Minho berangkat dengan senyum secerah matahari. Semua orang di sekelilingnya seakan dibuat silau akan cahaya yang selama ini terpendam dan memancar begitu saja tanpa alasan. Minho yang dikenal dengan wajah pelit ekspresi berubah menjadi orang yang murah senyum.
Perbedaan itu turut dirasakan oleh si sahabat karib, Kim Donghyun. Pemuda itu jelas-jelas merasa ada yang salah atas perubahan sikap Minho yang dianggap terlalu drastis.
Dia kebetulan jadi orang pertama yang menyapa Lee Minho pagi ini.
"Wes, bro! Santai dong kalo senyum. Pada silau semua nih," tegur Donghyun diselipi nada jenaka.
Minho menatap Donghyun tajam tanpa menghilangkan senyum yang terpatri pada bibirnya, "Nggak usah banyak komentar. Gue lagi nggak mau berantem nih."
Mata Donghyun langsung terpaku pada dua kotak bekal di tangan kanan Minho. Ia memandangnya takjub, berlebihan memang. " Wah, tumben-tumbenan pangeran Minho bawa bekal. Lo yakin lo gapapa, Ho? Atau kita perlu ke rumah sakit sekarang?"
Minho menyikut Donghyun agar berhenti tertawa, "Bacot ya lo, Dodong. Ini tuh buat adek kelas yang gue suka. Gatau deh, Ibu kesambet apaan sampe bawain gue dua bekal."
"Ya udah, kalo nanti lo nggak mau makan bekalnya buat gue aja ya? Perut gue siap kok nampung masakan buatan Bubun." Cengir Donghyun tanpa dosa.
Minho menggeleng, " Sayangnya lo nggak bakal dapet jatah hari ini. Soalnya, gue berencana makan bareng Jisung." Lalu berlalu begitu saja.
Meninggalkan Donghyun yang senantiasa memasang wajah melasnya, "Gitu amat lo sama gue."
***
Seungmin menatap ragu Jisung yang tengah sibuk menggoreskan pensil di atas kertas bukunya. Menggoreskan sedikit demi sedikit hingga membentuk suatu karya seni.
Jisung yang menyadari kegundahan Seungmin buru-buru menatap teman satu bangkunya itu sembari memasang ekspresi bertanya-tanya, "Kenapa, Min?"
Seungmin bimbang, apakah ia perlu bercerita sekarang. Ia khawatir akan merusak mood Jisung hingga berakhir dengan karya seninya yang lagi-lagi tidak terselesaikan. Terakhir kali ia menceritakan hal-hal yang merusak mood hingga berakibat sketsa Jisung yang masih setengah jadi hilang entah ke mana.
Maka akhirnya Seungmin memilih untuk menggeleng, "Ng, nggak jadi deh. Nanti aja, hehe."
Jisung memicingkan matanya, "Kamu yakin, Min?"
"Iya! Dua ratus persen yakin! Udah, kamu lanjutin aja dulu sketsanya. Nanggung banget kalo harus berhenti sekarang." Seungmin mengibaskan tangannya, berusaha menepis pandangan curiga yang Jisung berikan.
Jisung mengalah dan mengangguk, "Oke." Lalu kembali meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda.
Tidak perlu waktu lama hingga Jisung menyelesaikan mahakaryanya. Saat ini 15 menit telah berlalu dan Jisung tengah sibuk membereskan peralatan menggambarnya.
Seungmin hampir saja membuka mulutnya jika saja sebuah suara tidak mengalihkan perhatian semua orang.
"Permisi, bisa ketemu Jisung?"
Sontak keduanya melempar pandangan pada sosok tinggi yang berdiri di ambang pintu kelas. Mereka mendapati sosok kakak kelas, salah seorang yang paling berpengaruh di sekolah, berdiri di sana sambil memasang wajah secerah matahari.
Seungmin merutuki kebodohannya, harusnya ia tahu kalau hal seperti ini akan datang cepat atau lambat. Harusnya ia biarkan saja mahakarya milik Jisung terbengkalai. Bukannya malah berbuat bodoh seperti ini.
Kasihan Jisung. Dia 'kan tidak tahu apa-apa.
Felix mengangguk pada Minho, "Oh, ada kok." Ia mengalihkan pandangannya pada Jisung, "Sung, dicariin nih!"
Jisung menoleh pada Seungmin, "Dia siapa, Min? Aku nggak kenal sama dia tuh."
Seungmin buru-buru berdiri sembari mengajak Jisung agar mengikutinya. Dengan tergesa ia membawa Jisung bersamanya menghampiri Minho yang tersenyum lebar. Rasanya Seungmin tidak tega untuk melunturkan senyuman Minho.
"Kak Minho, kita harus bicara."
***
Disinilah Minho. Di bawah rimbun pohon mangga yang ada di halaman belakang bersama Jisung dan seorang pemuda yang tidak dikenalnya. Minho mencoba berpikir positif, mungkin saja Jisung malu untuk bertemu jika hanya berdua saja. Makanya dia mengajak seorang teman bersamanya.
"Lo mau ngomong apa, Sung?" Tanyanya pada Seungmin, sontak saja membuat Jisung yang berdiri di sebelahnya merasa aneh.
"Loh Min, maksudnya apa sih? Kok aku nggak ngerti." Jisung akhirnya mencoba bersuara, berterus terang.
Minho mengalihkan pandangannya pada Jisung, "Eh lo pasti temennya Jisung?"
Jisung makin mengernyit tidak mengerti, "Maksud Kakak apa? Aku Han Jisung. Dia ini Kim Seungmin." Atensinya kini beralih pada Seungmin, "Min, apa maksudnya?"
Seungmin menarik nafas dalam sebelum mulai bicara, "Oke, kalian tenang dulu. Aku mau cerita."
Dan Seungmin menceritakan semuanya, secara rinci tanpa ada yang dikurangi maupun ditambah. Benar-benar bercerita secara jujur.
"Jadi, gitu ceritanya." Ia menatap kedua orang itu takut-takut, "Aku Kim Seungmin, Kak. Dia ini Han Jisung."
Raut wajah Jisung tidak terbaca. Berbeda dengan Minho yang nyaris tanpa ekspresi. Seungmin sudah menyiapkan hati jika sampai kena semprot oleh kedua orang di depannya.
Namun, dugaannya salah. Minho justru tersenyum semakin lebar, "Oh, jadi lo beneran Kim Seungmin. Makanya kok gue ngerasa aneh waktu lo bilang nama lo Han Jisung. Gue kira gue salah orang."
Dua pemuda yang lebih muda sontak menoleh dan memasang ekspresi terkejut. Terutama Seungmin.
"Kak Minho nggak marah?" Gelengan ia dapatkan dari sang kakak kelas. Berbeda dengan Jisung yang masih diam di tempat tidak berkutik.
Minho kini beralih menatap Jisung, "Gue rasa urusan kita udah selesai. Jadi, temannya Seungmin lo bisa balik ke kelas."
Jisung mengangguk dalam diam, melirik Seungmin sekilas lalu melangkah pergi. Tanpa bicara apapun. Diam-diam Seungmin merasa cemas jika Jisung sampai marah padanya karena masalah ini.
Apalagi setelah Minho berbicara demikian. Seperti, dia punya dendam kesumat dengan Jisung. Tapi, mana mungkin. Jisung saja tidak mengenali Minho.
"Hei, Min! Bagus ya, gue ngomong daritadi nggak diperhatiin." Minho tersenyum saat Seungmin hanya mengerjap lucu menanggapi kata-katanya, "Ibu gue tadi bawain bekal kebanyakan. Gue kasih nih buat lo."
"E-eh, gapapa nih kak?"
Minho mengusak surai cokelat Seungmin dengan lembut, "Gapapa, kan gue yang nyuruh!"
"Oke, makasih ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Song For Jisung ㅡ minsung✔
FanficHanya keduanya yang tahu, lewat nada-nada musik perasaan mereka diungkapkan. Mungkin hanya Minho yang masih bingung dengan pemikirannya sendiri. Tentang siapa yang berhak untuk hati dan semua rasa cintanya. Tentang siapa yang berhak menjadi pemilik...