Part 11

1.2K 168 4
                                    

"Aku menepati janjiku pada eomeonim. Aku membawa putri sulungmu kemari."

Wanita itu sedikit terkejut dan bingung secara bersamaan. Lalu beralih menatap pada seorang gadis yang berada di samping Seokjin yang ia bisa lihat sedikit gugup saat ini. Beralih pada bunga mawar putih yang berada di genggamannya.

"Eomma..."

Sang Ibu mengalihkan pandangannya pada suara putri kecilnya itu yang kini sedikit mendekat padanya. Menyodorkan setangkai mawar putih padanya dan membuat sang Ibu kebingungan karenanya.

"Untuk eomma?"

"Hmm. Ada seseorang bibi yang saat itu terjatuh dan Jennie membantu menolongnya. Lalu dia memberikan bunga ini sebagai tanda terima kasih."

"Benarkah?" Lalu berlutut dihadapan putrinya. "Apa putri eomma tadi menolong seseorang? Wah, putri eomma memang terbaik." Dan mengambil setangkai bunga itu. "Terima kasih, sayang."

Ia hampir menangis karena mengingat hal itu. Lalu langkahnya sedikit mendekat pada seorang gadis disana.

Genggamannya pada bunga yang ia bawa bahkan sedikit mengerat karena matanya kembali bertemu dengan mata itu. Pikirannya terus berputar-putar. Memikirkan bagaimana reaksi Ibunya saat akan bertemu dengannya. Kenangan bersama Ibunya juga ikut masuk ke dalam pikirannya saat ini dan tanpa bisa ia tahan, sebulir airmata jatuh begitu saja melewati pipinya.

"Jennie?"

Nama itu. Sudah berapa lama ia tak mendengar nama itu keluar dari mulut Ibunya? Anak sialan. Begitulah yang dulu ia ingat sebagai panggilannya. Atau Jinnie ketika sang Ibu akhirnya diperingati oleh Ayah tirinya dulu.

"Jennie? Apa kau ini, sayang?"

Sentuhan itu. Sentuhan lembut seorang Ibu yang kini menghapus airmatanya. Dulu, sentuhan itu selalu ia rasakan dan selalu menjadi kesukaannya saat ingin tidur dulu. Tentunya sebelum Ayah kandungnya meninggal dan membuat suasana di antara dirinya dan Ibunya menjadi rusak.

"Jawab eomma, sayang. Kau Jennie, kan? Putri kecil eomma?"

Tampak ragu terlihat di matanya. Namun akhirnya ia mengangguk perlahan. Tentunya dengan airmata yang kembali turun membasahi wajahnya dan sang Ibu yang dengan sigap menghapusnya kembali.

"Astaga, eomma tak pernah tahu jika eomma akan bertemu kembali denganmu." Lalu dengan perlahan membawa tubuh Jennie untuk ia peluk. Gadis itu masih diam. Tak pernah berpikir jika Ibunya akan memiliki reaksi seperti ini padanya. Namun kata itu terdengar olehnya.

"Maafkan eomma, sayang. Maafkan eomma. Eomma benar-benar menyesal."

Dan dia tak berpikir dua kali untuk membalas pelukan Ibunya. Membuat sang Ibu bernapas lega dan mengelus surai panjang milik putrinya. Pelukan itu tersalurkan. Rindu dan juga penyesalan menyatu dalam pelukan itu. Penuh haru dan tangisan antara Ibu dan anak tersebut.

Sementara Seokjin disana tersenyum melihat keduanya. Dan pikirannya langsung tertuju pada Jinhee. Membayangkan gadis itu juga akan ikut tersenyum padanya sama sepertinya.

"Jinhee, kau juga pasti sama sepertiku. Kuharap, kau juga akan bahagia melihat keduanya."

.

.

"Ja, eomma sudah buatkan teh kesukaanmu. Dulu kau sangat menyukai teh itu, bukan?"

flower ring ❌ jinnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang