Kim Donghyun menggerutu kesal saat tahu jika dirinya tengah ditertawakan oleh seisi lorong kelas 11 IPA dengan beberapa anak seangkatan mereka di sekitarnya. Beberapa kali dia memberikan tatapan intimidasi kepada setiap orang yang masih senantiasa tertawa.
Dan hampir membuang Minho ke lantai dasar jika saja dia lupa bahwa pemuda itu adalah alasannya bisa masuk ke dalam jurusan IPA. Sekaligus karena Minho adalah sahabat karibnya sendiri.
Karena pemuda itu menjadi satu-satunya alasan dirinya ditertawakan.
"Ah, Minho. Not friends lah kita kalo gini caranya,"gumamnya sambil menahan malu.
Minho berhenti sejenak dan menatap Donghyun tidak mengerti, "Loh, emang gue ngapain ...?"
"Ck, coba aja kalo lo nggak sebut-sebut kata Dong sama Hyun di waktu bersamaan. Pasti nggak bakal diketawain,"decaknya masih setengah kesal.
"Nggak penting banget sih, heran."katanya kemudian berjalan mendahului Donghyun, "Emang ada yang salah apa sama pronunciationnya kalo misal kata Dong sama Hyun diucapin barengan?"
Donghyun mengangguk cepat, hingga Minho berpikir bisa saja kepala temannta itu lepas dari tempatnya lantaran terlalu bersemangat mengangguk.
"Ada!"
"Apaan?"
"Lo seolah kayak manggil nama gue, ngerti nggak sih?"
Minho mengangkat bahunya tak peduli, "Nggak. Nggak penting juga, lagian."dan lagi-lagi meninggalkan Kim Donghyun yang tengah meredam emosinya sendirian.
"MINHO, TUNGGUIN KEK?!"
***
"Baiklah anak-anak, sekian dari ibu hari ini. Kegiatan pembelajaran akan dimulai seperti biasa mulai minggu depan. Manfaatkan waktu luang kalian sebaik mungkin, oke?"
Semua murid berhambur ricuh begitu bu Taeyeonㅡ wali kelas 11 IPA 3, melangkah keluar dari ruang kelas. Bersama dengan berbunyinya bel tanda istirahat pertama.
"Jadi, habis ini kita mau ke mana?"tanya Felix, seorang murid baru di kelas mereka. Kebetulan baru menetap selama dua tahun di Jakarta dan menghabiskan waktu setahun untuk homeschooling. Sekaligus belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Perpustakaan, buat pinjam buku."jawab Seungmin tanpa melupakan senyumannya yang sehangat matahari itu.
Sementara Jisung masih sibuk merapikan mejanya, memasukkan buku tulis ke dalam tasnya kembali. Dan ganti mengeluarkan sketch book favoritnya.
Sementara Seungmin dan Felix mulai sibuk membicarakan segala macam hal. Berbeda dengan Jisung yang larut dalam atmosfer yang diciptakannya sendiri.
"Jisung, Jisung."panggil Felix sembari menepuk pundak pemuda itu ringan.
Mau tak mau Jisung mengalihkan pandangannya dari sketch booknya untuk menatap balik lawan bicaranya. Ia turut menghentikkan jari-jari lentiknya yang tengah menggoreskan pensil ke atas kertas itu.
"Kenapa?"
"Aku sama Seungmin mau ke perpustakaan. Mau ikut sekalian, nggak?"tawarnya pada Jisung.
Jisung terlihat berpikir sebentar, sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan ajakan Felix. Dia bangkit dari duduknya sembari menutup sketch book dan membiarkannya tetap di atas meja.
"Yaudah, ayo."
Kemudian ketiganya pun melangkah keluar dari ruang kelas. Dan mulai bergerak menuju perpustakaan yang terletak di dekat pintu menuju kantin dalam.
***
Minho menghembuskan nafasnya lega saat bisa terbebas dari keberadaan seorang Kim Donghyun yang seringkali menganggu ketenangan jiwa dan raganya. Sambil sesekali mengedarkan pandangan ke sekeliling, untuk sekedar berjaga-jaga jika tiba-tiba saja Donghyun muncul di dekatnya.
Langkah kakinya tanpa sengaja membawanya menuju lorong-lorong kelas 11 IPA. Tempat di mana dia melihat seorang junior dengan senyuman secerah matahari itu.
"Ah, sial. Dia manis banget,"katanya sambil menggigiti kuku jarinya.
Langkahnya terhenti begitu mendapati pintu milik ruang kelas 11 IPA 3 terbuka lebar. Dia tersenyum usil sebelum akhirnya melangkah memasuki ruangan yang kosong, tanpa penghuni itu.
"Ceroboh banget, ngebiarin pintu kelas terbuka lebar."gumamnya sambil melangkah masuk.
"Kalo ada maling bukan salah malingnya dong? Mereka sendiri yang mancing biar barang-barangnya dicuri,"
Matanya mengamati ke sekeliling ruangan yang pernah menjadi ruang kelasnya bersama Donghyun dulu. Lalu tersenyum mengingat kenakalan macam apa saja yang sudah dilakukannya semasa duduk di kelas 11.
Manik matanya tanpa sengaja mendapati sebuah sketch book yang diletakkan di atas meja salah satu murid. Minho melangkah mendekatinya sembari berpikir sebentar.
"Kalo nggak salah inget sih, junior itu duduk di sini kan?"gumamnya pelan.
Tangan kanannya bergerak untuk membuka dan melihat-lihat apa isi sketch book itu. Dan terkagum setelah tahu apa yang ada di dalam sana.
"Keren,"ungkapnya dengan sorot mata penuh kekaguman lantaran melihat begitu banyaknya gambar spontan yang ia lihat di sana.
Tangannya terhenti pada sketsa gambar yang terakhir digambar. Terlihat dengan jelas karena dari semua gambar yang telah selesai, semuanya selalu diberi tanggal sebagai tanda.
Tapi tidak dengan yang satu ini.
Minho tersenyum usil sebelum akhirnya menggerakkan tangannya untuk menyobek halaman itu. Lantas menyimpannya.
"Biar dia nyari-nyari. Siapa sih yang ambil mahakaryanya yang belum selesai?"katanya dan kembali meletakkan sketch boom itu ke tempat semula.
"Lo sinting, Ho?"interupsi dari Donghyun lagi-lagi mengejutkannya.
Dan membuatnya hampir menjatuhkan kertas itu. Ia menatap nyalang kepada Donghyun.
"Bisa nggak sih, Hyun. Jangan ngagetin. Jantungan nih gue lama-lama,"keluh Minho kesal sembari melangkah mendekati Donghyun yang berdiri di dekat pintu.
"Alay banget sih lo,"katanya ketus kemudian menyerahkan sebuah map biru Minho.
"Apaan lagi ini?"
"Biasa. Tugas dari pak Taecyeon,"
Minho menghembuskan nafasnya kasar, "Emang, cuma Taecyeon doang yang bisa bikin naik darah."
"Namanya juga bapak lo, Ho."sindir Donghyun sambil melirik Minho dan fokus kembali pada jalanan di depannya. "Sama-sama bikin orang naik darah,"
"DASAR KIM DONGHYUN DURHAKA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Song For Jisung ㅡ minsung✔
FanficHanya keduanya yang tahu, lewat nada-nada musik perasaan mereka diungkapkan. Mungkin hanya Minho yang masih bingung dengan pemikirannya sendiri. Tentang siapa yang berhak untuk hati dan semua rasa cintanya. Tentang siapa yang berhak menjadi pemilik...