Dia, membingungkan 16

15 1 1
                                    

Cassandra-Hapuskan Cintaku

     Mari, kita lihat. Aku yang akan terluka dengan pilihanku atau kau yang akan bahagia, Kal. Jangan membenci, kita ikuti saja alur yang sudah Tuhan goreskan.

•••

     "Benar adanya. Kalya tidak mungkin suka sama cowok pecicilan kayak gua, mana mungkin gua bisa dapetin cewek kayak dia. Dari awal, memang dia ngga tertarik, dia cuma tertarik sama kakak kelasnya itu. Tapi rasanya aneh aja, kenapa gua jadi pengap Haaah", lantas Rafa membanting stir ke tepi jalan, kepalanya ia tundukkan ke stir mobil seraya memejamkan kedua matanya, untuk sejenak menarik napas lebih dalam.

     Ini ada yang salah, setiap kali Rafa adu bicara dengan Kalya, kenapa rasanya sakit. Tidak mampu memiliki, namun tidak sanggup untuk melepaskan. Hah memiliki? Belum juga sampai puncak, tapi udah turun duluan. Kembali, ponsel diraihnya, "Hallo, lo di mana? Yaudah, gua ke sana". Kembali Rafa menginjak pedal gasnya dan mobil itu melaju membelah jalanan kota yang tampak penghuninya sepi.

•••

     "Yus, aku mau kita putus. Aku tau, aku egois. Tapi, ternyata salah. Semakin aku paksain, semakin ngga bener. Kamu berhak dapet cowok yang lebih baik dari aku." Setelah siap dengan pidato singkat, Rafa membuka pintu mobil dan melangkah dengan mantap untuk menemui Yusi.
      Tampak dari kejauhan seorang wanita yang tidak asing lagi sedang duduk dan menyesap minuman dengan nikmat. "Haii Raf" sapa sang gadis dengan wajah ceria. "Oh hai. Tadi macet, jadi lama", seribu alasan dapat dengan mudah Rafa lontarkan. "Oh iya, ada yang...", "Bep, temenin aku ke rumah sakit yok, aku mau konsultasi kesehatan. Tadi, mau ngomong tapi keburu kamu matiin telponnya", potong Yusi. Guwarrr, momentnya ngga tepat ni, yaudahlah sepulang dari RS aja lah gua ngomongnya, Rafa membatin. "Yaudah, emang lo sakit apa?" Tanya Rafa yang sebenarnya enggan untuk bertanya. "Aku sering sakit kepala dulu, tapi sekarang udah engga lagi. Rafff... kok kamu masih pake gue lo sih, ganti kek aku kamu." Pinta Yusi dengan wajah memelas. "Lebay woi, males banget gua. Udah ayo jadi ngga ke rumah sakit?" Rafa berdiri lalu berjalan lebih dahulu meninggalkan Yusi.

•••

Seusai menemani Yusi ke rumah sakit. Selama perjalanan pulang, Rafa memilih untuk diam. Tak habis pikir jika dirinya berani untuk menyakiti hati wanita yang sedang berusaha untuk pulih dari penyakit tumor otak. Mungkin ini sudah jalan terbaik dari Tuhan untuk dirinya, walau terkadang terbesit sebuah hasrat untuk melepaskan dan menghampiri Dia yang 'katanya' tidak akan memilih dirinya.
"Bangun udah sampe.", "Hemm, yaudah. Makasih ya Raf untuk hari ini. Makasih juga kamu balik lagi. Ngga papa kok kalo kamu pura-pura, jangan sampe ketahuan yah. Aku bahagia kok walaupun semuanya topeng." Yusi lalu keluar dan hanya diam yang bisa Rafa berikan. Kembali Rafa melajukan mobilnya.

••••

Sore itu terlihat langit senja yang menampakkan awan yang indah, rasanya semua yang berjalan sangat berat, begitu pengap seperti ada yang tertahankan, ia tidak bisa menikmati hubungan yang telah dipilihnya. Rafa duduk di kursi goyang yang ada di teras kamarnya. Lagi, dia melihat timeline Line untuk sekedar mencari hiburan dan memberi stiker untuk quotes yang rasanya cocok untuk suasana hatinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang