Part 10

1.2K 174 7
                                    

Jennie keluar lebih dulu dari mobil itu. Dan setelahnya, Seokjin juga ikut keluar dari mobil dan kini mulai berjalan mendekat pada Jennie disana.

"Jadi, kau ingin mengunjungi siapa lebih dulu?"

"Jika bisa, aku ingin mengunjungi Jinhee lebih dulu."

Seokjin mengangguk setelahnya. Keduanya pun mulai berjalan beriringan di area pemakaman itu. Pagi itu, langit terlihat cerah. Seolah menyambut mereka yang ingin mengunjungi orang-orang tersayang mereka hari itu.

Jennie menghentikan langkahnya. Dan membuat Seokjin yang melihat itu kini berbalik hanya untuk menatap gadis itu dengan bingung.

"Apa itu makam Jinhee?"

Seokjin mengarahkan pandangannya pada arah pandang Jennie. Dan mengangguk setelahnya ketika kembali menatap pada Jennie. Lalu pandangan gadis itu beralih menatap pada satu makam dan membuat Seokjin juga ikut mengikuti arah pandang Jennie.

"Ini semua benar-benar sangat lucu."

"Maksudmu?"

Jennie menunjuk ke arah salah satu makam yang ia lihat sebelumnya tadi. "Adikku dimakamkan disana. Tidak jauh dari tempat Jinhee berada."

"Adik?"

"Hmm. Kwon Hyun. Maksudku, dia adalah bocah laki-laki yang juga ikut diculik sepertiku. Tapi dia sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Dan kau tahu kenapa aku bisa mengatakan jika semua ini sangat lucu?"

Seokjin mengangkat satu alisnya. Mulai mengerti dengan semua situasi ini.

"Jadi, kau pernah melihatku disini?"

"Pria dengan kursi rodanya. Menangisi kepergian kekasihnya. Bahkan kau terlihat sangat menyedihkan sekali saat itu."

Seokjin tertawa kecil mendengarnya. Begitu pula dengan Jennie. Hanya menertewakan kejadian-kejadian yang menurut mereka sangat kebetulan sekali.

"Bisakah kita bertemu dengan adikku lebih dulu?"

Seokjin mengangguk setelahnya. "Baiklah. Sepertinya, aku harus menyapa adikmu juga."

Keduanya pun kini beranjak menuju salah satu makam dimana Hyun dimakamkan. Jennie tersenyum ketika dirinya telah sampai dan menatap pada makam dihadapannya. Sementara Seokjin sedikit memberi jarak untuk Jennie.

Gadis itu berlutut. Meletakkan salah satu bunga pada rangkulannya dan meletakkannya di atas makam itu.

"Hyun, noona datang lagi. Dan noona tidak sendiri sekarang. Kau ingat hyung yang saat itu? Dia disini sekarang. Tenang saja. Dia tidak lagi terlihat menyedihkan seperti terakhir kali kita lihat."

Seokjin tersenyum tipis. Kini mulai beranjak mendekat dan berlutut seperti apa yang Jennie lakukan.

"Annyeong, Hyun. Senang bertemu denganmu. Hyung tidak lagi datang dalam keadaan menyedihkan sekarang. Memang, hyung tidak pernah bertemu denganmu. Tapi hyung berharap, jika kau bahagia di atas sana. Ah, dan jika kau bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Jinhee noona, kau katakan padanya bahwa hyung baik-baik saja disini."

Jennie tak bisa menahan senyumnya ketika mendengar ucapan Seokjin. Menatap pria itu yang malah mengendikkan bahunya. "Aku hanya mengatakan apa yang harus kukatakan, bukan?"

"Ya, terserah kau saja."

Jennie mengembalikan pandangannya pada makam. Mengelus nisan itu dan tersenyum setelahnya.

"Hyun, baiklah-baiklah disana. Noona tidak apa disini. Karena noona akan bertemu dengan ibu noona sebentar lagi. Kau pasti juga akan senang mendengarnya, bukan? Jadi, kau tak perlu khawatir lagi dan merasa bersalah karena belum bisa mempertemukan noona dengan ibu noona. Lagipula, sudah ada seseorang yang akan menjaga noona. Sama sepertimu dulu yang menjaga noona."

flower ring ❌ jinnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang