Dia, membingungkan 12

31 1 0
                                    

     Pagi menyapa Rafa. Semua tirai gorden terbuka sejak 5 menit yang lalu. Tentu saja cara ini dinilai ampuh sehingga digunakan mamanya untuk membangunkan Rafa dari tidurnya. Cahaya pagi sukses membangunkan lelaki itu. Perlahan Rafa membuka matanya. Terukir pula senyum indah di wajahnya. Pikirannya terbayang dengan sebuah penawaran yang ia terima tadi malam. Kini ia siap mengikuti kata hatinya. Dengan semangat, Rafa membangunkan tubuhnya dari ranjang dan melangkahkan kaki ke kamar mandi.

     Seperti biasa, Rafa tidak akan mau sarapan di rumah. Ia lebih memilih untuk sarapan di kantin. Hal itu sengaja di lakukannya, agar ia terlambat masuk ke dalam kelas, bahkan ia dengan senang hati jika harus meninggalkan jam pelajaran pertama. Kini, ia telah menjadi pelanggan pertama Pak Tarjo, tukang bakso langganan di sekolahnya, "Waduu, pagi bener datang, biasanya 10 menit lagi mau masuk baru mampir" seperti sudah hafal di luar kepala mengenai tingkah lalu Rafa selama ini, "Mau tobat Pak, negara ini membutuhkan generasi penerus bangsa yang berkualitas" Rafa menjawabnya tampak serius. Melihat tingkah lakunya, Pak Tarjo hanya bisa bernafas lega.

     Seusai mendaratkan tubuhnya pada salah satu kursi kantin kebesarannya, kini Rafa mengambil ponselnya. Semalam ia sangat lelah dan tertidur sehingga pesan dari Kalya terabaikan. Senyuman manis lagi-lagi terukir setelah membaca pesan dari Kalya. Tanpa berpikir panjang, Rafa menyetujui ajakan Kalya tersebut.
••••

     Koridor sekolah tampak sepi pada jam istirahat pertama. Pantas saja, semua siswa berkumpul di pinggir lapangan untuk melihat tim kelas 12 tanding basket dengan tim kelas 11. "Kal, yuk kita ke lapangan. Dari pada disini sepi. Lo mau kita kesurupan?" Sofi menakuti Kalya dengan membuat rambutnya tampak seperti kuntilanak, "Gua jambak ni rambut lo. Lo udah berapa hari ngga keramas. Rambut lo bau banget" Kalya menjepit kedua hidungnya. Jelas hal ini membuat Sofi kesal, seenaknya Kalya memfitnah dirinya tidak keramas. Jelas-jelas, ia menggunakan ramuan herbal minyak orang-aring untuk membuat rambutnya nampak berkilau dan lebat. Tanpa membalas Kalya, Sofi berjalan meninggalkannya. "Woiii jangan ngambek lah, gua bercanda hahahahha" Kalya berlari mengejar Sofi. Terngiang suara tawa kedua gadis itu di sepanjang koridor yang mereka lalui.

     Di seluruh sisi lapangan sudah dipenuh oleh seluruh siswa yang ingin menyaksikan pertandingan sengit tersebut. Kini mata Kalya tertuju pada Rio yang sedang berlari menggiring bola. Kalya menyadari bahwa Rio sedikit keren. Kakak ngga berhak ngelarang aku buat berteman sama siapa aja. Oh iya satu lagi, aku ngga berminat ikut gitu-gituan buang waktu aja kata-kata itu kembali teringiang di rongga kepalanya. Kalya hanya bisa menunduk dan mencelah bahwa dirinya bodoh. Kini tidak ada lagi kesempatan bagi dirinya untuk mendapatkan informasi secara cuma-cuma mengenai OSIS, sebuah organisasi yang diimpikannya. Kalya memilih untuk kembali ke kelas dan diikuti Sofi.

Siang hari ini tampak terik. Kalya berjalan sendirian di koridor sambil tertunduk malas. Sebuah kaki menghadang. Kalya terkejut lalu mendongak melihat siapa empu dari kaki ini. "Kalya, gua mau ngomong sama lo" suara lelaki itu menggema di seluruh koridor mengingat semua siswa telah pulang dan Kalya memilih menunggu balasan pesan dari kakaknya mengingat ia tidak membawa kendaraan sekolah hari ini. "Mau ngomong apa kak?" Tanya Kalya, "Gua minta maaf Kal, gua ngga seharusnya ngomong kayak gitu tentang teman lo. Maaf Kal, gua salah" Kalya tak percaya, Rio meminta maaf kepadanya. Seperti mimpi baginya, bukannya ia yang seharusnya meminta maaf karena sudah berkata kasar kepada senior, tetapi kini malah berbalik. "Iya, aku juga kak. Kemarin itu kebawa emosi. Soalnya lagi pusing" mendengar jawaban Kalya membuat Rio nampak girang. Kini Rio membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu. "Kal, ini aku beli tiket konser Tulus. Konsernya malem ini. Lo ada acara ngga? Mau ngga dateng kekonser sama gua? Itung-itung tanda perminta maafan gua". Sontak Kalya gembira matanya berbinar-binar, sudah lama sekali ia ingin nonton konser Tulus penyanyi terfavoritnya. Senyuman itu seketika luntur mengingat sebuah janji yang telah disepakati dengan Rafa. "Duhh, aku sebenarnya ingin kak. Tapi aku ngga bisa. Aku udah ada janji", "Oke santai. Next time yah Kal. Lo pulang sama siapa? Kalo ngga ada yang jemput. Pulang sama gua aja". Kalya tidak enak jika harus menolak Rio untuk kedua kalinya menolak tawarannya, Kalya menyutujui tawaran Rio dan segera ia mengabari kakaknya untuk tidak menjemput. Mereka berjalan menuju parkiran motor dan Kalya kini telah mengenakan helm bersiap untuk mengendarai motor bersama Rio.
••••

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang