O3 : hilang deh!

1.4K 246 3
                                    

Jisung menghela nafasnya lega begitu sampai kembali di kelasnya dengan membawa sepuluh tumpuk buku cetak untuk menunjang kegiatan pembelajarannya untuk setahun ke depan. Dia berkeringat, tentu saja.

Membawa sepuluh tumpuk buku dari lantai satu hingga lantai empat. Dengan menaiki sebanyak 20 buah anak tangga agar bisa sampai ke setiap lantainya.

Jika saja pihak sekolah mau menyediakan fasilitas lift, tentu saja dia takkan sesusah ini. Sayang sekali, karena ini hanya sekolah negeri. Jadi ya ... jauhkan ekspektasi berlebihan itu dari kepalamu.

Seungmin dan Felix tentu sama lelahnya seperti dirinya. Terlebih Felix yang mungkin belum bisa terbiasa dengan hal semacam ini. Mereka berdua bernafas putus-putus dengan keringat yang mengucur membasahi dahi keduanya.

Jisung menyeringai, "Dasar lemah. Cuma karena hal kecil ini dan kalian udah ngos-ngosan?"

Jangan bertanya, darimana Jisung bisa berkata seolah-olah dia akrab dengan dua orang teman barunya ini. Karena Jisung sendiri juga tidak tahu.

Seungmin mendelik tidak suka, "Nggak usah nyari masalah, Sung. Aku tau kamu tadi juga ngos-ngosan,"

Felix mengangguk mengiyakan perkataan Seungmin. Dia memilih untuk segera duduk di kursinya yang tepat ada di depan bangku JisungㅡSeungmin, dan menyandarkan punggungnya yang terasa pegal.

"Tapi seenggaknya aku masih keliatan lebih kuat daripada kalian," balas Jisung tanpa menghilangkan nada sombong dari ucapannya.

"Ngomong gitu lagi, aku bakalan nimpuk kepalamu."ancam Felix yang kini tengah berbalik menghadap kedua temannya sembari mengangkat penghapus miliknya itu tinggi-tinggi.

Jisung tersenyumㅡlebih mirip cengiran, menunjukkan sederetan giginya yang lumayan rapi. Namun, tidak dengan dua gigi depannya yang lumayan besar.

"Santai, jangan marah gitu dong."

"Ah, udahlah. Ribut mulu kalian. Anyway, ada yang mau aku traktir makan seblak Mang Yoyo nggak?"

***

Minho meregangkan kedua otot lengannya yang terasa hampir lepas dari tempatnya. Kini pelajar senior itu tengah bersantai di ruangan OSIS ㅡyang kebetulan difasilitasi ACㅡ selepas kegiatan MOS hari ini selesai.

Jangan lupa dengan Donghyun yang selalu menempel padanya bak kutu yang ada pada bulu Kkami, anjing milik Hyunjin.

Tapi kini pemuda Kim itu tengah tidur terlentang di atas karpet yang sengaja digelar di sana. Karena minimnya fasilitas bangku di sekolah mereka, jadinya pihak kesiswaan memutuskan untuk menukarkan bangku-bangku yang tersedia di dalam ruang OSIS dengan salah satu ruang kelas 10.

Dan menukarnya dengan karpet seadanya juga tambahan fasilitas AC.

Mungkin ini salah satu alasan murid-murid di sekolah mereka sangat berminat menjadi bagian dari pengurus OSIS. Hanya karena bisa mendapatkan izin bolos pelajaran untuk sekedar rapat OSIS.

Juga, jangan lupakan ruangan ber-AC nya.

Minho duduk terdiam di salah satu sudut ruangan. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha menahan kantuk yang mulai menyerang kesadarannya. Tapi sepertinya percuma, bisa dilihat jika tak lama kemudian pemuda itu menguap lebar-lebar bagai kudanil. Lantaran tak kuasa menahan rasa kantuknya.

"Gue ngantuk banget nih, pengen pulang. Kalo aja bukan gara-gara pak Taecyeon yang nyuruh kita kumpul lagi buat eval pasti gue udah bersetubuh bareng kasur,"kata Minho sambil memainkan ponselnya sebagai pengalihan rasa kantuk.

Donghyun masih tidak terlalu peduli dan justru berguling menyamping, membelakangi Minho. Sejujurnya bukan hanya Minho yang mengantuk dan lelah, Donghyun juga merasakan hal yang sama.

Maka dari itu dia lebih memilih untuk tiduran sembari menunggu bel pulang.

Minho berdecak sambil memutar kedua matanya malas saat mendapati Donghyun yang lebih mirip seonggok daging tidak berguna itu. Ia memilih untuk bangkit dan berjalan melewati tubuh Donghyun untuk mengambil tasnya.

"Nggak guna banget lo, Hyun."sindirnya sambil dengan sengaja menendang tubuh Donghyun lumayan keras hingga dahinya membentur lantai.

Donghyun yang terkejut segera bangun, "ANJING, MINHO. GUE RAME SALAH, DIEM LEBIH SALAH MAU LO APA SIH?"katanya setengah emosi lantaran tidur siangnya terganggu.

Tapi sepertinya percuma saja dia mengomel panjang lebar. Buktinya, tersangka kejadian kekerasan itu sudah menghilang dari pandangannya.

"Pasti kabur lagi ke ruang musik itu anak."

***

Jisung buru-buru berbaring ke atas kasurnya yang empuk begitu selesai mandi dan berganti dengan pakaian santai.

Sekolah sudah selesai beberapa jam yang lalu. Dan Jisung baru memilih untuk mandi saat matahari hampir terbenam di ufuk barat.

Jangan heran, selain kurang peduli dengan sekelilingnya. Kadang Jisung juga kurang peduli dengan gaya hidup sehatnya.

Dia terdiam sebentar, bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang. Selain hanya menatap langit-langit kamarnya.

Di waktu yang sama matanya terfokus pada sketch book yang kini ada di atas meja belajarnya. Jisung memilih untuk bangkit dan duduk, lalu terdiam lagi.

"Apa harus dilanjutin aja sketsanya?"katanya kepada diri sendiri.

Jisung mengangkat kedua bahunya, "Yaudahlah, daripada nganggur."

Kemudian bangkit dari kasur dan bergerak mendekati meja belajarnya. Ia menarik kursi kayu dan segera duduk setelahnya.

Pemuda itu meraih pensil gambarnya yang terletak tak jauh dari jangakaunnya. Tak lupa dengan karet penghapus miliknya.

Tangan kanan Jisung bergerak membuka lembar demi lembar halaman sketch book itu hingga tiba di halaman di mana terakhir dia menggambar tadi pagi.

"Loh, kok kosong?"tanyanya lebih kepada diri sendiri.

"Pasti ada di halaman lain,"ucapnya begitu yakin. Lantaran Jisung sendiri sudah hafal dengan kebiasannya yang kerap kali melewatkan beberapa halaman sketch book. Dan itu mengharuskan menggambar secara random, dengan menyertakan tanggal di bawahnya setelah selesai

Supaya Jisung tidak lupa.

Namun, sepertinya dugaan Jisung tidak terbukti benar. Di halaman lain sudah penuh dengan sketsanya yang telah usai digarap.

Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Wah, masa jatuh sih?"

Dia diam sebentar, "Yaudahlah, besok aja dicari lagi. Siapa tahu nyelip di dalam loker."

Padahal Jisung tahu sendiri jika halaman sketch booknya tidak pernah ada yang sobek atau semacamnya. Jadi, mana mungkin kertas itu bisa terselip di loker?

Tapi, sepertinya hari ini pemuda itu masih tidak sadar dengan hal itu. Jadi, Jisung bisa dengan mudah melupakannya. Hingga bisa terlelap dengan tenang ke alam mimpi.

 Song For Jisung ㅡ minsung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang