Part 16

1.1K 141 1
                                    

Langit di luar sana telah berubah menjadi gelap. Pun dengan waktu yang kini menunjukkan hampir tengah malam. Namun pria itu sama sekali belum terlihat lelah ataupun mengantuk saat ini. Dirinya masih bersandar pada kepala ranjang miliknya. Sembari menatap pada sebuah kalung yang kini berada dalam genggamannya.

"K-Kurasa, aku mulai tertarik padamu, Seokjin-ssi."

Helaan napas Seokjin keluarkan begitu saja. Tak pernah menyangka jika Jennie akan mengatakan itu padanya. Dan dengan bodohnya, ia malah mengalihkan pembicaraan saat itu. Seokjin sudah bisa pastikan jika ia menyakiti hati gadis itu. Walaupun saat itu Jennie hanya tersenyum padanya.

Drrt...Drrt...

Ponsel pria itu berdering. Membuatnya mengambil ponselnya yang terletak di atas meja nakas. Dibuat bingung dengan siapa yang mengiriminya pesan di tengah malam.

"Jennie?"

Seokjin memilih untuk membuka pesan dari gadis itu. Belum lagi dirinya mengingat ucapan gadis itu siang tadi.

"Seokjin-ssi, maaf mengganggumu. Tapi, aku ingin meminta maaf padamu untuk kejadian siang tadi. Kau bisa menganggap ucapanku tadi adalah hanya candaan."

Lalu sebuah pesan masuk kembali datang padanya.

"Sekali lagi, maafkan aku. Dan juga, selamat malam."

Pria itu menghela napasnya yang entah untuk ke berapa kalinya. Tak tahu mengapa sedikit merasa tidak suka ketika membaca jika pernyataan gadis itu padanya adalah sebuah candaan.

.

.

Gadis itu masih memeluk ponselnya. Posisinya sudah berbaring di atas tempat tidurnya dan hanya tinggal menunggu dirinya untuk menutup matanya. Tapi, Jennie saat itu tak bisa hanya untuk menutup matanya dan terlelap.

Jennie masih memikirkan kebodohannya saat itu. Yang dengan gampangnya mengatakan jika ia tertarik pada Seokjin. Sial, ia bisa gila jika seperti ini.

Pesan yang ia kirim beberapa menit lalu pada Seokjin belum juga dibalas oleh pria itu.

"Apa dia sudah terlelap? Ck, sudahlah. Mungkin dia memang sudah tidur."

Jennie memilih untuk meletakkan ponselnya. Tidak sampai sebuah panggilan ia dapatkan saat itu. Dan membuatnya semakin terkejut karena panggilan itu merupakan panggilan dari Seokjin.

"K-Kenapa dia malah menelponku?"

Tak mau membuat Seokjin menunggu lama, Jennie memilih untuk mengangkat panggilan itu dengan cepat. Walaupun kini jantungnya berdebar dengan cepat hanya karena penasaran mengapa pria itu bisa menelponnya.

"Yeoboseyo?"

"Kau belum tidur?"

"Ya, begitulah. Aku belum mengantuk."

"Cepatlah tidur. Ini sudah sangat malam."

Jennie memilih untuk kembali berbaring. Dengan ponselnya yang masih tersambung tentunya. "Lalu kau? Kenapa kau belum juga tertidur?"

"Hmm, mungkin karena aku belum mengantuk?"

Jennie tertawa pelan mendengarnya. Namun dengan cepat menetralkan kembali dirinya.

"M-Maaf."

"Untuk apa?"

Gadis itu terdiam. Menggigiti bibir bawahnya. "Untuk kejadian siang tadi."

Seokjin memilih diam. Membuat Jennie yang mendengar keterdiaman pria itu menghela napasnya.

"Aku tahu, aku memang keterlaluan dan gila. Mengatakan jika aku tertarik padamu disaat kau bahkan belum bisa melupakan adikku. Dan juga, kita sepertinya belum terlalu dekat. Karena kau dekat padaku hanya untuk mengembalikanku pada ibuku. Tapi, aku bahkan tak tahu bagaimana rasa tertarik itu ada padaku. Itu datang begitu saja. Dan aku tak bisa menahan perasaan itu dan dengan lancangnya mengatakan itu semua. Maafkan aku."

flower ring ❌ jinnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang