Part 22

1.4K 145 7
                                    

Jennie masih di dalam mobil itu. Menunggu Seokjin yang mengatakan jika ia ingin membeli sesuatu. Waktu sudah berjalan sekitar 30 menit. Namun pria itu belum juga kembali sampai sekarang.

Gadis itu mengingat kembali apa yang terjadi pada keduanya beberapa jam yang lalu. Dimana Seokjin sudah bisa untuk membuka hatinya untuknya. Kedua matanya tertutup. Mengingat kembali ucapan Seokjin padanya saat itu.

Tanpa Jennie bisa hindari, kejadian malam itu kembali teringat olehnya. Sentuhan pria itu padanya. Pria itu adalah yang pertama untuknya. Tidak mungkin Jennie bisa melupakan begitu saja malam itu. Walaupun dirinya dalam keadaan mabuk saat itu, Jennie masih bisa merasakan bagaimana Seokjin menyentuhnya saat itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Jennie terkesiap oleh suara itu. Membuka kedua matanya dengan cepat dan menyadari jika Seokjin kini telah duduk pada kursi kemudi di sampingnya.

Gadis itu menundukkan kepalanya. Merasa malu ketika dirinya ketahuan oleh Seokjin.

"Hey, ada apa? Ada masalah?"

Jennie menggelengkan kepalanya dengan cepat. Bahkan untuk menatap pada Seokjin saja ia tak berani. Ia sudah terlalu malu saat ini. Padahal, keduanya baru saja memulai hubungan di antara mereka.

Dan lagi, Jennie sedikit terkejut ketika ia bisa merasakan sesuatu melingkar di lehernya. Membuatnya merunduk untuk bisa melihat pada sebuah kalung yang tersemat di lehernya saat ini. Mendongak untuk menatap pada Seokjin disana yang tersenyum padanya setelah memakaikan kalung itu di lehernya.

"Ini, apa ini?"

"Kau tak lihat? Itu sebuah kalung."

"B-Bukan begitu. Tapi, untuk apa kau memberikan ini padaku?"

Senyuman tampak di wajah Seokjin. Kini mulai mengeluarkan sebuah kalung pula yang tersemat di lehernya.

Jennie tentu saja mengingatnya. Kalung itu adalah pemberiannya untuk Seokjin. Sebagai ucapan terima kasihnya karena pria itu telah mempertemukannya kembali dengan Ibunya. Hanya saja, Jennie tak pernah menyangka. Jika Seokjin akan benar-benar menyimpan kalung itu dengan baik dan bahkan memakainya.

"Anggap saja jika kalung itu adalah rasa terima kasihku untukmu."

Jennie mengernyit bingung. "Terima kasih?"

Seokjin sedikit menggeser dirinya. Mengambil salah satu tangan milik gadis itu dan menggengamnya. Jennie ingin menolak. Namun perasaan debar dalam hatinya menginginkan jika genggaman itu tak ingin ia lepaskan. Jadi yang ia lakukan hanya diam. Menunggu apa yang akan Seokjin lakukan.

"Terima kasih, karena mau menunggu diriku yang ingin membuka hati untukmu. Padahal kau tahu, jika mungkin saja, aku tak akan pernah membalas perasaanmu."

Jennie terdiam disana. Melirik pada tautan tangan keduanya. Ia bisa merasakan ketulusan di setiap kata-kata yang di keluarkan oleh Seokjin. Membuat hati kecilnya tercubit oleh kalimat tulus itu.

Secara perlahan, Jennie membawa tautan tangan keduanya. Mencium punggung tangan milik Seokjin dengan lembut. Sebelum akhirnya membawa tautan tangan keduanya untuk ia peluk.

Sementara Seokjin yang melihat itu tak bisa untuk tak tersenyum. Dengan perlahan pula semakin mendekatkan dirinya untuk mencium kening gadis itu. Dimana Jennie yang menerimanya hanya tersenyum ketika mendapatkan perlakuan itu.

"Aku seharusnya yang berterima kasih padamu. Terima kasih, karena telah mau membuka hatimu untukku. Aku tak akan pernah menyangka jika hari ini akan datang padaku."

"Jika begitu, mari kita jaga hubungan ini. Dengan hati yang dipenuhi cinta dan kasih sayang."

Jennie hanya mengangguk menjawabnya. Tak akan pernah dirinya melupakan hari ini. Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan seumur hidupnya. Bahkan ia tak menyangka jika dirinya akan sangat bahagia seperti ini.

flower ring ❌ jinnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang