Dia, membingungkan 8

57 5 0
                                    

Flashback (Rafa)

     Sejak dia lulus SMP, tidak ada satu kabar tentang Kalya yang ia terima. Semuanya hilang dan lenyap. Hanya tersisa kontak line yang dimilikinya. Berhari-hari terlewati, tidak ada satu pun keberanian untuk memulai obrolan dengan Kalya, sekedar menanyakan sekolah mana yang akan Kalya tuju, Rafa pun tidak berani. Pengecut bukan? Entahlah. Udah deh Raf, selama setahun aja lo duduk sebelahan sama Kalya, ngga pernah kan dia negur lo duluan, kalo ngga lo duluan yang mulai. Mana mungkin dia peduli sama lo Raf. Lo ngga lebih dari sekedar teman satu bangku. Hanya formalitas, kata-kata sial itu terus bernari-nari di otaknya.

Setiap hari, Rafa si pengecut hanya berani memandangi homechatnya dengan Kalya. Tiba satu hari, rasanya ia sangat penasaran, eh bukan lebih tepatnya ingin menjalin silaturahmi kembali terhadap perempuan, teman sebangkunya itu, ingat! Tidak lebih. Jarinya pun berani untuk menekan tombol telfon ke Kalya.
Tersambung tidak ada suara dari seberang sana.
Rafa   : Kal, bantuin gue ngerjain tugas ni. Seriusan
              gua ngga bisa ni.
Raja modus, itulah sebutan yang tepat untuk Rafa sekarang. Setelah jawaban Kalya ia terima, Rafa tampak seperti orang kecewa, mungkin. Kecewa karena teman sebangkunya tidak bisa menerima ajakkannya. Rafa melapangkan dada, dan menerimanya dengan ikhlas. Kemana ia harus pergi? Tidak mungkin pulang kerumah, sudah pasti tidak ada orang, apalagi makanan. Rafapun menginjak gas mobilnya dan melaju ke cafe Santa, sekedar mengisi tenaga, entah karena ia benar-benar lapar atau hanya pelampiasan karena sebuah penolakan.

Setibanya di Cafe Santa, Rafa syok melihat seorang perempuan yang menolaknya beberapa menit lalu, ternyata sedang bersama lelaki lain dan semua alasan penolakannya terasa basi. Dadanya terasa ingin meledak. Setelah puas melabrak Kalya bersama lelaki di sebelahnya, dia berhenti dengan harapan bukan seperti itu Raf , kalimat yang dia inginkan keluar dari mulut Kalya. Tapi, jauh dari ekspektasi. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kalya. Perempun itu bungkam, seolah-olah membenarkan semua perkataan Rafa tentang dirinya. "Gua kecewa" hanya satu kalimat untuk menutup semuanya. Hatinya terasa sesak karena sudah di bohongi. Rafa pun berlalu meninggalkan mereka. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tetapi hati kecilnya berkata bagaimana jika Kalya sedih atas ucapannya, bagaimana jika Kalya diculik lelaki itu ada sebuah penyesalan menyelimuti Rafa, ia berniat untuk memastikan bahwa Kalya akan sampai ke rumahnya dengan kondisi yang baik. Rafa membuntuti mereka. Melihat Kalya tampak nyaman berboncengan dengan lelaki itu, membuat Rafa kecewa. Apa yang sebenarnya gua harapkan? Apa gua mengharapkan penyesalan dari Kalya atau penjelasan ? Tidak-tidak Kalya nampak baik-baik saja dengan semuanya batin Rafa. Rafa pun menyudahi semua kegilaannya ini, semua rasa lapar telah hilang. Pulang kerumah, satu-satunya tujuan saat ini.
••••

     "Ayok dong tidur mata, otak tenang yah. Papa mau tidur ni" bantal pun menutupi wajah tampannya dengan sempurna. Brukkkkk.... "Ngapain si gua mikirin tukang boong, jelas-jelas dia udah boong" Rafa pun duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Tangannya mengambil Hp di atas nakas, berulang kali linenya direfresh hhhaha konyol Raf, ngga mungkin dia ngeline lo buat ngejelasi semuanya. Lagian penjelasan apa sih yang lo harap batin Rafa. Tidak mungkin Kalya membuang-buang waktu hanya untuk menjelaskan semuanya lanjutnya. Rafa tampak penasaran, siapa lelaki yang bersama dengan Kalya, mengapa mereka bisa sedekat itu? Rafa yang jelas 1 tahun duduk bersebelahan dengan Kalya tidak sedekat itu, jika nyamuk terbang diantara mereka, suaranya ngiangnya pasti terdengar, itulah pendeskripsian seberapa enggannya mereka untuk berkomunikasi di kelas saat SMP dulu. Siapa dia? Kalimat itu terus bergentayangan di kepalanya. Udahlah Raf, dia udah bohong ke elo, dia lebih milih lekaki itu dari pada ngebantuin lo buat tugas batin Rafa terus berkicau. Entah mengapa, ada secerca nurani yang mengatakan, jika itu tidaklah seperti yang ia lihat tadi siang. Entahalah semua tampak samar.
••••

Semuanya tampak membingungkan. Otak Rafa mengatakan jika semua yang dilakukannya sudah benar, tetapi tidak hatinya. Hatinya berkata, bahwa apa yang dilakukannya salah. Tidak seharusnya dia melontarkan kata-kata seperti itu kepada teman sebangkunya selama 1 tahun. Berhari-hari Rafa mencoba introspeksi diri. Seharusnya ia tidak perlu melakukannya bukan? Membuang waktu percuma untuk memikirkan seorang Kalya. Tetapi hatinya berkompromi dengan otak, yah terjadilah. Selama berhari-hari, hanya Kalya yang hinggap di pikirannya.

Kalya
Ngga usah minta maaf ke gua, udah gua maafin kejadian kemaren. Sekarang lo ke cafe Santa, temenin gua ngerjain tugas, buat penebusan dosa lo!

Send

     Yah, hanya untuk memastikan bahwa Kalya baik-baik saja setelah kejadian beberapa waktu lalu, itulah tujuan Rafa. Tapi kesialan menimpanya "Hai Raf, lo disini?" Suara gadis yang tidak asing lagi ditelinganya, "Lo ngalain di sini?" Rafa tampak terkejut. "Gua mau makan, lo lagi buat tugas?" Sebenarnya hanya akting Rafa bersok-sok-an ngerjain tugas. "Gua gabung yah? Gua bisa kok ngajarin lo" Lanjut Yusi. "Ngga usah, gua lagi nunggu temen gua" jawab Rafa dengan penekanan, "Bodo amat". Tanpa persetujuan Rafa, Yusi duduk di kursi sebelah Rafa. Rafa memutar boal mata jengah melihat tingkah laku mantan pacarnya.

     Perempuan yang ditunggu-tunggunya sedari tadi tiba. "Kenalin ini Kalya." Jelas Rafa, tanpa disangka Kenalin Yusi, pacar Rafa. Rafa terkejut mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Yusi, tapi ia besikap tenang, dan memilih untuk bungkam karena percuma jika meluruskannya, Yusi pasti menang jika di ajak berdebat + membuat rumit keadaan, Rafa paham akan hal itu. Anggukan Kalya yang Rafa terima dari jawaban "Lo ngga papa kan kalo Yusi gabung?" membuat Rafa frustasi, bukan itu yang ia inginkan, sebuah penolakan yang Rafa inginkan. Melihat hal itu, Rafa hanya berpasrah berharap tiba-tiba Yusi pulang dijemput mamanya atau sakit perut melilit yang mengharuskan dia pulang beristirhat di rumah. Uhuk...Uhuk, Yusi tersedak. Sebenarnya Rafa enggan berdiri mengambil air mineral di lemari pendingin, tetapi tidak mungkin Kalya yang melakukannya. Dari pada melihat Yusi sekarat tersedak kentang, yah itulah yang harus dia lakukan, memberi Yusi air. Rasa aneh terus mengusik Rafa, sedari tadi Rafa sengaja hanya berdiskusi dengan Yusi untuk melihat reaksi kesal dari Kalya. Lagi-lagi ekspektasi tidak sejalan dengan realita Kalya nampak tenang hanya itu yang mendeskripsikan perilaku Kalya. Hingga akhirnya Kalya memutuskan untuk pulang, "Lo bisa kan pulang sendiri" bodo Rafa, seharusnya lo bilang GUA ANTER batin Rafa mengoceh. Dengan sialnya, Kalya mengiyakan. Semoga lo bisa makan malam di rumah kalimat penutup Rafa yang ia berikan kepada Kalya lagi-lagi batinnya. Berangsur-angsur mulai hilang bayangan Kalya dari mata Rafa.
••••

     Jam 5 sore telah ditayangkan pada jam dinding kamarnya. Tapi, Rafa gelisah. Ia pun memutuskan menuju suatu tempat. "Permisi Pak, tau ngga Rumah Kalya?" Tanya Rafa setelah membuka kaca mobilnya pada satpam perumahan Kalya, "Oh neng Kalya, itu ada perempatan, nanti belok kanan, nah ada rumah biru sendiri, itulah rumahnya" jelas satpam, "Kok bapak tahu si?" Tanya Rafa, "Ya tahu lah, yang namanya Kalya cuma satu di komplek ini" jawab satmap itu. "Oh gitu...Oke makasih yah Pak", "Siap" sambil mengangkat jempol dan mengedipkan mata. Tanpa berpikir panjang, Rafa melajukan lagi mobilnya. Tibalah tempat yang ia tuju, Rumah Kalya. Ia sudah seperti orang yang memiliki berkepribadian ganda. Kini Rafa bingung, kenapa dia ada di depan rumah Kalya, ada apa dengannya? Tiba-tiba matanya tertuju pada sepatu putih yang dikenakan Kalya tadi siang berada di rak sepatu depan rumah Kalya, duarrrr kembang api seperti meletus di dalam hatinya, ia bahagia bahwa Kalya sampai di rumahnya dengan selamat sentosa yang artinya : malam ini, Kalya bisa makan malam di rumahnya. Senyuman manis terlukis di wajah tampannya .



Sebab, tidak ada alasan untuk sebuah rasa suka. Mengalir, tanpa sebuah perencanaan.

.
.
.
.
.
.
Wadooo, lumayan panjang ni. Plisss, aku butuh banget komentar+kritik+ saran dari kalian, buat perkembangan cerita ku. Ku tunggu yah guys semuanya itu. Oh iya!! Terimakasih yang udah baca. Seeyouu🌞🌞

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang