Dia, membingungkan 9

33 2 0
                                    

     Kecemasan yang bergemuruh di dalam hati, kini telah enyah. Rafa dapat bernapas lega.

Kalya

Woiiii, Yusi nanyain nmr wa lo. Cpet kirim nmr wa lo woi?

Send

Entah sejak kapan Rafa pandai sekali berbohong. Tidak akan puas rasanya jika Rafa hanya memiliki kontak linenya saja, kini ia akan moncoba meminta nomor wa Kalya. Yah tentunya untuk komunikasi aja, biar lebih gampang. Setelah pesan singkat dikirimnya, notif yang ia tunggu tidak kunjung muncul. Akhirnya ia mengubah nada dering ponselnya agar lebih keras, jika ada notif yang masuk maka ia akan segera terbangun.

Flashback off

••••
     Membaca pesan yang ia terima membuat Kalya nampak sebal. Pesan itu hanya di baca saja. Sebenarnya apa yang membuat Kalya sebal dan uring-uringan? Entahlah, Pikirannya tidak karuan. Kalya beranjak dari tempat tidur dan bersiap untuk menimba ilmu di sekolah. Seperti biasa, Kalya akan melakukan tradisi makan pagi dirumahnya bersama keluarganya.
••••

       "Pagi Kalya" Sofi menghampiri Kalya, "Pagi Fi" jawab Kalya, "Napa muka lo ditekuk gitu?" Tanya Sofi penasaran, "Hemm, gua mau cerita ni. Kemaren kan, Ayam ngechat gua minta ajarin buat tugas. Awalnya si gua ogah. Tapi dia ngebacot ngga karuan, jadi gua iyain. Pas sampe di sana, ternyata ada cewe dia. Gua udah kaya nonton sinetron, gua terabaikan di sana. Jadi, yaudah gua milih pulang. Gua ngga abis pikir aja, kenapa ya gua dengan bodohnya pergi ke sana. Jelas-jelas gua lagi les" jelas Kalya panjang lebar. "Kal, gua boleh ngomong jujur ngga? Kayaknya lo mulai ada rasa sama Rafa" Sofi bertingkah layak paranormal, "Hahaha. Selalu lo ngomong gitu. Capek gua dengernya" ledek Kalya, "Serius woi, gua ngga boong. Nanti semuanya bakal kejawab juga kok" Sofi nampak kesal. Langkah kaki Bu Ela pun terdengar menapaki kelas, berkahirlah perbincangan dua orang gadis itu.
•••

     "Kalya..." panggil seorang lelaki dari kejauhan sambil mendekat bak ada magnet diantara keduanya, "eh Kak Rio" jawab Kalya ramah, "Gimana ni yang kemaren? Kapan kita lanjutin?" Tanya Rio, "Hemm, kayaknya aku ngga jadi ikut deh Kak", "Loh kenapa? Gara-gara temen kamu itu?" Tanya Rio, "Ngga lah kak", "Udahlah Kal, kamu ngga usah deket-deket sama anak kayak gitu. Dari cara dia ngomong aja ketauan dia ngga berpendidikan. Kalo kamu deket-deket sama dia, nanti kamu ketuleran pengaruh negatif dari...", "Stop kak. Kakak siapa? Kok kakak ngomong kayak gitu? Kakak baru sekali kan ketemu dia? Jangan ngehina orang cuma dari kulitnya kak. Kakak ngga berhak ngelarang aku buat berteman sama siapa aja. Oh iya satu lagi, aku ngga berminat ikut gitu-gituan buang waktu aja" potong Kalya. Mendengar perkataan Kalya, Rio mematung tak sadarkan diri, Kalya pergi meninggalkannya. Sepanjang perjalanan pulang, sepanjang itu pula ia menyesal dengan apa yang telah diucapkannya. Ia tak mengerti, mengapa ia berkata kasar hanya untuk membela Ayam Negeri yang jelas-jelas sudah membuatnya meneteskan air mata. Kalya memacu motornya dengan pesat, berharap agar cepat sampai rumah dan menenggelamkan kepalanya di bantal untuk melupakan semuanya.
••••

       Grettt...grettt....greet.... Kalya nampak exited melihat sebuah nama yang tertera di ponselnya. Tanpa berpikir panjang, jarinya menekan tombol hijau "Woi, cepet kirim nomor wa lo" suru Rafa, "Nggak!! buat apa pacar lo minta nomor wa gua?", "Yaudah kalo ngga mau. Sekarang, lo jalan sama gua. Ngga usah ke gr-an. Gua lagi ngga mood makan di rumah", "Lo gila, mana mungkin gua keluar. Ini udah jam 5 sore ayam, mana boleh gua keluar. Ngga usah neko-neko lah" Jawab Kalya dengan tegas, namun tidak dengan hatinya, "Lo bohong mulu woi. Kata mama lo boleh, yah kan tan? Gua lagi di rumah lo. Cepetan woi, gua tunggu di bawah" tuttttutttt...tut.... sambungan terputus. Kalya nampak terkejut sekaligus kebingungan dengan apa yang terjadi sekarang. Entah baju apa yang harus ia kenakan. 10 menit telah habis ia gunakan untuk memilih baju. Yah tepat, ia memilih celana jeans hitam dengan atasan kaus putih lengkap dengan jam tangan putih dan sepatu putih kesayangannya. Sederhana tapi nampak cantik. Itulah kata-kata yang bisa diungkapkan. Kalya pun bergegas turun kebawah. Lo cantik banget Kal Rafa membatin, "Uh lama banget woy" ledek Rafa, "Siapa suruh lo ajak gua pegi bego!" Kalya pun menjawab dengan tak kalah kesalnya, "Mama, Kalya pergi dulu yah" mamanya pun datang dan mereka berpamitan. "Hati-hati di jalan yah, Kalya ngga bisa kena hujan" mamanya berkata, "Siap tan" jawab Rafa dengan tersenyum.
••••

     "Yusi bukan pacar gua" keheningan terpecah dengan satu kalimat yang keluar dari mulut Rafa duhh bego ngapain gua ngomong kayak gitu, Kalya ngga bakal peduli hati Rafa berdialog. "Oh" jawab Kalya singkat, kini yang dirasakan Kalya hanya lega. "Lo mau makan di mana" tanya Rafa, mulut Kalya hendak terbuka namun kembali tertutup, "Ngapain yah gua nanya ke elo, kan gua yang mau makan" lagi-lagi Rafa membuat Kalya kesal. Selama perjalanan, Kalya hanya menghadap ke arah jalan dan tak satu katapun terucap dari bibirnya. Tibalah mereka pada sebuah rumah makan. Rafa memesan makanan, sementara Kalya hanya berkutat dengan ponselnya. "Sini ponsel lo gua pegang. Sekarang cepet lo pesen makanan" perintah Rafa, "Ngga gua kenyang. Cepet balikin ponsel gua" Kalya merengek seperti anak kecil. "Yaudah mba kalo gitu saya tambah king burgernya 1 tapi di bungkus, buat nanti malem kalo gua laper tengah malem" perintah Rafa, dengan senang hati pelayan itu menganggukkan kepala. Selama Rafa makan, Kalya terus mencari kesibukan. Entah tangannya yang memainkan bunga di atas meja, atau kepalanya yang sibuk berolahraga kekanan atau kekiri. "Lo yakin ngga mau makan? Oh iyah dengan liat gua makan aja lo udah kenyang kan?" ledek Rafa, "Serah lo aja Ayam. Penting lo seneng, gua dapet pahala" sahut Kalya nampak kesal. Seusai Rafa menikmati makanannya, kini mereka pun melangkah ke arah mobil. "Loh kok belok kesini, kita mau kemana. Jangan bilang lo mau culik gua?" Kalya nampak cemas, "Prettttt, rugi banget gua nyulik lo, nambah beban hidup gua aja buat ngasih lo makan. Udah lo diem, nanti lo juga bakal tau". Kalya memanyunkan bibir. Entah sekarang apalagi yang akan ia hadapi. Tapi, untuk pertama kalinya Kalya ingin berlama-lama dengan seseorang, seperti ingin menghentikan waktu mungkin? Prokkprokkk sial, perut gua ngga bisa di ajak kompromi, astaga. "Ni makan, ngga usah sok cuek, ngga usah sok jutek. Perut lo udah manggil buat diisi. Sengaja gua beli satu buat dibungkus. Gua udah nanya sama mama lo, katanya lo belom makan siang. Tadinya gua pikir lo orang yang cekatan plus rapi dalam segala hal, ternyata mau jual mahal aja, lo ngga bisa. Kalya.....Kalya... hahahahaha" lagi-lagi Kalya mendapat ledekan dari Rafa. Tanpa mendengarkan kata-kata Rafa, Kalya mengambil burger yang disodorkan kepadanya. "Tunggu disini lo, jangan kemana-mana" titah Rafa kepada Kalya. Rafa turun dari mobil dan masuk ke dalam sebuah minimarket. 5 menit waktu yang diperlukan Rafa untuk kembali ke mobilnya. "Nih minum. Ngga usah mikir yang aneh-aneh. Nanti kalo lo keselek terus mati kan gua yang repot" sambil menyodorkan minum. Dengan senang hati Kalya menerima pemberian Rafa. "Tapi, lo ngga campur obat tidur kan kedalam minuman ini" tanya Kalya, "Idih, lo itu bukan tipe gua Kal. Jadi ngga usah mikir aneh-aneh. Buat apa juga gua nyulik lo. Nambah beban aja". Kalya tak menghiraukan semua perkataan Rafa, kini ia Berbunga. Satu kata yang dapat mewakili perasaan Kalya kali ini. Mereka pun melanjutkan perjalanan kembali.



Untuk saat ini aku bahagia. Biarlah rasa ini terus tumbuh. Jika suatu saat rasa ini harus usai. Yah, itu urusanku. Kau cukup melihat saja, tidak perlu menerima jika tidak bisa.

.
.
.
.
.
.
Haiiii. Kira-kira Rafa mau bawa Kalya kemana yah? Yuk coba tebak, tulis tebakan kalian di kolom komentar okei? Terimakasih buat yang udah ngikuti cerita aku sampai sejauh ini. Semoga terhibur. Seeyouuuu🌞🌞

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang