Dia, membingungkan 10

46 1 0
                                    

     Melihat keindahan langit jingga, membuat Kalya perlahan-lahan menutup mata. Kini Kalya telah berada di alam mimpi. Kalya merasa sangat nyaman tertidur di tangan Rafa. Sejak kapan tangan Rafa terulur ke bagian jendela mobil dekat Kalya, ia takut kepala Kalya akan terbentur kaca jendela *seperti posisi merangkul. Dengan segenap hati ia rela menunggu Kalya tidur, tidak henti-hentinya mata itu tertuju pada wajah cantik Kalya. "Tangan lo ngapain disini. Lo mau pegang-pegang gua." Kalya terbangun dari tidur pulasnya. "Yaampun, udah gua bilang. Lo bukan tipe gua. Lo tadi tidur kan, gua dengan berbaik hati ngerelain tangan gua buat lo jadiin bantal, nungguin lo tidur. Udah sekarang lo bangun, ngga usah tidur. Kalo lo molor terus, kapan kita sampenya". Rafa pun melajukan mobilnya kembali. Tempat yang ingin Rafa tuju kini sudah ada di depan mata. Cahaya-cahaya lampu bebas menerangi wajah cantik Kalya, hal ini sangat menarik perhatian Rafa, lo cantik Kal, coba aja sedikit lebih peduli. "Ngapain lo liatin gu gitu" sontak membuat Rafa terkejut. "Gr mulu lo. Udah ayok turun".  Kalya nampak tertegun di dalam mobil atas semua yang telah ia lewati, jantungnya kini berdegup kencang. "Woi lo mau disini?" Tanya Rafa seusai membukakan pintu mobil untuk Kalya, sontak Kalya kaget dan turun dari mobil. "Wihhh bagus banget. Lo pinter banget nyari tempat kayak gini Raf. Gua suka banget" untuk pertama kalinya Kalya memanggil Rafa dengan nama aslinya. "Ngga usah lebay deh" Rafa memutar bola mata jengah. "Gua pingin naik biang lala" Kalya sangat excited berada di tengah jalan yang hendak menggiring mereka menuju biang lala. "Ayokkk cepetan" pinta Kalya seraya menarik baju Rafa. Namun langkah kaki keduanya terhenti "Lo tunggu sini, jangan kemana-mana. Ngertikan? tunggu sini" tegas Rafa. Seperti anak kecil, Kalya mematuhi perintah Rafa. Rafa kemana yah, apa dia mau ninggalin gua sendirian disini. Apa dia bosan jalan sama gua, terus dia pulang. Seseorang yang sedari tadi ia tunggu tengah berlari ke arahnya dengan sebuah benda di genggamannya. "Nih lo pake, disini anginnya kenceng. Ntar lo sakit, gua kena marah mama lo. Jarang-jarang gua minjemin barang gua buat dipake orang laen. Lo harusnya bersyukur." Rafa menyodorkan sweater abu-abu kesayangannya.

Tak butuh waktu lama, Kalya mengenakan sweater dan benar saja, ia nampak seperti orang-orangan  sawah dengan sweater Rafa yang kebesaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak butuh waktu lama, Kalya mengenakan sweater dan benar saja, ia nampak seperti orang-orangan  sawah dengan sweater Rafa yang kebesaran. "Yuk naik, gua ngga sabar lagi" ajak Rafa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang