Sudah berjalan seminggu sejak pertama kali Minho menjadi kurir makan malam Jisung. Mereka memang tak banyak bicara selama ada dalam lingkup sekolah. Karena semua orang tahu bahwa keduanya sibuk dengan urusannya masing-masing.
Minho dengan Seungmin yang menjadikan taman belakang sekolah sebagai tempat kencan. Sementara Jisung sibuk berlatih piano bersama tim paduan suara, sesekali menyempatkan dirinya untuk pergi bersama Felix ke kantin. Atau kemanapun pemuda itu pergi.
Tapi, tak memungkiri jika di luar sekolah ada hubungan istimewa diantara keduanya. Bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan. Namun sejak mulai saling banyak berbicara serta bertukar cerita, baik Jisung maupun Minho sendiri, dekat dengan satu sama lain untuk membahas bidang yang sama-sama mereka geluti.
Apalagi jika bukan musik.
Minho sendiri tidak pernah menyangka jika adik kelasnya itu tahu bahkan memahami lagu-lagu klasik yang terkadang kurang peminat. Banyak yang memandang seorang pecinta lagu klasik adalah orang yang aneh. Tapi Minho tahu, mereka hanya belum terbiasa, makanya tidak begitu mengerti keindahan di balik tuts-tuts piano yang dimainkan.
*
Jisung mendudukkan dirinya di bawah rindang pepohonan. Kantin sangat ramai dan penuh sesak oleh orang-orang yang kelaparan. Dia yang tadinya berniat mengantarkan Felix untuk membeli makanan, mendadak izin untuk pergi dan memilih menunggu kawannya itu di bawah pohon yang biasa mereka lewati sepulangnya dari kantin.
Pemuda itu menghela napas. Untuk sesaat ia merasa sesak, namun lambat-laun semuanya kembali normal. Ia menggeleng heran. Terutama saat melihat beberapa murid tengah berebut makanan yang dijual pada salah satu stan.
Jisung mencibir, "Jual apa sih, sampe rusuh gitu."
"Jual batagor," sahut sebuah suara membuatnya terlonjak dan spontan bergeser menjauh dari sosok yang tengah bicara padanya.
Dan betapa terkejutnya Jisung saat mengetahui jika itu adalah Minho. Sontak saja ia memukul bahu kakak kelasnya itu dengan kuat. Membuat yang lebih tua meringis kesakitan. Meskipun pada kenyataannya tidak sesakit itu.
"Kok dipukul?!"
Jisung melotot kesal, "Salah siapa ngagetin!"
Minho tertawa kencang. Sampai-sampai menarik perhatian dari orang-orang yang berlalu lalang. Jisung hampir saja beranjak pergi dan meninggalkannya seorang diri jika saja Minho tidak menghentikan tawanya. Dan menarik Jisung untuk kembali duduk di tempatnya.
"Mau ke mana?" Tanya Minho sembari tersenyum usil.
Jisung mencibir, "Bukan urusanmu!"
"Dih, galak banget. Takut nih," balasnya sembari memasang ekspresi terluka. Hal itu sontak membuat lawan bicaranya memutar mata malas.
Jisung menyilakan kakinya sembari menatap lurus pada hamparan awan yang bergerak tenang ditiup semilir angin. Ia menoleh ke sana ke mari saat menyadari ada yang berbeda saat ini.
"Seungmin mana, Kak?" Tanyanya pada akhirnya.
Tangan Minho bergerak, menunjuk pada keramaian kantin. "Dia bilang mau cobain batagor. Nggak tau tuh, udah daritadi tapi belum balik juga."
"Lo udah makan siang?"
Jisung menggeleng, "Males, Kak. Nggak ada waktu juga."
"Dih, makan dong! Nanti sakit gimana? Ngerepotin," decak Minho malas. Meski terdengar dingin, namun siapapun juga akan mengerti. Dalam setiap kalimatnya itu terselip kepedulian yang begitu besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Song For Jisung ㅡ minsung✔
FanfictionHanya keduanya yang tahu, lewat nada-nada musik perasaan mereka diungkapkan. Mungkin hanya Minho yang masih bingung dengan pemikirannya sendiri. Tentang siapa yang berhak untuk hati dan semua rasa cintanya. Tentang siapa yang berhak menjadi pemilik...