Dia, membingungkan 15

44 1 0
                                    

Mulmed : Aku Bisa Apa Astrid

Kalya Amanda POV

      Aku telah jatuh sejatuhnya. Pembalasan cinta yang ku tunggu, kini telah sirna. Tidak ada lagi harapan untuk sebuah pembalasan . Dia telah menghancurkan semuanya. Aku tidak pernah mengharapkan balasan cinta, tapi tidak juga dengan sebuah rasa sakit ini. Jika saja aku tau pembalasan cinta yang ku terima akan menyakitkan, mungkin aku lebih memilih mundur sedari awal. Mengapa harus di hadapanku? Mengapa takdir selalu mempermainkanku?

     Bukankah memberi akan lebih menyenangkan? Awalnya ku pikir begitu, dengan memberi aku akan bahagia dan lebih memuaskan diri. Haaa, namun dugaanku salah. Aku telah merasa bahwa semuanya tidak berguna. Terus - menerus aku memberi, namun sekarang apa yang ku dapatkan? Sebuah rasa sakit yang sampai aku pun tidak dapat mendeskripsikan bagaimana hancurnya aku untuk saat ini. Sebuah kata yang ku tunggu tidak kunjung datang. Untuk pertama kali aku mendengar kalimat itu dari bibirnya namun sayang kalimat indah itu bukanlah untuk gadis yang penuh dengan harapan ini. Apa aku tidak pantas untuk mendapatkan balasan cinta dari seseorang yang ku cintai? Aku tidak berharap untuk sebuah hubungan. Hanya sebuah pembalasan yang ingin aku terima dari semuanya. Bodohnya aku mengharapkan semua itu. Baru saja aku ingin mendaki gunung namun badai telah datang menerpa.

     Tidak ada lagi yang bisa ku lakukan. Dia telah menghilang membawa semua kenangan terindah yang ku rasakan saat bersamanya. Egois bukan ? Dia yang membangun harapan namun dia juga yang menghancurkannya. Apa aku yang terlalu bodoh untuk mengartikan semuanya? Namun aku hanya manusia biasa, yang mudah merasa. Aku sudah menduga bawah jatuh cinta akan membuatku sejatuh-jatuhnya dalam sebuah kesedihan.

Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada hari yang hening. Hancur. Apa adanya. Saat pertama kali aku memilih untuk jatuh cinta, tidak ada rasa takut yang terlintas karena aku percaya bahwa aku berjuang untuk sebuah kebahagiaan. Tentu benar, aku bahagia mengingat aku pernah mengenal dan bahkan jatuh cinta. Setidaknya, dia lah salah satu alasan moment bahagia di hidupku tercipta.

Cinta adalah kesempatan. Mencintai adalah merawat ingatan, agar tak luka, agar tak lupa. Pada hati kau akan tetap setia. Belajar mencari kata se "iya". Belajar mengerti bahwa ingin aku dan dia tak selalu sama, dan selalu belajar bagaimana kita mencari keputusan berdua. Aku yang mencintai dia dan dia yang mencintai cinta yang lain.

Tak usah lupakan, hanya saja biasakanlah diri untuk hidup tanpa dia. Karena sebenarnya adalah orang yang benar-benar melepaskan akan melepaskan seutuhnya. Juga orang yang benar-benar mencintai akan mencintai sepenuhnya. Untuk saat ini, aku berada diantara keduanya.

••••

Kalya. Tubuhnya tampak lemah. Mengingat semalaman panjang, ia menangisi semuanya. Namun, ia tetap melangkahkan kakinya ke sekolah tercintanya. Koridor sekolah yang ada di hadapannya tampak sepi. Sengaja Kalya datang lebih cepat dari jam biasanya. Kalya ingin menceritakan semuanya dan berbagi beban kepada sahabatnya, Sofi. "Haiii baby Kal" sapa ramah seorang perempuan yang telah duduk di kursinya. Kalya tak menghiraukan, ia terus berjalan memasuki ruang kelasnya dan mendaratkan tubuhnya di kursi kebanggaannya. "Kal, lo kenapa?" sebuah kalimat tanya keluar dari mulut Sofi mengingat awat hitam telah menyelimuti wajah Kalya. "Fi, gua hancur" kembali air mata menetes di pipinya. "Ya udah Kal. Inilah cinta. Emang ada 2 jawaban iya atau engga. Gua tau lo ngga pernah bilang lo suka atau cinta sama Rafa. Tapi gua bisa liat Kal, kalo lo udah ada rasa dari dulu. Tenang Kal, semua sikap orang ke kita itu ada artinya. Termasuk sikap Rafa ke lo selama ini ada artinya Kal. Kita ngga tau sebenarnya apa isi hati dia. Tapi lo harus yakin, ngga ada cinta yang sia-sia Kal. Semuanya akan dapet jawaban. Entah setalah ini lo akan bersyukur udah dibuat patah hati atau dia yang akan genggam tangan lo." Sebelah tangan Sofi menggenggam erat tangan Kalya dan tangan lainnya menghapus air mata yang kembali menetes. "Makasih lo selalu ada buat gua. Setidaknya dengan cerita ke lo rasa sakit yang gua terima cuma satu. Setidaknya lo ngga nyakitin gua karena sikap gua yang udah nangis untuk seorang cowo." Kalya menghapus air matanya kembali. "Kal, lo tatap gua, denger gua baik-baik. Itulah guna sahabat Kal. Lo bisa cerita apa aja ke gua. Walaupun seisi dunia ngga mau denger, gua mau. Gua bangga Kal, lo udah mau ngehargain perasaan lo sendiri. Kal, gua selalu ada kok." Senyuman manis terukir indah di wajah keduanya. Yah memang cinta telah berakhir namun Kalya yakin persahabatan mereka tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun itu.

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang