Minho membenarkan letak dasi kupu-kupunya yang miring. Menatap pantulan pada cermin di depannya dengan raut datar, sama sekali tidak menunjukkan rasa senang. Berada dalam balutan tuxedo benar-benar bukan gayanya sama sekali. Lalu, apa pula tatanan rambut yang terlalu rapi ini? Benar-benar bukan dirinya.
"Kak Minho," panggil Jisung sambil melangkah mendekatinya. Pemuda manis itu sedikit kewalahan untuk berjalan karena kondisi kakinya yang masih dalam masa pemulihan. Alhasil, Jisung harus membiasakan diri untuk menggunakan kruk dalam setiap aktivitasnya.
Begitu Minho mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, ia pun menoleh. Lantas memasang senyuman terbaiknya. "Jisung, kenapa di sini? Kenapa kamu nggak duduk di kursi penonton? Pasti susah ya jalan ke sini."
Jisung tersenyum tipis, "Nggak kok! Aku kan udah hampir sembuh. Jadi jalan jauh pun nggak masalah," katanya riang. Ia menatap tampilan Minho yang berbeda dari biasanya, namun berhasil menambah kadar ketampanan kakak kelasnya itu. "Kak Minho ganteng banget hari ini. Aku jadi pangling. Tapi masih ada yang kurang dari penampilanmu, Kak."
"Apa itu?" tanya Minho penasaran sambil memiringkan kepalanya, meminta penjelasan.
Jisung perlahan mendekat, memeluk pemuda yang lebih tua tanpa aba-aba. Berhasil membuat terkejut Minho yang masih tidak mengerti akan situasi yang tengah ia hadapi. Mereka tetap ada dalam posisi, di mana Jisung memeluk Minho dan Minho yang termenung, selama beberapa saat. Sampai Jisung melepaskan pelukan sepihaknya.
"Nah, sudah!" pekiknya senang. Kini bunga mawar merah imitasi itu tersemat apik di dalam saku tuxedo Minho. Melengkapi penampilannya yang memukau.
Minho kembali menatap pantulan dirinya pada cermin. Lalu tersenyum kecil, mengingat perlakuan istimewa Jisung kepadanya hanya untuk menyematkan bunga pada tuxedo-nya. Ia berbalik menatap Jisung, lantas mengusak rambut sang adik kelas dengan gemas.
"Kalau pelukan tadi, anggap aja sebagai tanda terima kasih karena udah menyelamatkan nyawaku waktu itu. Aku nggak tau apa yang akan terjadi seandainya Kak Minho nggak datang," katanya terdengar sedih meski bibirnya mengulas senyum.
Mendengar itu hati Minho terasa teriris sembilu. Ia memilih untuk memeluk Jisung, bermaksud menenangkannya. "Kamu nggak perlu khawatir, Jisung. Itu udah menjadi salah satu kewajibanku buat jaga kamu. Nggak usah sedih, oke?"
Jisung mengangguk, "Nggak kok. Sedihnya sekali ini aja. Karena selanjutnya aku mau hidup bahagia!"
"Nah, sekarang karena Kak Minho udah ganteng. Berarti udah siap dong buat gantiin Jisung beraksi di atas panggung?"
Minho tertegun. Masih tidak percaya dia ada di atas sini sekarang. Meski statusnya hanyalah sebagai pianis pengganti, namun satu dari impiannya terwujud. Minho akan menghitung kontes hari ini sebagai konser piano pertamanya.
Maka, Minho pun mengangguk antusias. Dihadiahi senyum manis dari orang yang ia sayangi, membuatnya semakin bersemangat. Dalam hati ia berjanji untuk tidak mengecewakan pujaan hati serta semua teman, keluarga, dan pihak sekolah yang mendukung penuh perlombaan ini.
"Aku janji nggak akan kecewain kamu, Jisung. Karena, lagu ini memang diciptakan buat kamu."
*
Denting piano memenuhi penjuru auditorium tempat konser dilaksanakan. Minho menarikan jemarinya dengan begitu lincah, menekan tuts-tuts piano. Menyenandungkan lagu ciptaan Jisung yang telah disempurnakan olehnya.
Perhatian semua orang tertuju padanya. Membuatnya gugup, namun masih dalam batas wajar dan tentunya masih bisa ia kendalikan. Sekilas ia mendapati Jisung yang tengah memejamkan matanya, menikmati tiap alunan melodi yang menggema sambil tersenyum tenang. Minho diam-diam ikut tersenyum.
Kini giliran Seungmin dan tim paduan suaranya mengambil alih. Ia selaku pemimpin paduan suara memulai nyanyian mereka. Dengan suaranya yang begitu merdu dan lembut bagai sutra, lagi-lagi berhasil menyita perhatian semua penonton.
Seluruh penjuru auditorium begitu hening saat mereka mulai bernyanyi bersama. Paduan suara mereka tampil dengan begitu memukau. Sejak awal hingga akhir acara. Jisung, meski samar dapat melihat bagaimana warna-warna dari suara itu berbaur menjadi satu dan menyiptakan perpaduan yang indah.
Ia tersenyum dan diam-diam ikut bernyanyi. Terus seperti itu sampai lagu berakhir. Penampilan mereka begitu menakjubkan, sampai-sampai beberapa dari penonton tak kuasa menahan haru. Tepuk tangan penuh sukacita didapatkan.
Minho dan tim paduan suara Seungmin begitu yakin. Mereka akan mendapatkan hasil yang baik di akhir perlombaan ini. Semoga saja.
*
"Kalian luaaar biasaa!" Jisung hampir saja melompat kegirangan jika saja Felix tak menahan pemuda bertubuh kurus itu dengan tatapannya yang ganas. Kendati sadar ditatap sedemikian mengerikannya, bukannya takut, ia malah nekat berlari menghampiri Minho, Seungmin, dan kawan-kawan.
"Kak Minho, Kak Minho!" Dengan sengaja ia menabrakkan tubuhnya dengan Minho dan memeluk kakak kelasnya itu. Ia tersenyum lebar, "Kakak keren sekali. Aku bangga!"
Jisung mendapati sosok Seungmin yang rupanya ada di tengah-tengah mereka. Diliputi kecanggungan, maka Jisung mencoba menjadi yang pertama untuk membuka pembicaraan. "Seungmin, kamu dan tim paduan suaramu juga hebat sekali. Aku jadi semakin yakin, tim kita pasti akan menang!"
Seungmin mengangguk canggung, "T-terima kasih, Jisung. Ini juga berkat lagumu. Aku nggak tau, apa jadinya kalau kamu nggak ikut berkontribusi dalam perlombaan kali ini."
Jisung mengulas senyum, "Nggak masalah! Aku ini cuma penciptanya, sementara kalianlah yang mengeksekusi dengan membawakan tampilan terbaik di atas panggung dan berhasil menghipnotis penonton. Aku bangga sekali denganmu, Seungmin."
Seungmin memeluk Jisung, disusul dengan Felix yang ikut serta. "Aku benar-benar beruntung punya sahabat seperti kalian. Maaf ya, semuanya karena keegoisanku. Kuharap kamu mau maafin aku, Jisung."
Jisung menggeleng, "It's okay, Seungmin. Kamu nggak salah apa-apa. Lagipula, buatku salah paham itu wajar."
"Huhu, akhirnya anak-anak ayamku akur lagi!" Felix yang paling heboh karena menangis tersedu-sedu. Sementara itu Minho mengamati interaksi ketiganya dengan senyuman cerah terpatri di bibirnya.
Donghan yang muncul entah darimana menepuk bahu sahabatnya lalu tertawa. "Bahagia banget kayaknya, Ho? Seneng ya, liat mantan gebetan dan gebetan akur? Atau harusnya calon pacar?"
"Berisik, Donghan. Enyah sana!"
Dan begitulah, bagaimana akhir dari kesalahpahaman diantara mereka. Perihal cinta dan kekuatan persahabatan, mungkin Jisung tak begitu pandai dalam menjalin cinta maupun persahabatan. Tapi cukup dengan kehadiran mereka, ia jadi mengerti rasanya mencintai dan dicintai. Untuk ke depannya, Jisung berharap semuanya akan berjalan dengan lebih baik. Semoga apa yang ia punya saat ini tetap utuh untuk selamanya.
Song For Jisung - END
Seungminavy's corner :Terima kasih banyak kepada pembaca setia SFJ yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca dan menunggu cerita ini update. Maaf sekali lagi, karena mungkin ini satu-satunya cerita milikku dengan waktu tamat paling lama.
Semoga kita bisa bertemu lagi di cerita saya yang lain. Semoga para pembaca tidak bosan untuk terus membaca cerita milik saya.
Semangat semuanya dan teruslah berkarya!
()
KAMU SEDANG MEMBACA
Song For Jisung ㅡ minsung✔
FanficHanya keduanya yang tahu, lewat nada-nada musik perasaan mereka diungkapkan. Mungkin hanya Minho yang masih bingung dengan pemikirannya sendiri. Tentang siapa yang berhak untuk hati dan semua rasa cintanya. Tentang siapa yang berhak menjadi pemilik...