa single yang berada di samping Lisa maupun Jungkook kali ini yang duduk di sofa yang lebih panjang. "Darimana kalian tahu tentang Jinhee?"

Lisa menghela napasnya. Memulai ucapannya. "A-Aku adalah teman dari kakaknya Jinhee."

"Kalian temannya? Maksudku, dimana dia sekarang?"

"Eonni tidak mau datang kemari. Bahkan aku terus membujuknya karena dengan cara ini ia bisa bertemu dengan ibunya lagi."

Seokjin menghela napasnya. Sedikit menegakkan dirinya. "Memangnya, apa yang menyebabkan dia tak mau kemari?"

Lisa lagi-lagi menghela napasnya. "Mungkin, karena dia memang tak mau bertemu dengan ibunya. Aku mengerti itu mengingat bagaimana masa kecil eonni yang tak memang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya sendiri."

Seokjin dibuat bingung oleh ucapan Lisa. "Apa maksudmu? Bukankah dia hilang saat ibunya meninggalkannya sendiri untuk mengantar Jinhee?"

"Memang benar. Tapi, apakah kau tak berpikir kenapa bisa dengan bodohnya ibunya meninggalkan anak kecil sendirian di terminal yang ramai itu? Kenapa dia tidak mengajaknya saja bersamanya? Kenapa pula harus meninggalkannya?"

Seokjin terdiam. Terus berpikir dan akhirnya menyetujui ucapan Lisa setelahnya. Pandangannya kini merunduk dengan segala pikirannya yang semakin membuatnya bingung.

"Aku dan ibuku yang menemukannya saat itu." Kali ini, Jungkook ikut bicara dan membuat Seokjin menatapnya.

"Dia benar-benar tampak sangat menyedihkan karena tak makan dan minum hampir selama seminggu."

Seokjin hanya menanggapinya dalam diam. Ada banyak hal ternyata yang tak ia ketahui tentang kehilangan kakaknya Jinhee.

"K-Kalau begitu, bisakah jika aku yang bertemu dengannya?"

Lisa mengangguk dengan cepat. "Tentu saja. Kedatanganku kemari adalah untuk membuatmu bertemu dengannya."

"Baiklah. Kita bisa pergi sekarang."




--To Be Continued--

flower ring ❌ jinnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang