Chris melangkahkan kakinya gontai menuju ruangan tempat Jisung berada. Dia gugup setengah mati memikirkan pandangan orang-orang yang berlalu lalang saat melihat kondisinya saat ini. Baju tahanan dan juga polisi yang ada di samping kanan dan kirinyaㅡ dari awal Chris sudah merasa banyak pandangan penuh penghinaan yang ditujukan padanya. Tak jarang pula kata-kata penuh makian keluar dari mulut orang-orang yang berdiri di sepanjang lorong rumah sakit.
Chris semakin menundukkan kepalanya. Merasa malu. Ia memang pantas menerima semua ini atas segala hal yang telah ia perbuat. Tapi, Chris tak pernah menyangka rasanya akan begitu tidak menyenangkan. Rasanya seolah seisi dunia membenci dan balik menyerangmu.
Walaupun begitu, Chris tak mau goyah. Ia akan berpegang teguh pada keputusannya. Tekadnya sudah bulat. Untuk terakhir kalinya ia akan menemui Jisung sebelum masa hukumannya benar-benar dimulai.
"Kamu baik-baik saja?" Chris tersentak dari lamunannya saat salah seorang polisi bersuara. Ia melirik salah seorang polisi lalu mengangguk, mengiyakan.
Lalu mereka kembali berjalan dalam keheningan. Menyisakan Chris seorang diri yang setia berkelana dalam alam pikirannya. Kepalanya selalu dipenuhi pertanyaanㅡ yang akan ia dapatkan jawabannya setelah ia bertemu Jisung secara langsung.
Pintu berwarna putih itu terbuka. Namun alih-alih menemukan Jisung yang tengah menunjukkan senyuman hangatnya, Chris justru mendapati kepanikan tengah melanda orang-orang di dalamnya. Ia sungguh tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi saat ini.
Namun, ada satu hal yang ia mengerti. Hatinya terasa sakit saat melihat Jisung dalam kondisi kritis. Tanpa sadar ia pun menangis dalam diam, tak ada satupun orang yang mempedulikan. Fokus mereka hanya satu, pada Jisung yang tengah berjuang di ambang hidup dan mati.
"J-jisung... hiks...."
*
"Chris?"
Jisung masih tak percaya dengan sosok Chris yang kini tengah berdiri tak jauh darinya. Sejujurnya ia masih merasa sedikit takut. Bagaimanapun juga, Chris hampir saja menghilangkan nyawanya.
Minho yang ada di dekat Jisung tak kalah terkejutnya. Ia tak bisa menahan gejolak amarahnya saat melihat Chris yang dengan tidak tahu malunya ada di depan Jisung saat ini. Minho beringsut mendekat pada Chris yang masih setia menundukkan kepalanya. Secepat kilat mencengkram dengan kuat kedua sisi pakaian yang Chris kenakan.
"Brengsek, masih berani nunjukin muka?!" Emosinya tersulut, hampir saja tinjunya melayang pada wajah pucat Chris jika saja Donghan dan Jackson tidak menahan pergerakannya.
"Berhenti, Minho. Jangan bikin keributan," tegur Jackson berusaha menenangkan adiknya yang emosi.
"Sabar, dong! Dia juga pasti punya tujuan baik datang ke sini," timpal Donghan.
Minho memberontak, "Lepasin, sialan! Orang nggak punya hati kayak dia nggak pantas dapat belas kasihan!"
Chris menggigit bibir. Semakin meragukan keputusannya untuk datang ke mari dan meluruskan segalanya. Ia meneguk liurnya pias, takut jika Jisung akan memberikan reaksi yang sama seperti halnya Minho.
"Mending sekarang lo jelasin, apa tujuan lo datang ke sini?"
"A-aku punya kepentingan sama Jisung dan Mama," katanya sedikit terbata. Ia menatap sang ibu dan Jisung secara bergantian, "Aku mau meluruskan semuanya. Juga, aku mau minta maaf sama Mama dan Jisung."
Jisung dan sang ibu saling beradu pandang sebelum akhirnya mengiyakan. Mereka meminta semua orang yang bukan anggota keluargaㅡ kecuali dua orang polisi yang turut datang bersama Chrisㅡ untuk meninggalkan ruangan Jisung. Ada masalah keluarga yang perlu diluruskan di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Song For Jisung ㅡ minsung✔
FanficHanya keduanya yang tahu, lewat nada-nada musik perasaan mereka diungkapkan. Mungkin hanya Minho yang masih bingung dengan pemikirannya sendiri. Tentang siapa yang berhak untuk hati dan semua rasa cintanya. Tentang siapa yang berhak menjadi pemilik...