Dia, membingungkan 2

89 10 0
                                    

    Setelah usai berlibur panjang. Mikalya, gadis itu nampak sangat segar dan bahagia dengan liburannya kali ini. Mamanya memboyong ia dan kakaknya untuk berlibur ke Yogyakarta. Mereka berwisata ria di sana.
•••

      Tuk... langkah kaki pertama Kalya di sekolah pada kelas 9 ini. Semuanya tampak beda, mulai dari cat dinding sekolah yang telah berubah warna, hingga Pak Junai pun mengalami revolusi, yang tadinya agak tua, sekarang sudah semakin tua. Kalya pun mencari namanya di setiap kertas yang tertempel pada dinding kelas. Yah, tidak usah repot-repot, sudah jelas dengan otak encernya dia akan masuk ke kelas 91, ya bisa dikatakan kelas agak beda sendiri dari kelas yang lainnya. Ya Tuhan lindungilah hamba dari orang (yang suaranya tidak asing lagi di telinga), hamba ingin memulai hidup baru, Kalya memejamkan matanya saat langkah pertama menginjakkan kakiny di kelas. "Kalyaaaaa....." malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, itulah pribahasa yang tepat untuk mendeskripsikan Kalya saat ini. "Sini duduk disini, sebelah Sofi yang cetar membahana ini", dengan langkah gontai Kalya pun berbaik hati mengambil kesempatan ini, tidak usah bersusah payah mencari tempat duduk yang paling depan, toh temannya sudah menempatinya terlebih dahulu, sedikit untung. "Terimakaih yah Sofiiiikuu" memaksakan untuk tersenyum manis. "Lebay deh" ciut Sofi. "Ngga lah, gua basa-basi aja, ngga enak sm lo yang udah susah payah nempatin kursi emas ini." Sofi pun memanyunkan muka mendengar perkataan Kalya.
•••

Tok..tok..tok...Saat pengarahan selesai diberikan wali kelas, seseorang cowok berdiri di ambang pintu. "Maaf bu, saya telat. Tadi habis disuru Pak Rivai buat ngambilin teh di ruang guru". Mendengar alasan itu, Kalya pun jengah, tidak mungkin mengambil teh di ruang guru memerlukan waktu berjam-jam. "Yah sini kamu. Kayaknya kamu agak badung yah. Kamu duduk di sebelah Kalya. Sofi, kamu pindah ke barisan nomor 2." Omg, apa-apaan ini, gua duduk sm ayam negeri, Kalya membatin. Yah, tidak usah di herankan, bagaimana Kalya bisa dikenal oleh seluruh guru, sudah jelas dia siswi yang pandai dan berperilaku baik, tentunya hal ini yang membuat ia dikenal seluruh guru. Bu Lily pun selaku wali kelas mempersilahkan Rafa duduk, dan berlalu meninggalkan kelas. Kalya, masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Tubuhnya bergetar, karna kursinya mendapat guncangan Sofi. Ia berbalik badan, Sofi pun berbisik "My ebeb guaaaaa", Kalya pun berbalik dan memutar bola mata jengah melihat tingkah sahabatnya kali ini. Hari itu pun berlalu dengan cepat.
•••

     Mata Kalya pun terbuka dengan berat. Hampir semalaman panjang ia tidak bisa tidur. Entah apa yang dipikirkannya, dengan alasan yang tidak jelas. Itulah yang terjadi. Seperti biasa, ia akan menyantap sarapan paginya dengan lahap untuk menghargai usaha mamanya yang telah bangun pagi untuk menyiapkan sarapan untuknya. "Ma, udah ni. Kalya kenyang. Kalya pergi dulu ya", sambil menyandangkan tasnya. "Ya dek, kamu hati-hati yah di jalan", "ya ma, Kalya pegi dulu yah." Sambil mencium tangan mamanya.

     Tibalah dia di gerbang pintu turun dari mobil kakaknya, Kalya sontak mengingat bahwa ia setiap harinya akan bertemu dengan ayam negeri hal itu membuat moodnya turun seketika. Saat melangkahkan kakinya ke dalam kelas, ia terkejut melihat cowok itu sedang menidurkan kepalanya di atas meja. Kalya pun duduk dengan menarik kursinya hingga berbunyi kencang, dengan sengaja hal itu dilakukan untuk membangunkan si ayam negeri. "Duhh berisik", Kalya pun melotot melihat tingkah si ayam negeri. Ia pun memilih untuk duduk dan diam. Ia tidak pernah berpikir, bawah 1 tahun terkahir di sekolah yang tercinta ini akan berakhir tragis.

     Kringgg...Kringgg bel pulang sekolah pun bunyi. "Kalya, mau ikut ngga? Gua mau ke Body Shop nih" tawar Sofi. "Ngga deh Sof, kakak jemput. Coba kamu tawarin dari semalem, gua ngga bakal nyuruh kakak gua jemput", "yahh ni gua mendadak aja, yah udah kalo gitu gua duluan yahh, (sambil berbisik "ebeb gua ganteng banget"), ingin rasanya Kalya muntah mendengar kalimat yang sama dan selalu kelur dari mulutnya Sofi. Ia berdiri dan langsung keluar dari kelas. Sejak pertama duduk bersebelahan, tidak ada percakapan pun terjadi di antara Mikalya dan Rafa, semuanya tampak asing. Kalya pun bergegas menuju gerbang sekolah, dan mendapat telpon dari kakaknya, setelah menutup telponnya ia pun tertunduk dan malas. Yah, kakaknya tidak bisa menjemputnya dengan alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

    30 menit sudah terlewatkan, tidak ada satu angkot pun yang lewat dengan membawa penumpang yang sedikit, semuanya full. Hingga mobil hitampun berhenti di depannya. Seorang cowok pun turun "Ngapain lo belom pulang, mau nyabe? Gila lo, ngga ada kerjaan banget. Bukannya pulang, malah nyabe", Kalya pun tetap bungkam. Rafa pun membuat gerakan tampak seseorang yang sedang berbicara dengan orang bisu. "Lo apaansi?" Itulah kalimat pertama yang terlontar dari mulut tipis Kalya. "Lo bisa ngomong?", Kalya pun berjalan meniggalkan si Rafa. "Eh tunggu, lo pulang sendirian? Sama gua aja, gua berbaik hati mengingat lo teman sebangku gua", "ngga usah" sontak Kalya. "Udah ayok" Rafa menarik tas Kalya dan menggiringnya masuk ke mobil". Kalya pun terduduk diam di dalam mobil.


Biarlah mengalir seperti air. Tidak bisa menahan yang ingin pergi, tidak bisa menahan yang ingin datang.

.
.
.
.
.
Mau tau kelanjutannya, tungguin cerita aku selanjutnya. Seeyouuu

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang