Part 20

1.3K 140 11
                                    

Suasana saat itu seharusnya bisa membuat kedua orang yang duduk saling bersebelahan itu dalam keadaan baik. Apalagi, keduanya kini sedang duduk bersama dalam sebuah gedung bioskop. Menonton sebuah film yang menayangkan dimana seorang pria dan seorang wanita yang kini tengah mempertemukan bibir keduanya.

Jennie perlahan melirik ke arah Seokjin disampingnya. Yang masih menatap film dihadapan keduanya tanpa ekspresi. Bahkan popcorn besar yang berada di tengah keduanya masih dalam keadaan utuh.

Jennie memilih mengambil satu. Memakannya untuk setidaknya menghilangkan kebosanannya saat ini. Mulai mengalihkan fokusnya kembali pada film disana.

Menit demi menit berlalu. Jennie tak tahu sudah berapa popcorn yang ia makan tadi. Pun dengan minumannya yang kini tersisa setengah dari gelasnya. Helaan napas gadis itu keluarkan tanpa sadar. Lalu kembali melirik Seokjin disana yang masih sama seperti terakhir kali ia lihat.

Pandangan gadis itu terhenti pada jemari besar milik pria itu. Apakah ia bisa menggenggam jemari itu? Menautkannya dengan tangan mungilnya? Jennie selalu berharap begitu. Namun kembali lagi. Itu hanyalah sebuah harapannya. Harapan yang bahkan Jennie tak tahu apakah bisa terwujud.

Kepala Jennie tertunduk. Menatap pada jemarinya yang bertaut. Namun gadis itu sedikit terkejut ketika ia bisa melihat sebuah tangan kini menggenggam jemarinya. Menautkannya dan membuat gadis itu terdiam.

Belum selesai keterkejutan Jennie, ia kini bisa merasakan jika pundak kirinya kini terasa lebih berat. Jennie menegakkan dirinya. Menatap pada sebuah kepala yang bersandar dengan nyamannya pada pundaknya.

"Seokjin-ssi--"

"Sebentar saja. Aku perlu istirahat saat ini."

Jennie bungkam saat itu juga. Memilih untuk menatap ke layar dihadapannya. Tapi fokus gadis itu tentu saja tidak pada film dihadapannya. Melainkan pada debar jantungnya yang saat ini berdetak dengan cepat. Seperti dirinya kini tengah berlari marathon. Benar-benar cepat.

"Kau memiliki tangan yang lembut."

Jennie melirik ke arah jemarinya. Yang mendapatkan sentuhan lembut dari Seokjin. Jennie bahkan hampir saja kehilangan napasnya ketika Seokjin mencium punggung tangannya dengan lembut pula.

"Aku menyukai aromanya."

Bahkan untuk menelan ludah saja terasa sulit. Jennie tak tahu ada apa dengan Seokjin hari ini. Ingin menjauh, tapi hatinya menolak. Terlalu menyukai hal-hal kecil ini bersama dengan Seokjin.

"Aku bukanlah pria yang pandai merayu. Atau memberikan kata-kata manis yang mampu membuatmu berdebar. Tapi aku selalu akan berusaha agar wanita yang kucintai selalu bahagia."

Kata-kata itu terdengar begitu bohong bagi Jennie. Dari sekian hal yang dilakukan pria itu, Seokjin masih berpikir jika ia tak bersikap manis? Lalu bagaimana dengan hatinya kini yang berdetak dengan cepat?

Seokjin perlahan menegakkan dirinya. Mempertemukan kedua matanya dengan mata kucing yang tajam milik gadis itu. "Dan itu termasuk dirimu."

Jennie bisa-bisa tak akan keluar dengan selamat dari gedung bioskop ini. Terlalu banyak hal yang tak terduga baginya hari ini.

"Aku tak akan berjanji padamu. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi seorang pria yang kau inginkan. Pria yang akan selalu berada di sampingmu ketika kau membutuhkan. Pria yang selalu memperhatikan setiap hal kecil yang ada dirimu. Dan seperti yang aku katakan dulu, pria yang selalu menjadi pelindungmu. Yang akan melakukan apapun agar kau tak pernah terluka kembali."

Gejolak panas itu tak bisa lagi gadis itu tahan. Mengalir begitu saja melewati pipinya. Dan Seokjin yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Menghapus airmata itu dengan lembut.

flower ring ❌ jinnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang