Dia, membingungkan 11

23 1 0
                                    

Terasa menyenangkan menghabiskan waktu bersama gadis itu. Tingkahnya kadang membuat Rafa geleng-geleng kepala. Namun tak dipungkiri pula, Kalya bisa menarik perhatiannya sejak pertemuan singkat itu dimulai. Senyuman terukir di wajah tampan Rafa. Semalam panjang ia memikirkan gadis itu. Apakah Kalya merasakan hal yang sama? Apakah Kalya ingin pergi bersama lagi dengannya? Tidak dapat dipungkiri, rasa yang selama ini ia abaikan malah dengan seenaknya muncul kepermukaan. Rafa akan mengikuti alur kemana hatinya berjalan, kali ini. Rasanya menggebu-gebu untuk memulai semuanya. Memulai persahabatan yang lebih dekat lagi.

Mata indahnya terbelalak melihat seseorang perempuan yang berdiri di depan gerbang sekolah dan secepat kilat ia berdiri menghadang laju mobil Rafa yang hendak memasuki gerbang sekolahnya. Yah, tentu Yusi sudah hafal dengan plat mobil Rafa. Kali ini kegilaan apa lagi yang diperbuat oleh mantan pacarnya itu, sontak Rafa dengan malas menepikan mobilnya dan langsung keluar. "Ngapain lo disini?" Air mata perempuan itu menetes, bukannya menjawab kini Yusi memeluk Rafa dan menangis sejadi-jadinya. Rafa nampak bingung, ada apa dengan perempuan ini? Mengapa menangis? Mengapa Yusi menunggunya di depan gerbang sekolah yang sudah jelas sekolah mereka berbeda. "Rafff, papa gua sekarat. Sejak 1 bulan lalu papa masuk rumah sakit. Dan sekarang papa kritis Raf." Yusi menangis sejadi-jadinya. Tidak tega Rafa melihat gadis itu. Rafa membawanya masuk ke dalam mobil. Sudah jelas hal ini dilakukannya, biar bagaimanapun Yusi pernah menjadi alasan Rafa bahagia, dan biar bagaimanapun mereka pernah berbagi suka duka bersama. Bukan hanya itu, ini menyangkut kedua orang tuanya yang berteman akrab dengan kedua orang tua Yusi. "Udah lo sekarang tenang, gua akan nemenin lo. Sekarang gua antar lo ke rumah sakit. Eh bentar, papa lo di rumah sakit keluarga lo kan?" Semua kata-kata itu terucap dari hatinya yang paling dalam. Yusi hanya mengangguk pelan dan menghapus air matanya.

Sesampainya mereka di depan rumah sakit, Yusi dan Rafa langsung memasuki rumah sakit dan menuju kamar di mana papanya di rawat. Namun langkah kakinya tampak terhenti ketika melihat mamanya berada di luar kamar dengan menangis. Dengan perasaan cemas perlahan Yusi mendekati mamanya "Ma, papa gimana keadaannya? Papa baik-baik aja kan? Ma, mama jawab" air mata kembali menetes di wajahnya. Melihat hal itu, Rafa membatu. Tidak bisa berpikir jernih. Beberapa hari yang lalu, ia bertemu Yusi. Namun, gadis itu tampak ceria seperti tidak memikul beban apapun. "Yusi, papa kamu sudah tenang di sana. Kamu masih punya mama nak, mama akan menjaga kamu". Kakinya terasa lumpuh, tak mampu menopang tubuhnya, perempuan itu terduduk di lantai menangis sejadi-jadinya. Rafa maju dan membungkuk seraya memeluk Yusi yang sedang menangis untuk menenangkannya "Lo yang sabar yah, papa lo udah tenang di sana. Sekarang lo masih punya mama dan gua yang selalu ada buat lo" tanpa Rafa sadari kata-kata itu terucap, tanpa bertanya terlebih dahulu kepada sang hati.

Yusi menangis melihat papanya tergeletak tak bernyawa lagi. Harapannya kini sudah sirna, hanya itu yang dapat ia rasakan sekarang. Di sudut ruangan terdapat kursi panjang, mama Yusi dan Rafa nampak duduk di sana, mereka menatap betapa malangnya gadis itu sekarang. "Tante jangan sedih. Kalo tante sedih, pasti Yusi lebih sedih lagi" Rafa dengan sekuat hati mencoba menenangkan mama Yusi. "Iya Raf. Terimkasih yah kamu selaku ada disisi Yusi". Bingung, entah apa yang harus ia katakan kepada tante Resi (mama Yusi). Ia hanya bisa mengangguk pelan. Entah bagaimana dengan selanjutnya, kini Rafa hanya bisa berdoa. Semoga semuanya berjalan sesuai keinginannya.
•••

Setelah pemakaman usai dilakukan. Mama bersama papanya Rafa telah lebih dahulu izin pulang karena ada urusan mendesak di kantor mereka. Rafa masih mendampingi Yusi. Kini mereka telah berada di dalam mobil Rafa dan hendak kembali ke rumah Yusi. "Raf, kamu ngga bakal ninggalin aku kan ?" Dengan suara lemah Yusi berkata, matanya tampak bengkak karena seharian lebih air mata telah keluar dari matanya. Kini apa lagi? Bukan hanya mamanya yang meminta Rafa menjaga Yusi, kini Yusi pun sama. Yusi sangat rapuh untuk saat ini. Tidak mungkin Rafa menambah kesedihan perempuan itu. Rafa akan mengiyakan demi membuat perempuan itu berhenti bersedih. Tidak masalah bukan? Jika Yusi sudah tidak lagi bersedih, maka keadaan akan kembali seperti semula, Rafa akan bersikap tetap tidak peduli dengan mantannya yang telah berkhianat. Ia akan meneruskan langkah hatinya untuk menuju seorang perempuan yang membuatnya sulit untuk memejamkan mata di kala malam datang, Kalya.

Rafa hanya menganggukkan kepala sebagai isyarat bahwa ia menyetujui semuanya. Yusi nampak lebih tenang setelah mendapatkan respon positif dari Rafa. Kini ia begelayut di lengan Rafa yang sedang mengemudi untuk menumpahkan semua kesedihannya. Tidak ada penolakan dari Rafa mengingat ia telah menyetujui semuanya. Sepanjang mobilnya membelah jalanan di sore hari senja ini, pikirannya terus bertanya-tanya. Apa kabar Kalya hari ini? Apakah dia baik-baik saja? Hanya raga yang bersama dengan Yusi, tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Hati dan pikirannya tetap mencari tahu keadaan seorang gadis yang kini ia incar.
••••

Sore hari yang senja ini membuat Kalya nampak kesal. Entah mengapa, Kalya tidak melawan sedikitpun kata hatinya. Sejak kejadian semalam, Kalya hanya bisa patuh dan tunduk dengan kata hatinya. Sedari bangun tidur pagi, ia menunggu notif favoritnya muncul. Tapi, yang muncul selalu dari Sofi. Hal itu nampak membuat Kalya sebal. Apakah Rafa dengan mudahnya melupakan kejadian semalam? Memangnya kejadian spesial apa yang terjadi, sampai Rafa harus mengingat itu. Kalya hanya berpikir, kini ia lah yang terlalu bodoh untuk mengikuti kata hatinya. Dengan menghabiskan waktu bersama selama kurang dari 5 jam bukan berarti Rafa akan suka kepadanya. Dengan memberikan boneka, bukan berarti Rafa juga suka kepadanya. Kalya lebih menguatkan diri. Mungkin hanya dia yang menganggap kejadian itu sedikit spesial. Tidak mungkin Rafa juga begitu, tentu saja tidak. Rafa menganggap ia tidak lebih dari sekedar teman perempuan Rafa, jadi tidak usah berharap lebih. Nantinya harapan itulah yang akan menghancurkan segalanya. Itulah pemikiran Kalya sekarang yang sedang duduk di teras belakang rumahnya.

Kalya bergelut dengan ponselnya sehabis ia mengerjakan PR yang di berikan Bu Ela tadi siang. Kini ia semacam merindukan percakapan konyol yang terjadi dengan seseorang. Tanpa Kalya sadari, sudah lebih dari 10 kali ia menscrollchatannya bersama Rafa. Apa yang sebenarnya ia harapkan. Ia menimang-nimang untuk melakukan sesuatu.

To: Ayam(Rafa)

Woiiii, mlm minggu bsk bljr brng yuk di rmh gua?

Send

Wahhhh Kalya sudah benar-benar gila. Ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Drettt, dretttttt..... tak lama waktu berjalan, ponsel Kalya bergetar.

From: Rafa

Ngapa woi? Lo kangen gua? Mau diapellin? Bilang aja, ngga usah modus buat ngajak ketemuan.

Matanya terbuka lebar, jantungnya berdegup kencang melihat itulah balasan pesan yang Kalya terima.

To: Ayam (Rafa)

Gr banget lo. Kl jdi. Kabarin gua.

Send

Setelah pesan itu terkirim. Ia menutup wajahnya penuh dengan bantal, memalukan. Nampak terbaca sudah keinginannya saat ini. Tidak, itu bukan keinginannya. Hanya untuk membalas kebaikan Rafa saja. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sudah 3 jam lebih pesan itu dibalasnya, namun tidak kunjung mendapat balasan dari Rafa. Mungkin Rafa sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya gumamnya. Kalya memilih untuk memejamkan mata dan tidak lupa ia memeluk boneka yang diberikan oleh seseorang yang membuatnya bingung.




Berkali-kali ingin menyerah, tapi semesta tidak akan tinggal diam. Ia terus memberi kejutan, entah untuk sebuah peringatan melangkah lagi atau malah berhenti dan tenggelam dalam sebuah tanda tanya.

.
.
.
.
.
.
.

Haiii. Terimakasih telah membaca ceritaku sampai sejauh ini. Aku berharap kalian bakal terus ngikutin ceritaku, walaupun ceritaku msih di bwah standar hihihi. See you🌞🌞

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang